Sabtu, 27 Februari 2021

ULAR TEMBAGA (Bilangan 21:4-9)

 ULAR TEMBAGA

(Bilangan 21:4-9)

Kasus ular tembaga terjadi saat  bangsa Israel sedang dalam pejalanan menuju Kanaan. Tuhan menghukum mereka dengan serangan ular tedung yang beracun karena mereka berdosa kepada-Nya, sehingga mereka mati bergelimpangan di gurun. Namun Tuhan memberi jalan keluar lewat ular tembaga untuk mengakhiri hukuman itu. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ular tebaga ini?

1.      PENYEBAB MEREKA DIHUKUM TUHAN

a.       Mereka menyimpan amarah kepada Tuhan

...bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan… (ay.4)

Rupanya, bangsa Israel telah menumpuk amarah kepada Tuhan. Memang, amarah itu mereka tujukan kepada Musa, namun itu diperhitungkan sebagai amarah kepada Tuhan karena Musa bertindak sesuai perintah dari Tuhan. Ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa jika menyimpan amarah terhadap hamba Tuhan entah karena apapun, apalagi jika kita marah karena tindakannya yang sesuai perintah Tuhan, maka amarah kita itu  diperhitungkan sebagai amarah kepada Tuhan.

b.      Mereka menghina berkat Tuhan, juga menghina Tuhan.

Bil. 21:5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."

Dr. Decky Nggadas (Verbum Veritatis) : dan sekarang, hanya karena persoalan perut dan persoalan kerongkongan, mendadak mereka tidak bisa lagi melihat maksud baik Tuhan itu. Tuhan di mata mereka adalah Tuhan dengan rencana jahat, membawa mereka untuk disusahkan bahkan unti dimatikan; dan termasuk Musa, mereka tuduh sebagai kaki tangan Tuhan yang punya maksud jahat itu untuk membawa mereka ke padang gurun untuk menyusahkan dan mematikan mereka. Betapa mengerikan dan betapa seriusnya isi pemberontakan itu.

Amarah yang terpendam dalam hati mereka akhirnya berbuah menjadi kata-kata yang melawan Allah, dan berlanjut kepada penghinaan terhadap berkat-berkat-Nya. Perhatikan isi amarah mereka ini. Awalnya mereka marah kepada Tuhan karena membawa mereka keluar dari Mesir. Padahal dulu waktu di Mesir, mereka berseru kepada Tuhan karena begitu hebatnya mereka ditindas.

 

Kel. 3:7 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.

 

Mereka seolah lupa penderitan mereka di Mesir, sehingga kebebasan yang mereka terima secara ajaib dari Tuhan, dianggap sebagai sesuatu yang membuat mereka menderita. Sikap tidak tahu berterimakasih membuat mereka mempertanyakan pekerjaan Tuhan, dan membuat mereka lupa akan raungan penderitaan mereka di tanah perbudakan.

Selanjutnya, mereka menghina berkat Tuhan dengan cara tidak menganggap ada berkat Tuhan yang mereka terima itu. Perhatikan kata-kata mereka saat mereka berkata “…Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.". Benarkah tidak ada roti dalam perbekalan mereka? Bukankah Tuhan memberikan mereka Manna dari langit? Namun karena kebencian dan tidak menganggap berkat Tuhan, mereka menghina manna dengan cara tidak menganggap manna itu sebagai roti / makanan. Selanjutnya, mereka menghina manna dari Tuhan sebagai makanan hambar, padahal kita tahu, mana itu memiliki rasa seperti madu (bdk. Kel.16:31). Saking bencinya kepada berkat Tuhan, mereka mengeluarkan hinaan kepada berkat itu.

