LEA
Alkitab sangat jarang menuturkan dengan panjang kisah para wanita di dalam Alkitab. Tercatat hanya beberapa wanita yang hidupnya dikisahkan dalam Alkitab, salah satunya adalah Lea. Lea adalah anak perempuan Laban, istri pertama Yakub. Dia adalah salah satu nenek moyang bangsa Israel, karena dari rahimnyalah lahir beberapa suku Israel yang kelak akan menjadi bangsa Israel. Dalam hidupnya, Lea memiliki masalah dalam hubungan percintaannya yang membuat dia tersakiti. Namun bagaimana sikap Lea dalam menghadapi hal itu? Bagaimana Allah menunjukkan kebaikan-Nya dalam kesulitan Lea? Dalam perenungan kali ini, kita akan belajar dari kehidupan Lea beberapa hal :
1. Kebaikan Tuhan dalam kesengsaraan umat-Nya (Kej. 29:31)
Sejak kedatangan Yakub di rumah Laban, Yakub hanya jatuh cinta kepada Rahel, putri kedua Laban. Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi, kemungkinan karena Rahel lebih cantik dari Lea (Kej.29:17), sedangkan Lea tercatat hanya memiliki mata yang tidak berseri (terj. Alkitab FAYH : mata yang sayu). Akibat dari tidak dicintai, Lea menjadi seseorang yang tidak dianggap oleh Yakub. Terbukti Yakub memilih rela untuk bekerja tujuh tahun kepada Laban demi mendapatkan Rahel, karena beristrikan Lea bukanlah tujuan dalam kisah percintaannya. Lea bukanlah tujuan hidup Yakub, namun dia hanyalah adalah korban dari ketamakan ayahnya Laban (bdk. Kej. 29:15-27) dan korban dari ketidakpedulian suaminya Yakub. Namun dalam kesengsaraan karena tidak dicintai, Lea diberkati oleh Allah, dengan diberikan anak laki-laki (Kej.29:32). Dalam kesedihannya, Dia mendapat belas kasih Tuhan dengan menerima berkat berupa lahirnya beberapa anak laki-laki dan seorang anak perempuan dari kandungannya. Terbukti bahwa Allah memperhatikan kesengsaraan orang-orang yang takut akan Dia. Terlihat dari perkataan Lea saat melahirkan Ruben, putra pertama Israel :
Kej. 29:32 Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: "Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku."
Demikian juga dikatakan Daud dalam Mazmurnya :
Maz. 56-9 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?
Allah selalu memperhatikan kesengsaraan orang percaya, dan selalu mengerjakan sesuatu yang baik bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, jika kita adalah orang beriman maka percayalah bahwa dalam segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, Allah telah merencanakan dan memberikan hal yang baik bagi kita.
Rom. 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Lea mungkin tidak diperhatikan Yakub, namun mata Allah yang penuh kasih selalu menatap kepadanya.
2. Berjiwa besar, tidak menyalahkan keadaan dan orang lain dan tetap percaya kepada Tuhan walau dalam kesengsaraannya.
Dalam kisah cinta segitiga antara Yakub, Lea dan Rahel, kita melihat sikap jiwa besar dari Lea, dimana dia tidak menimbulkan pertengkaran dan tidak satu kalipun Lea menyalahkan Tuhan dan Yakub. Sebaliknya, dia tetap percaya dan berserah kepada Tuhan serta tetap mencintai Yakub. Lea selalu berdoa membawa keluh kesahnya kepada Tuhan. Berbeda dengan Rahel, sang istri yang dicintai Yakub. Dalam kondisi mandul, dia menyalahkan Yakub sehingga menimbukan pertengkaran diantara mereka
Kej. 30:1. Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati."
Kej. 30:2 Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?"
Sikap menyalahkan keadaan dan orang lain hanya akan memperburuk keadaan ketika kita berada dalam masa sulit. Dari sikap seperti ini, akan timbul pertengkaran dan lama-kelamaan akan timbul sikap menyalahkan Tuhan. Bangsa Israel pernah mengalami hal itu, dimana mereka menyalahkan Musa karena membawa mereka keluar dari Mesir, bahkan menyalahkan Tuhan karena tidak ada air di padang gurun (bdk. Bil.21:4-9). Kita belajar dari Lea bahwa di dalam masa sulit, sikap terbaik dan benar adalah menyerahkan semua kepada Tuhan dalam doa, dan menaruh pengharapan hanya kepada Allah saja. Doa dan pengharapan kepada Allah menjadi kekuatan bagi kita dalam menghadapi masa sulit. Sama seperti Lea, hendaklah kita menaruh pengharapan hanya kepada Allah, dan tidak menyalahkan orang lain ataupun keadaan, agar kita tidak jatuh dala dosa menyalahkan Allah dalam hidup.
Kita juga belajar dari Lea, bahwa disaat kita menerima hal yang buruk dari perlakuan orang lain, sebisa mungkin hendaklah kita tidak terpancing untuk menimbukan pertengkaran. Sebaliknya, kita belajar agar tetap berjiwa besar dan menghadapi itu dengan kepala dingin. Hal ini tentu didasari dengan sikap berserah total dan tetap berdoa kepada Tuhan.
Lea mungkin kalah dalam mendapatkan cinta Yakub, namun Lea adalah pemenang dalam hal ketenangan, kebesaran jiwa dan iman kepada Allah. Pada akhirnya Lea menerima berkat Tuhan, dan dari rahimnyalah Allah bekerja untuk mendatangkan Yesus Kristus ke bumi. Melalui anaknya Yehuda, turunlah suatu garis keturunan yang akan mendatangkan Kristus ke dalam dunia. Lea, wanita bermata sayu yang tidak dicitai itu, turut ada dalam rencana Allah untuk mendatangkan Juruselamat ke dalam dunia.
Tetaplah percaya akan kebaikan Tuhan dalam setiap kesulitan hidup kita, dan tetaplah berserah dalam doa atas apapun yang terjadi dalam kehidupan kita. Maka Allah akan memberikan kepada kita jiwa yang besar dan kekuatan untuk menghadapi itu semua, serta memberikan berkat-Nya yang akan membuat kita terkagum.
AMIN
