SAHABAT SEPERTI APAKAH KITA?
(Sudahkah kita menjadi sahabat yang baik bagi orang lain?)
Apakah
anda mempunyai sahabat? Berapa lama anda bersahabat dengan dia? Sahabat seperti
apakah anda? Mungkin anda selalu berpikir untuk mencari sahabat yang baik.
Namun, pernahkah anda berpikir “apakah saya sudah menjadi sahabat yang baik
bagi sahabat saya?”
Alkitab
banyak menceritakan kisah persahabatan. Salah satu kisah yang paling terkenal
adalah persahabatan Daud dan Yonatan. Mereka berdua saling mengasihi dengan
tulus dan saling tolong-menolong. Daud menjadi sahabat yang baik bagi Yonatan,
demikian juga Yonatan yang menjadi sahabat baik bagi Daud. Kita tentu dapat belajar
dari kisah persahabatan mereka berdua. Namun dalam tulisan kali ini, saya akan
membahas dua persahabatan yang bisa kita jadikan bahan perenungan bagi diri
kita : Sahabat seperti apakah kita? Sudahkah kita menjadi sahabat yang baik
seperti Daud dan Yonatan?
1. Persahabatan
Amnon dan Yonadab
Kisah persahabatan
kedua pemuda ini dapat kita baca lengkap di 2 Sam. 13:1-22. Sebenarnya hubungan
mereka berdua bukanlah hubungan biasa karena mereka adalah saudara sepupu.
2
Sam. 13:3 : Amnon mempunyai seorang
sahabat bernama Yonadab, anak Simea
kakak Daud. Yonadab itu seorang yang sangat cerdik.
Singkat cerita, Yonadab
yang cerdik (cerdik terj. NET : crafty
man = orang yang licik) memberi suatu ide kepada Amnon mengenai masalah
percintaannya. Ide yang diberikan Yonadab bukanlah ide yang baik, namun ide
yang mendatangkan keburukan.
2
Sam. 13:5 : Lalu berkatalah Yonadab
kepadanya: "Berbaringlah di tempat
tidurmu dan berbuat pura-pura sakit. Apabila ayahmu datang menengok engkau,
maka haruslah engkau berkata kepadanya: Izinkanlah adikku Tamar datang memberi
aku makan. Apabila ia menyediakan makanan di depan mataku, sehingga aku dapat
melihatnya, maka aku akan memakannya dari tangannya."
Yonadab menyuruh Amnon berpura-pura sakit agar Daud mengijinkan Tamar datang ke rumahnya untuk melayaninya. Dengan demikian, Amnon mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan Tamar. Sebagai laki-laki, Yonadab yang tahu bahwa Amnon sedang menahan hasrat kepada Tamar tidak memberi solusi yang sehat kepada Amnon. Yonadab tidak menguatkan iman Amnon yang sedang dilanda masalah hasrat cinta anak muda; Sebaliknya, dia justru memberi ide yang memperburuk keadaan, dimana dalam kondisi demikian Amnon bisa saja dikuasai hawa nafsu dan melakukan hal yang buruk kepada Tamar. Sikap menyuruh untuk berpura-pura sakit (menipu Daud) adalah bukti bahwa ide Yonadab adalah ide yang jahat dan mendukung hawa nafsu Amnon. Ide Yonadab memanipulasi pikiran Amnon untuk menciptakan suatu keadaan dimana Amnon dapat mencurahkan hasrat cinta (atau nafsu) yang terpendam kepada Tamar. Ide ini akhirnya dilakukan oleh Amnon dan benar saja, kondisi Amnon yang menahan hasrat terpendam membuahkan perbuatan cela, dimana Amnon memperkosa Tamar, adik tirinya.
Selain memanipulasi pikiran Amnon, sikap Yonadab juga tidak mencerminkan kasihnya kepada Amnon, karena seharusnya Yonadab tahu bahwa ide yang diberikannya pasti akan mendatangkan malapetaka kepada Amnon dan Tamar. Jika dia mengasihi Amnon dan Tamar (ingat bahwa Tamar adalah sepupunya juga), maka dia tidak akan memberi ide yang jahat. Ini adalah buti bahwa Yonadab tidak memiliki kasih, karena dia adalah orang fasik. Dia tidak menaruh kasih kepada dua saudaranya itu, dan juga tidak menjadi sahabat dan saudara dalam kesukaran hati Amnon. Padahal Alkitab berkata :
Ams.
