Selasa, 13 Agustus 2019

KELIMPAHAN BERKAT TUHAN


Saat berbicara tetang kelimpahan berkat Tuhan, banyak orang yang pikirannya langsung tertuju pada kekayaan, kesuksesan, kesehatan, umur panjang dan berkat jasmani lainnya. Tak heran, banyak orang berlomba-lomba “percaya kepada Tuhan” demi kelimpahan berkat. Banyak orang berlomba-lomba memberi persembahan perpuluhan ke Gereja dengan harapan “balik modal” (memberi satu juta, dengan harapan Tuhan mengembalikan 100 juta, bahkan mungkin lebih). Ini dimanfaatkan para Pendeta yang brengsek (palsu) untuk terus saja berkhotbah tentang perpuluhan sehingga semakin banyak jemaat yang memberi perpuluhan, semakin tebal pula kantong mereka (Dengan menggunakan Maleakhi 3:10, mereka terus menipu jemaat!)
Berawal dari pengertian yang sempit tentang kelimpahan berkat Tuhan, diteruskan menjadi pengertian yang salah dan berakhir sesat dalam gereja. Padahal, sadarkah kita bahwa kelimpahan berkat Tuhan bukan melulu tentang berkat jasmani? Tuhan memang menjanjikan berkat melimpah bagi umatNya, tapi tahukan kita bahwa berkat melimpah bukan hanya melulu tentang hal jasmani, tetapi juga hal rohani?  Dalam kisah orang lumpuh disembuhkan (Luk.5:17-26), orang itu datang demi berkat jasmani : sembuh dari kelumpuhan. Namun Tuhan Yesus tidak langsung memberi kesembuhan, namun Dia melimpahkan berkat rohani terlebih dahulu bagi si lumpuh : PENGAMPUNAN DOSA (ay.20). Bagi Tuhan, kesembuhan rohani orang ini lebih penting daripada jasmaninya, sehingga Tuhan terlebih dahulu membereskan dosanya daripada kelumpuhannya. Tanpa berkat rohani, segala kelimpahan jasmani adalah sia-sia. Tuhan Yesus tahu, bahwa Zakheus butuh pengampunan (berkat rohani) sehingga Dia pergi mencari dan menyelamatkan Zakheus (Luk.19:1-10). Padahal, Zakheus sudah hidup berkelimpahan secara jasmani (walau itu semua didapatkannya dengan cara yang salah / dosa). Karena itu, salah jika kelimpahan berkat Tuhan kita identikkan hanya dengan berkat jasmani saja.
Sekali lagi, kelimpahan berkat Tuhan bukan melulu mengenai berkat jasmani saja. Kelimpahan berkat Tuhan juga datang dalam berkat rohani berupa:

1. Kelimpahan cinta, kasih dan belas kasihan karena sudah ditebus dan diampuni oleh Tuhan dari dosa-dosa yang amat berat, serta menerima keselamatan hidup kekal. Zakheus tidak lagi menganggap kelimpahan harta dunia itu penting, karena dia sudah kelimpahan berkat rohani daripada Tuhan : diampuni dari segala dosanya dan diselamatkan (bdk. Luk 19:9). Begitu juga penjahat di samping Tuhan Yesus, saat dia berada di ujung umurnya, dia tidak punya berkat jasmani yang melimpah, namun dia bersukacita karena dia menerima kelimpahan berkat rohani daripada Tuhan : keselamatan dan hidup kekal (bdk. Luk. 23:43).

2. Kelimpahan damai sejahtera dan sukacita karena sudah diperdamaikan dengan Tuhan. Raja Daud pernah bersaksi bahwa kebahagiaan ada dalam diri mereka yang dosa-dosanya sudah diampuni oleh Tuhan (Maz.32:1-2). Hidup yang tidak diperdamaikan dengan Tuhan adalah hidup yang tidak memliki damai sejahtera dan tidak ada sukacita di dalamnya. Hidup tanpa damai dan sukacita adalah hidup yang tidak merasakan kelimpahan berkat Tuhan, dan itu adalah hidup yang sia-sia. Berlimpah-limpah harta seseorang, kesuksesan menyertai hidup seseorang, tidak menjamin dia berbahagia jika tidak ada  kedamaian dan sukacita dalam hidupnya, jika dia tidak berdamai dengan Tuhan. Lihatlah, berapa banyak orang terkenal yang bunuh diri padahal hidup dalam kesuksesan dan bergelimangan harta?