 

Entah berapa kali dalam hidup ini kita menghina berkat Tuhan. Berapa kali kita mengeluh karena makanan yang disajikan orangtua kita di rumah tidak sesuai selera kita? Sedangkan banyak orang di luar sana yang susah makan. Berapa kali kita mengeluh karena belum punya HP keluaran terbaru untuk bisa bermain game? Sedangkan banyak orang di luar sana yang untuk sekolah online saja mereka kesulitan karena tidak punya HP. Berapa kali kita mengeluh tidak bisa membeli baju baru? Sedangkan banyak orang di luar sana yang memakai baju penuh tambalan saja mereka sudah bersyukur, yang penting bisa menutup badan mereka. Berapa kali kita mengeluh harus berjalan kaki untuk kesini atau kesana karena belum dibelikan kendaraan oleh orangtua atau karena belum punya uang untuk membeli kendaraan, sedangkan banyak orang di luar sana yang ingin berjalan dengan kaki mereka sendiri namun tak dapat, karena mereka lumpuh.

 

Bersyukurlah atas apa yang kita miliki, dan belajarlah untuk mencukupkan diri dengan berkat yang sudah Tuhan beri. Jika kita mampu bersyukur dan mencukupkan diri, maka kita tidak akan pernah mengeluh atas segala yang kita miliki. Akar dari menghina berkat Tuhan adalah mengeluh atas berkat itu sendiri. Saat seseorang mulai mengeluh, maka dia akan selalu merasa kurang, padahal segala sesuatu cukup baginya. Saat dia selalu merasa kurang, maka dia akan merasa bahwa Tuhan tidak memberkatinya. Saat maka dia merasa bahwa Tuhan tidak memberkatinya, maka dia akan mulai marah kepada Tuhan, dan mempertanyakan kehadiran Tuhan, apakah Tuhan itu ada atau tidak. Bangsa Israel telah melihat banyak keajaiban dari Tuhan, namun mereka tetap mempertanyakan kehadiran Tuhan di tengah mereka.

 

Kel. 17:7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

 

Hendaklah kita selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya, dan belajar mencukupkan diri dengan itu semua agar hidup kita selalu dapat menikmati berkat Tuhan dan tidak pernah merasa kekurangan.

2.      AKIBAT DOSA ADALAH HUKUMAN

Akibat dosa mereka, Tuhan menghukum mereka dengan menyuruh ular tedung yang beracun untuk mengigit mereka sehingga banyak dari mereka yang mati (ay. 6). Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa dan Dia membenci dosa itu, sehingga Dia memberi hukuman kepada mereka. Allah memang penuh kasih, namun Dia juga penuh keadilan. Jika dalam sepanjang hidup ada orang yang selalu melakukan dosa dan tidak pernah merasa dihukum dan berkata dalam hatinya “aku hidup tanpa Tuhan, aku melakukan ini itu sesuai kehendak hatiku, namun aku masih baik-baik saja sampai saat ini..”, maka jangan kira Tuhan tidak menghukumnya. Kapan Tuhan mau menghukum, itu adalah waktu Tuhan. Bisa saja Dia langsung menghukum saat itu juga seperti yang Dia lakukan pada bangsa Israel, bisa juga Dia membiarkan mereka terus menikmati dosa dan Dia menghukum mereka pada saat mereka sudah mati, yaitu dalam neraka yang kekal. Cepat atau lambat waktunya, segala perbuatan dosa pasti akan menerima hukuman.

 

Kita juga dapat melihat, bahwa bangsa Israel menjadi jera dan karena dosa mereka, dan mereka meminta Musa berdoa agar Tuhan mengasihani mereka. Kita dapat belajar bahwa saat jatuh dalam dosa, janganlah tunggu terkena hukuman baru mau bertobat. Saat jatuh dalam dosa, hendaklah kita sadar dan langsung meminta ampun kepada Tuhan, agar Dia mengampuni kita dari dosa kita. Selagi masih ada kesempatan, segera berbalik kepada Tuhan dan memohon ampunan, sebelum itu terlambat. Jika hukuman itu hanya membuat kita jera, masih ada kesempatan untuk bertobat, namun jika hukuman itu langsung membawa kematian, maka binasalah sudah!

 

3.      IMAN DAN KETAATAN YANG MENYELAMATKAN; ULAR TEMBAGA GAMBARAN KRISTUS SEBAGAI JALAN KESELAMATAN

Musa mendoakan mereka, dan Tuhan memerintahkan Musa membuat ular dari tembaga yang Tuhan pakai sebagai sarana untuk menyembuhkan mereka.

Bil. 21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."

Bil. 21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

 

Agar menjadi sembuh, diperlukan iman dan ketaatan dari bangsa Israel. Mereka harus beriman bahwa dengan melihat ular tembaga itu mereka akan selamat, dan iman itu membuat mereka taat untuk melihat ular itu sehingga mereka yang melakukannya pasti selamat. Jika mereka tidak beriman, maka pastilah mereka tidak akan melihat ular itu, dan jika tidak melihat ular itu, mereka pasti binasa.

Ular tembaga ini menjadi gambaran dari Tuhan Yesus, yang menjadi satu-satunya jalan keselamatan bagi kita. Jika kita beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita akan diselamatkan.

Yoh. 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

 

Yoh. 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

 

Kis. 16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

 

Jika bangsa Israel hanya bisa selamat jika melihat pada ular tedung, maka manusia juga hanya bisa selamat jika melihat, percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus. Tidak ada jalan lain selain melalui Tuhan Yesus.

 

 Itulah sedikit perenungan dari kisah ular tembaga, biarlah oleh tuntunan Roh Kudus kita dapat selalu bersyukur dan mencukupi diri atas segala berkat Tuhan, selalu mau mengakui dosa kita di hadapan Tuhan selagi masih ada waktu dan kesempatan, dan beriman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup kita. Kiranya kasih Tuhan selalu menyertai kita.

 

AMIN

YANG TERPENTING DALAM HIDUP (LUKAS 10:38-42)

 LUKAS 10:38-42

“YANG TERPENTING DALAM HIDUP”

Dua orang bersaudara, Maria dan Marta

Yesus datang menumpang diri di rumah mereka

Maria duduk di kaki Yesus, Marta sibuk melayani

O Marta e, o Marta e, o sio Marta e…

Begitulah penggalan lirik dari sebuah lagu sekolah Minggu. Lagu pendek dan sederhana ini menceritakan tentang dua orang wanita kakak beradik yang cukup dekat dengan Tuhan Yesus (mereka juga memiliki seorang saudara laki-laki bernama Lazarus). Dalam suatu perjalanan pelayanan, Tuhan Yesus singgah di rumah mereka. Kedatangan seorang Rabi yang terkenal dan dihormati, tentu membuat Marta sibuk menyiapkan ini dan itu untuk melayani Tuhan Yesus dan para murid, sedangkan Maria duduk di bawah kaki Tuhan Yesus untuk mendengarkan-Nya mengajar. Bekerja sendirian mungkin membuat Marta capek, ditambah dia melihat saudaranya Maria “hanya duduk-duduk saja” dan tidak membantu dia. Ini membuat Marta kelihatannya gusar dan menyuruh Tuhan Yesus untuk menegur Maria supaya membantunya (ay.40). Alih-alih menegur Maria, Tuhan Yesus justru membela Maria dan menegur Marta, serta menganggap perbuatan Maria jauh lebih penting dari apa yang dilakukan Marta (ay.41-42).

Apa yang bisa kita pelajari dari cerita singkat ini?

Apa yang dilakukan oleh Marta tidaklah salah. Marta sibuk di dapur untuk melayani Tuhan Yesus dan murid-murid sebagai tamu, sebab mungkin Marta kuatir Tuhan Yesus dan para murid letih selepas perjalanan, kelaparan dan kehausan sehingga dia lekas-lekas menyiapkan ini dan itu. Ini adalah tanda kasih, kepedulian dan penghormatan Marta kepada Tuhan Yesus. Ini adalah perbuatan wajar dan baik. Namun, perbuatan Marta menjadi salah di mata Tuhan Yesus karena itu menjadi penghambat bagi dia untuk melakukan hal yang penting : mendengarkan Firman Tuhan.

Bagaimana dengan kehidupan kita? Tidak salah bagi kita untuk bekerja mencari nafkah yang halal. Tidak salah bagi kita untuk rajin belajar, mengerjakan tugas / PR supaya menjadi anak yang pandai mendapat nilai baik dan memuaskan di kampus / sekolah. Tidak salah bagi kita untuk berkumpul bersama keluarga / teman-teman sebagai bentuk silaturahmi. Tidak salah bagi kita untuk keluar refreshing, membaca novel / komik, bermain game, bermain sosmed, menonton TV / film, mendengarkan lagu untuk menyegarkan otak. dsb.  Yang salah adalah saat hal-hal itu menjadi hambatan bagi kita untuk melakukan apa yang penting :  mendengarkan / membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Terkadang orang sibuk bekerja mencari uang, mengerjakan tugas sekolah / kampus, belajar, berkumpul dengan teman, refreshing (dalam rupa apa saja) dll. sampai lupa Gereja, lupa beribadah, lupa menyiapkan waktu untuk merenungkan Firman Tuhan. Ingatlah bahwa hal yang terpenting adalah : saat-saat intim yang dibangun bersama Tuhan lewat perenungan Firman Tuhan dan dalam doa, entah secara pribadi /  berkelompok.

Dalam seminggu ada 7 hari, dan Tuhan menetapkan 1 hari untuk kita beribadah kepada-Nya. Dalam sehari ada 24 jam, ada 1 atau 2 jam kita siapkan untuk bersekutu dengan Tuhan secara khusus. Jangan mencuri waktu-waktu itu dengan segala macam kesibukan kita, tetapi biarlah itu menjadi waktu khusus untuk kita mendengar suara-Nya serta merenungkannya dalam hidup kita. Marilah kita memilih bagian yang terbaik dan terpenting seperti apa yang sudah dilakukan Maria, yaitu duduk di kaki Tuhan Yesus dan mendengarkan suara-Nya.

AMIN

 

Matius 6:33 :  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

UNTUK APA TAAT? (SEBUAH PERENUNGAN MENGENAI FOKUS KETAATAN IMAN KRISTEN)

 UNTUK APA TAAT?

Pernah saya menemukan suatu postingan di media sosial yang berkata bahwa orang-orang beragama percaya kepada Tuhan hanya agar dapat masuk Sorga. Orang-orang beragama hidup saleh karena takut masuk neraka. Jadi menurut orang itu (dan mungkin ada banyak orang berpikiran demikian – bahkan orang beragama Kristen sekalipun), fokus dari kesalehan orang beragama bukanlah karena Tuhan itu sendiri, melainkan berfokus hanya kepada supaya masuk Sorga dan supaya tidak dimasukkan ke dalam Neraka. Benarkah demikian?

Saya tidak tahu bagaimana agama lain memandang hal ini. Tetapi tidak demikian dengan iman Kristen. Apakah dalam iman Kristen, fokus ketaatan hanyalah mengenai masuk Sorga dan tidak masuk neraka? Tidak. Pertama, marilah kita mengerti terlebih dahulu, bahwa dalam iman Kristen, keselamatan manusia bukan ditentukan saat seseorang sudah mati dan dinilai melalui kesalehan atau kejahatan dalam hidupnya., melainkan sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan. Begitu pula dengan binasanya seseorang. Tuhan telah menentukan siapa yang akan selamat dan siapa yang akan binasa, bahkan sebelum dunia dijadikan. Perhatikan ayat-ayat ini, bagian yang saya beri huruf tebal.

Yoh. 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

 Kis. 13:48 Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.

Rom. 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Rom. 8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ef. 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Ef. 1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

Yud. 1:4 Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Wah. 13:8 Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.

Wah. 17:8 Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi.

Allah dalam hikmat-Nya, dalam kedaulatan-Nya, dalam kerelaan hati-Nya dan dalam kasih karunia dan anugerah-Nya telah memilih Si-A untuk menerima keselamatan tanpa menuntut syarat apa-apa dari Si-A (Poin “U” dari T.U.L.I.P. John Calvin : Unconditional Election – Pemilihan tanpa syarat). Begitu juga dalam semuanya itu, Allah tidak memilih Si-B untuk menerima keselamatan itu.

Lalu dalam Tuhan Yesus, Allah mengerjakan keselamatan itu lewat kematian Yesus di atas kayu salib untuk membayar hutang dosa sehingga syarat untuk selamat sudah terpenuhi. Penebusan ini berlaku bagi Si-A karena dia sudah dipilih Allah, dan tidak berlaku untuk Si-B karena tidak dipilih Allah.

Lalu dalam Roh Kudus, Allah bekerja me-lahir baru-kan Si-A, lalu dikaruniakan Firman, di tolong Roh Kudus untuk mengerti, dikaruniakan iman kepada Yesus sebagai syarat keselamatan, dan Roh Kudus  menolong Si-A untuk menerima, percaya dan maenjaga iman itu. Si-A tidak akan pernah hilang / murtad, dan tidak akan pernah melepaskan imannya. Semua hal di atas tidak dikaruniakan kepada Si-B. Si-B mungkin pernah mendengarkan firman Tuhan diberitakan, mendengarkan tentang Yesus, melihat keajaiban pekerjaan Tuhan yang ajaib, namun dia tidak akan menerima dan percaya akan itu semua. (contoh : orang Israel di padang gurun, Raja Saul, Yudas Iskariot)

 

Jika kita mengerti (dan mau menerima) penjelasan di atas, maka kita akan sadar bahwa :

1.   Dalam iman Kristen, keselamatan bukan dicari, melainkan diberi / dianugerahkan / dikaruniakan secara cuma-cuma. Keselamatan bukan hasil usaha, namun karena pemberian Allah (Ef.2:8)

2.   Orang bisa menerima dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat jika dia telah dipilih dan ditentukan untuk itu. Jika tidak, dia tidak akan bisa menerima dan percaya.

3.   Dalam mendapat keselamatan, manusia tidak ada andil apa-apa. Semua 100% andil Tuhan.

4.   Pemilihan yang Allah lakukan tidak berdasarkan syarat apa-apa, melainkan berdasarkan kerelaan hati-Nya (Ef.1:5), berdasarkan hikmat dan keputusan-Nya yang tidak akan pernah dimengerti oleh manusia (Rom.11:33).

Jika demikian, jika orang yang telah dipilih tidak usah berbuat baik / taat kepada Tuhan untuk mendapat keselamatan karena keselamatan sudah dianugerahkan, dikerjakan dan dijaga oleh Tuhan, untuk apa menaati kehendak Tuhan? Bukankah sudah selamat?

Jawabannya : orang Kristen sejati (orang yang telah dipilih untuk selamat) melakukan kehendak Tuhan sebagai UCAPAN SYUKUR karena telah diselamatkan, dan karena MENCINTAI ALLAH. Orang Kristen sejati tidak lagi mencari keselamatan (masuk Sorga) dan tidak lagi takut binasa (masuk Neraka) karena SUDAH ADA KEPASTIAN KESELAMATAN. Ini membuat kesalehan dan ketaatan orang Kristen sejati tetap terfokus pada Tuhan. Jadi dalam iman Kristen dan bagi orang Kristen sejati, tidak ada lagi melakukan kehendak Tuhan supaya selamat, tetapi fokusnya adalah : sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, dan karena mencintai Tuhan.   

Jadi sekali lagi : FOKUSNYA ADALAH TUHAN. Tidak ada alasan untuk mengatakan Orang Kristen sejati taat karena harap Sorga dan takut neraka. Ucapan syukur dan rasa cinta yang besar akan terus dinaikkan dan diberikan oleh kita orang Kristen sejati sepanjang zaman kepada Tuhan, karena dalam ke- tidak layak-kan sebagai orang berdosa, Tuhan yang dalam hikmat,  kedaulatan, kerelaan hati, kasih karunia dan anugerah-Nya, tanpa syarat mau memilih dan melayakkan kita untuk menerima karya keselamatan yang sempurna itu. Bagi iman Kristen, taat bukan untuk selamat, tetapi karena sudah selamat. Syukur kepada Allah Tritunggal!

 

- AMIN -