Lukas 24 : 13 – 35
“PERJALANAN KE EMAUS”
Setelah kebangkitan-Nya pada Minggu pagi, Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada murid-murid dan para pengikut-Nya. Diantara penampakkan-penampakkan itu, salah satunya adalah penampakkan kepada dua orang murid yang sedang berjalan ke kampung Emaus. Data dari kedua murid ini sangatlah sedikit, selain dari data mengenai nama salah seorang murid itu yaitu Kleopas (ay.18). Demikianlah Lukas mencatat kisah penampakkan ini, selain sebagai bukti bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, ada juga beberapa hal yang dapat kita lihat dan pelajari bersama dari kisah ini.
1. Kedua murid ini meninggalkan persekutuan dengan murid-murid yang lain. Saat Yesus masih ada, mereka selalu bersama dengan para murid yang lain. Tetapi setelah kematian Yesus, mungkinkah mereka merasa bahwa semuanya sudah usai? Sepertinya kedua murid ini lupa bahwa Yesus pernah berjanji, bahwa Dia akan bangkit dari kematian (Mat.16:21), dan memutuskan untuk pulang kampung. Sepertinya mereka kecewa karena Yesus yang mereka ikuti selama ini tidak sesuai dengan harapan mereka (akan dijelaskan pada poin selanjutnya).
Meninggalkan persekutuan dengan umat Tuhan yang lain, adalah hal yang berbahaya, karena itulah saat yang tepat bagi iblis untuk menangkap dan membinasakan mereka. Dalam persekutuan dengan umat Tuhan, kita dapat saling dikuatkan dan menguatkan satu sama lain dalam doa, nasihat dan pengajaran Firman Tuhan. Janganlah sekali-kali kita mencoba menghindari dan menjauhi perkumpulan dengan umat Tuhan yang lain, baik dalam Gereja, peribadatan dsb (asalkan itu perkumpulan yang benar, buka sesat!) dimana dalam perkumpulan itu kita mengenal Tuhan, membicarakan tentang Tuhan serta semakin didekatkan dengan Tuhan (bdk. Ibrani 10:25).
2. Tuhan tidak meninggalkan mereka terhilang, tetapi Tuhan mencari dan menyelamatkan mereka. Jika mereka tidak diselamatkan, mungkin mereka akan kembali ke kehidupan mereka yang lama, dan mereka akan lupa siapa Yesus, mereka akan lupa akan segala yang terjadi dalam hidup mereka bersama Yesus. Tetapi bersyukur pada Tuhan, bahwa dalam perjalanan pulang, mereka “ditangkap” kembali oleh Tuhan. Dalam perjalanan ke Emaus, Yesus menampakkan diri dan berbincang-bincang dengan mereka, hingga akhirnya mereka disadarkan bahwa semuanya belum usai. Ini adalah suatu anugrah besar bagi Kleopas dan temannya karena oleh anugerah, Tuhan bekerja untuk menemukan mereka.
Tepat 22 Desember 2018, ayah saya dipanggil Tuhan kembali ke pangkuan-Nya. Sebelum pergi, ayah saya menderita dengan sakit yang cukup berat bertubi-tubi mendera tubuhnya. Saya, sebagai seorang anak yang mengasihi ayah saya, dan juga sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan, tak henti-hentinya memohon kesembuhan dari Tuhan bagi ayah saya. Namun, Tuhan berkata lain, dimana Dia akhirnya memanggil ayah saya. Kecewa? Tentu. Saya membenci Tuhan, saya berkata dalam hati bahwa percuma saya berdoa. Jika orang lain sembuh, mengapa ayah saya tidak? Bukankah ayah saya adalah orang yang mengasihi Tuhan seumur hidupnya? Dimana letak keadilah Tuhan? Namun saya bersyukur pada Tuhan, karena Dia tidak membiarkan saya terhilang. Dengan kuasa Roh Kudus, saya disadarkan bahwa ayah saya sudah ada ditempat yang lebih baik dan tidak lagi menderita. Dengan pengertian-pengertian yang benar, Tuhan menunjukkan maksud-Nya bagi ayah saya, bagi keluarga dan bagi saya sendiri. Saya memohon ampun sejadi-jadinya, karena pernah kecewa terhadap Tuhan, pernah marah terhadap Tuhan, dan pernah memutuskan untuk berhenti percaya. Saya bersyukur, Tuhan mencari dan mendapatkan saya kembali, serta memulihkan keadaan saya. Semua karena anugerah-Nya.