3. Kelimpahan kekuatan iman dan pengharapan dalam menghadapi kesulitan (dosa, ujian, cobaan, sakit, pergumulan hidup silih berganti, dukacita dsb.) Raja Daud pernah bergumul menghadapi dosanya (Maz.51), namun Tuhan memberi dia kekuatan iman dan pengharapan dalam menghadapi pergumulannya itu, sehingga dia dapat melaluinya dengan baik. Ayub pernah mengalami ujian, cobaan, sakit, pergumulan hidup silih berganti dan dukacita (Ayub 1-2), namun dengan kekuatan dari Tuhan, dia tetap beriman dan lulus dari ujian yang dia hadapi.

4. Kelimpahan rasa saling mengasihi, sehingga mampu mengampuni orang-orang yang bersalah pada diri kita. Mengampuni adalah adalah salah satu ciri hidup orang Kristen, yang dicontohkan langsung oleh Tuhan Yesus (bdk. Luk. 23:34).  Orang Kristen wajib mengampuni orang yang bersalah kepadanya (Mat.18:21-35) dan itu adalah perintah. Tanpa kelimpahan rasa saling mengasihi yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, orang Kristen mustahil dapat mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Namun dengan adanya kelimpahan rasa saling mengasihi, kemustahilan itu dapat ditabrak dan dihancurkan. Perhatikanlah doa Stefanus bagi orang-orang yang melemparinya dengan batu (Kis.7:60)!

5. Kelimpahan tuntunan Roh Kudus, sehingga semakin berbuah-buah dalam roh (menghasilkan buah-buah roh bdk. Gal.5:22-23). Kehadiran Roh Kudus adalah berkat yang tak terhingga bagi anak-anak Tuhan, karena tanpa tuntunan Roh Kudus, siapakah yang mampu hidup berkenan di hadapan Tuhan? Tanpa tuntunan Roh Kudus, siapakah yang mampu menghasilkan buah dari pertobatan? Memiliki umur yang panjang, namun tidak pernah menghasilkan buah-buah roh sepanjang hidupnya adalah suatu kesia-siaan, karena umur yang panjang itu hanya akan berakhir kepada kebinasaan. Karena itulah, kita sangat membutuhkan tuntunan Roh Kudus.

6. Kelimpahan rasa syukur, sehingga mampu mengucap syukur dalam segala hal. Tuhan memerintahkan kita untuk selalu mengucap syukur (1 Tes.5:18), dan itu bukan hanya pada saat senang, tetapi dalam segala kondisi. Jika seseorang tidak memiliki rasa syukur dalam hidup ini, maka seumur hidupnya hanya akan dipenuhi dengan bersungut-sungut dan akan selalu menyalahkan Tuhan, sama seperti bangsa Israel di padang gurun. Karena itu, kelimpahan rasa syukur adalah sesuatu yang sangat penting dalam menjalani segala kondisi hidup. Jangan harap kita dapat bersyukur kepada Tuhan, jika rasa syukur itu tidak dilimpahkan Tuhan kepada kita. Karena itu, bersyukurlah, jika kita tetap mampu bersyukur dalam segala hal dan kondisi!

Janganlah menyempitkan kelimpahan berkat Tuhan hanya soal kekayaan, kesuksesan, umur panjang dll. Berkat Tuhan bukan hanya semata mengenai hal jasmani saja, tetapi juga rohani. Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kekayaan, bagaimana Lazarus yang miskin dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? Nyatanya dia masuk Sorga (bdk. Luk.19:16-31).  Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kesuksesan dalam pekerjaan / usaha, bagaimana mungkin Nabi Habakuk dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? Nyatanya, imannya tetap teguh kepada Tuhan dan dia mampu mengucap syukur walau sedang mengalami kegagalan (bdk. Hab.3:17-19). Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kesehatan, bagaimana mungkin Nabi Elisa, Rasul Paulus dan Timotius dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? (bdk. 2 Raj.13:14; 2 Kor.12:7; 1 Tim.5:23). Dan jika kelimpahan hanya dilihat dari segi umur panjang, bagaimana mungkin manusia Yesus dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati, sedangkan Dia mati di usia yang masih muda?

Selamat menerima dan menikmati kelimpahan berkat Tuhan. Amin.