17:17 : Seorang sahabat menaruh kasih
setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Bagaimana dengan kita? Sahabat
seperti apakah kita, saat ada yang meminta saran? Apakah kita memberi masukan
atau usul yang baik? Bukan hanya dalam hal memberi usul; dalam hal apapun,
apakah kita sudah menjadi sahabat yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain?
Ataukah justru kita menjerumuskan orang ke dalam dosa? Apakah keberadaan kita
membuat keadaan orang lain menjadi lebih baik di mata Tuhan dan manusia, atau
malah sebaliknya? Apakah kita selalu mendukung sahabat kita? Atau justru
menikamnya dari belakang? Apakah kita bisa menjaga rahasia saat sahabat kita bercerita?
Ataukah justru kita jadi “ember” yang membocorkan rahasia orang?
Orang yang
menjerumuskan sahabatnya ke dalam dosa; orang yang menikam temannya dari
belakang dsb. adalah orang yang menjadi racun bagi sahabatnya, dan ini
merupakan dosa di mata Tuhan. Janganlah kita menjadi racun untuk sahabat kita
seperti Yonadab.
Ams.
16:28 : Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah
menceraikan sahabat yang karib.
2. Persahabatan
Filipus dan Natanael
Filipus dan Natanael
tercatat sebagai dua orang sahabat yang merupakan murid-murid Yesus yang
pertama. Kisah persahabatan kedua orang ini dapat kita baca lengkap dalam Yoh.
1:35-5. Dalam bacaan ini, Filipus terlebih dahulu bertemu dengan Yesus dan
diajak Yesus untuk mengikuti-Nya (ay. 43). Ini merupakan suatu kabar baik :
dipanggil oleh Sang Mesias.
Lalu, apa yang
menjadikan Filipus sebagai sahabat yang baik bagi Natanael? Filipus yang telah
merespon panggilan Yesus tidak menjadikan hal sukacita ini menjadi miliknya
sendiri. Sebaliknya, dia mengajak sahabatnya Natanael untuk turut ambil bagian
dalam sukacita yang telah dia terima : bertemu Kristus dan menjadi
pengikut-Nya.
Yoh.
1:45-47 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah
menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,
yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya:
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan
lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata
tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!"
Kabar keselamatan dan sukacita yang didapatkan Filipus, dia teruskan kepada sahabatnya, karena Filipus ingin sahabatnya juga dapat bertemu Kristus dan turut ambil bagian dalam sukacita yang pada akhirnya akan menjadi sukacita kekal.
Bagaimanakah dengan
kita? Sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Kristus dan sebagai sahabat
yang baik, sudahkah kita menyiarkan kabar keselamatan ini bagi sahabat kita? Sudahkah sahabat kita mendengar kabar keselamatan
bahwa : Allah mengasihi kita, sehingga Dia datang untuk menyelamatkan kita
orang berdosa dari hukuman kekal ?
Jika kita telah mendengar
kabar baik, kita menikmati kenyataan bahwa kita telah diselamatkan oleh Kristus
dan kita tidak mengabarkan itu kepada sahabat kita, maka kita bukanlah sahabat
yang baik.
Ada
suatu ilustrasi : ada dua orang pemuda beragama Kristen yang bersahabat akrab,
James dan Chris. Mereka selalu bersama, tidak pernah bertikai, memiliki hobi
yang sama, saling menolong, saling peduli, sama-sama aktif sebagai pemuda
Gereja; sungguh persahabatan mereka sangatlah ideal. Namun, ada 1 hal yang
membuat mereka berbeda: James adalah pemuda Kristen yang beriman pada Kristus
dan takut akan Tuhan, sedangkan Chris adalah pemuda Kristen KTP yang tidak
beriman sungguh-sungguh dan tidak takut Tuhan. Perbedaan ini tidaklah menjadi
penghalang bagi persahabatan mereka. Namun bagi James, keadaan Chris sebagai
orang yang tidak beriman mengganjal hatinya. James sangat peduli, namun tidak
pernah satukalipun menginjili Chris. Ini disebabkan karena dia tidak mau
hubungannya dengan Chris menjadi renggang karena perbedaan pendapat soal
kehidupan beriman. James merasa bersalah karena dia tidak pernah menginjili Chris,
padahal hampir setiap hari mereka bertemu. James lalu berkata dalam hatinya :
“akan ada waktu yang tepat dimana saya akan memberi tahu Chris mengenai
Kristus”.