3. Mereka mengenal Yesus dengan cara yang salah, dan kecewa karena Yesus yang mereka kenal tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Mereka mengenal Yesus sebagai Sang pembebas yang akan membebaskan bangsa Israel dari jajahan Romawi (ay21). Ini adalah tradisi Yahudi mengenai Mesias saat itu, dan mereka memegang kepercayaan itu. Pada akhirnya, mereka kecewa karena bukannya memimpin perang melawan Romawi, Yesus malah mati ditangan para prajurit Romawi. Mungkin ini menjadi salah 1 faktor mereka meninggalkan perkumpulan yang Yesus sudah bentuk, karena mereka kecewa kepada Yesus.
Ada berapa banyak orang yang kecewa pada Yesus dan meninggalkan Dia karena salah mengenal Dia? Ada yang hanya mengenal Yesus sebagai tabib yang agung, dan saat penyakit mereka tak kunjung sembuh padahal sudah berdoa, mereka kecewa dan meninggalkan Yesus. Ada yang hanya mengenal Yesus sebagai penjawab doa, dan saat doa-doa mereka tidak dijawab Tuhan, mereka kecewa dan meninggalkan Yesus. Ada yang hanya mengenal Yesus sebagai pembawa kemakmuran / kekayaan, dan saat mereka tak kunjung menjadi kaya padahal sudah berdoa, mereka kecewa dan meninggalkan Yesus. Mereka tidak mau menerima Yesus yang sengsara, mereka tidak mau sadar dan menerima bahwa Yesus sudah mati dan menebus dosa mereka. Mereka hanya mau mengenal Yesus yang memberi kenyamanan, kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Sungguh, salah mengenal Yesus adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal bagi hidup kita. Bagaimana caranya agar kita tidak salah mengenal Dia? Kita harus rajin untuk membaca, belajar dan merenungkan Firman-Nya, karena dari situlah kita dapat mengenal Dia dengan benar. Jangan pernah salah mengenal Yesus.
4. Tuhan bukan hanya mencari mereka, tetapi juga memberi pengertian yang benar kepada mereka (ay.25-27). Inilah Sang Guru yang baik, yang dengan kasih membuka otak mereka dan mengingatkan kembali kepada apa yang sudah Dia ajarkan kepada mereka. Yesus tidak hanya mencari mereka, tetapi menggunakan kesempatan itu untuk memberitakan Firman Tuhan, dan Firman itulah yang menghancurkan kerasnya otak mereka dan menyadarkan mereka tentang kebenaran bahwa Yesus sudah bangkit. Sebenarnya, mereka sudah mendengarkan kabar bahwa Yesus sudah bangkit. Ini nyata dari kesaksian mereka (ay.22-24), namun mereka nampaknya tidak peduli dan tidak mau percaya, sehingga Tuhan mengatakan mereka sebagai orang bodoh (ay.25).
Pernahkah kita mengeraskan hati terhadap kesaksian orang lain tentang Tuhan? Pernahkan kita mengeraskan hati terhadap kebenaran Firman yang disampaikan kepada kita? Jika pernah, marilah kita memohon ampun, dan memberi diri untuk diajar oleh Tuhan lewat pembelajaran dan perenungan Firman Tuhan, serta mau mendengar pemberitaan Firman Tuhan yang diberitakan oleh para hamba Tuhan. Jangan mengeraskan hati, karena sesungguhnya dari Firman itulah, otak kita yang bodoh dipulihkan, hati kita yang keras dibentuk menjadi menjadi hati yang mau menerima Firman Tuhan, dan menjadi tempat dimana Firman itu tumbuh dan menghaslkan buah-buah untuk kemuliaan nama Tuhan.