Hari
demi hari, James terus mencari waktu untuk menginjili Chris, namun selalu dia menunda
esok, esok dan esok. Hingga suatu hari, mereka berdua pergi ke gunung bersama
rombongan pemuda Gereja. Dalam perjalanan, bus yang mereka tumpangi mengalami
kecelakaan dan terguling ke jurang. Dalam kecelakaan ini, James dan Chris
meninggal dunia. Sebagai orang beriman, James langsung masuk Sorga dan Chris
masuk Neraka. Dalam keadaan sengsara di Neraka, Chris melihat James ada dalam
sukacita Sorgawi yang damai. Melihat hal itu, Chris berteriak : “James, sungguh
tega dirimu! Engkau sahabatku! Engkau selalu punya banyak waktu untuk bertemu
denganku! Engkau selalu punya banyak waktu untuk bercerita denganku, bahkan
engkau selalu punya banyak waktu untuk bermain sepakbola denganku! Namun betapa
teganya kamu, satukalipun engkau tidak pernah memberitahukanku jalan menuju ke
sana (Sorga)!
Dalam kisah di atas, James tidak menjadi sahabat yang baik bagi Chris seperti Filipus yang mengenalkan Natanael kepada Kristus. Kisah di atas mungkin tidak akan terjadi dalam kekekalan, namun mungkin juga bisa juga terjadi. Akan tetapi bayangkanlah : kita melangkah masuk Sorga karena kita telah beriman kepada Kristus, dan kita melihat sahabat kita sedang menderita dalam Neraka karena kita tidak pernah menceritakan tentang jalan keselamatan kepada mereka selama kita masih berada di dunia dengan dia. kita bukanlah teman yang baik.
Belajar dari Filipus yang menjadi sahabat baik bagi Natanael, yang mengenalkan Kristus bagi Natanael, demikian juga kita : selagi masih ada waktu dan kesempatan, marilah kita yang telah terlebih dahulu mendengar Injil dan telah terlebih dahulu mengenal dan beriman kepada Kristus, memberitakan itu semua kepada sahabat-sahabat kita yang belum beriman kepada Kristus. Mengenalkan mereka kepada Kristus bukan hanya dalam hal keselamatan, namun juga dalam hal kehidupan bahwa dalam hidup ada Kristus yang selalu menyertai kita. Saat sahabat kita mengalami permasalahan hidup (seperti Amnon), kita harus mengarahkannya kepada Kristus, karena hanya Kristuslah satu-satunya jalan keluar. Saat sahabat kita mencari kedamaian karena belum mengenal Kristus, kita harus mengenalkannya kepada Kristus sebagai sumber kedamaian. Beginilah seharusnya kita menjadi sahabat : menguatkan iman mereka dan memberi solusi terbaik bagi masalah sahabat kita, dan solusi itu adalah Kristus. Itu baru sahabat yang baik!
Kristus adalah sahabat
yang baik. Dia adalah sahabat yang memiliki kasih yang besar, yang mau mengorbankan diri bagi keselamatan
sahabat-sahabatNya – dan kitalah sahabat-sahabatNya.
Yoh.
15:13 : Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Sebagaimana Kristus
sudah menjadi sahabat yang baik bagi kita dengan berkorban bagi kita, kita pun
harus menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, yaitu dengan membawa dan
mengenalkan mereka kepada Kristus. Itulah tugas kita sebagai orang Kristen
sesuai amanat agung Kristus.
Mat.28:
19-20 : Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman."
Sahabat seperti apakah kita? Seperti Yonadab yang menjerumuskan orang ke dalam dosakah? Atau seperti Filipus yang membawa orang lain kepada Kristus?
Selamat menjadi sahabat
yang baik!
Amin