5. Mengajak Tuhan masuk ke dalam rumah, menjadi awal dari kesadaran mereka tentang kehadiran Yesus dalam perjalanan mereka. Saat mereka mengajak Dia masuk ke dalam rumah mereka dan makan bersama, mereka akhirnya sadar bahwa yang berjalan bersama mereka dari tadi adalah Yesus. Kesadaran ini semakin meneguhkan hati mereka bahwa Yesus telah hidup dan menampakkan diri kepada mereka, menguatkan iman mereka serta memulihkan keadaaan mereka yang lesu dan sedih karena kecewa.
Jika mereka yang dengan tidak sadar mengajak Yesus masuk dalam rumah mereka, menerima peneguhan hati, iman dan kepercayaan serta dipulihkan, bagaimana pula dengan kita yang dengan segenap hati, penuh kesadaran mengajak dan menerima Yesus dama hati, kehidupan dan keluarga kita? Jika kita menerima Dia, maka kita, keluarga kita, kehidupan kita, iman kita akan dipulihkan dan dikuatkan oleh-Nya. Jika kita mendengar Dia sedang mengetok pintu hati kita, bukankah sudah seharusnya kita membuka pintu dan menerima Dia masuk? (Wahyu 3:20)
6. Mereka berdua turut menjadi saksi dan mau bersaksi tentang kebangkitan Yesus. Inilah perubahan besar dari dua orang murid yang tadinya berniat mundur dari perkumpulan anak Tuhan, setelah mereka dicari dan diselamatkan Tuhan. Jarak dari Emaus ke Yerusalam adalah 7 Mil atau 11 KM. Namun jarak bukanlah soal bagi mereka, karena memberitakan kebangkitan Yesus adalah hal yang lebih penting daripada memikirkan jarak yang jauh itu. Total perjalanan mereka hari itu adalah kira-kira 22 KM (Yerusalem - Emaus - Yerusalem), namun kaki yang letih tidaklah menjadi halangan bagi mereka untuk kembali ke Yerusalem untuk memberitakan kisah penampakkan Yesus ini.
Apakah yang menghalangi kita untuk menjadi saksi-Nya? Waktu? Pekerjaan? Kesibukan? Jangan biarkan itu semua menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi saksi-Nya, untuk bersaksi tentang kasih-Nya dan karya penebusan-Nya. Jika kita merasa bahwa hanya oleh karena anugerah dan belas kasihan Tuhan sajalah kita diselamatkan, maka sesungguhnya hal-hal di atas tidak akan pernah menjadi penghalang bagi kita untuk bersaksi. Seperti kedua murid dari Emaus, marilah kita berlari dengan semangat berkobar untuk mengabarkan injil-Nya, untuk menjadi sakksi-Nya sesuai kapasitas yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup kita. Lakukanlah itu sebagai tanda ucapan syukur, karena kita sudah menerima kasih karunia, belas kasihan, penebusan, penyelamatan dan segala yang baik dari Tuhan baik secara rohani maupun jasmani.
Kita pernah terhilang, namun Tuhan mencari dan mendapatkan kita. Kita diajar-Nya segala firman-nya, kita menerima segala yang baik daripada-Nya. Dia mati bagi kita, dan Dia ingin kita hidup bagi-Nya. Dia mau kita menjadi saksi-Nya. Jika Kleopas dan temannya mau berjalan 11 KM untuk kembali ke Yerusalem demi memberitakan kebangkitan Yesus, mengapa kita tidak lebih dari itu?
-- AMIN --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar