Minggu, 19 Juli 2020

TERSEMBUNYI UJUNG JALAN


Tersembunyi ujung jalan,
Hampir atau masih jauh ;
Ku dibimbing tangan Tuhan
Ke neg’ri yang tak ‘ku tahu.
Bapa, ajar aku ikut,
Apa juga maksud-Mu,
Tak bersangsi atau takut,
Beriman tetap teguh.
Lagu dengan judul asli Wat de toekomst brengen moge ini ditulis oleh Jacqueline Van Der Waals (1863-1922) dan diaransemen oleh John Zundel pada tahun 1870. Lagu yang berada di nomor urut 416 dalam Kidung Jemaat ini berkisah tentang seseorang yang sedang merenungi perjalanan hidupnya yang penuh misteri bersama dengan Tuhan. Lagu ini menjadi salah satu himne Kristen favorit saya, karena syairnya yang begitu mendalam yang sangat baik untuk dijadikan perenungan dalam menjalani hidup yang penuh misteri ini. Karena itu, marilah kita merenungi lagu ini kalimat per kalimat.
“Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh…”
Tahun yang baru, bulan yang baru, minggu, hari, bahkan jam, menit dan detik yang baru adalah misteri. Begitu juga masa depan. Tidak ada yang tahu akan jadi apa hidup ini dan apa yang terjadi di hari-hari yang akan datang. Misteri akan masa menjelang terkadang bahkan mungkin pasti membuat kita sebagai manusia merasa kuatir. Sukseskah? Gagalkah? Untungkah? Rugikah? Sehatkah? Sakitkah? Selamatkah? Celakakah? Panjang umurkah? Matikah? Sukakah? Dukakah? Tidak ada satu manusia pun yang tahu, dan dengan kekuatiran ini membuat orang-orang yang tidak berpengharapan akan merasa takut untuk melangkah ke depan, ke arah yang penuh misteri itu. Ya, segala sesuatu terkadang bisa berubah dengan cepat. Pada pagi hari terbangun dari tidur dalam keadaan sehat, namun pada sore harinya ditemukan meninggal mendadak. Hari ini penjualan sebuah toko sangat baik, minggu depan tiba-tiba rugi dan bangkrut. Ujung jalan yang tersembunyi itu benar-benar misteri yang tidak pernah diketahui oleh manusia manapun. Siapakah manusia yang mampu melihat jalan didepannya? Siapakah gerangan yang bisa mengetahui dimana ujung jalan itu? Apa yang akan terjadi disana?
Yakobus 4 : 13a : “sedang kamu tidak tahu apa yang terjadi besok…”
Tidak ada manusia yang pernah tahu….

“…ku dibimbing tangan Tuhan ke neg’ri yang tak ku tahu…”
Sebagai orang percaya, kita percaya bahwa langkah hidup kita ditentukan oleh Tuhan (bdk. Maz.37:23) baik secara jasmani maupun rohani. Maka dalam menghadapi masa mendatang yang penuh misteri, itupun ada dalam penentuan Tuhan. Jika Tuhan menentukan kita untuk melewati masa-masa itu, jika tangan-Nya membimbing dan menuntun kita saat menghadapi masa-masa itu, haruskah kita takut? Saat Abraham diperintahkan Tuhan untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke negeri yang tidak dia kenal (Kej.12:1), Abraham melakukan itu dengan penuh iman dan percaya (Kej.12:4 ; Ibr.11:8) karena dia percaya akan janji dan pimpinan tangan Tuhan. Saat Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk masuk ke masa yang baru masa yang penuh misteri, haruskah kita takut? Janganlah takut! Karena dengan iman, kita percaya Dia akan menuntun kita.

“Bapa, ajar aku ikut apa juga maksud-Mu, tak bersangsi atau takut, beriman tetap teguh.”
Apa respons kita terhadap janji tuntunan Tuhan? Ikuti tuntunan Tuhan. Ikuti maksud Tuhan dalam hidup ini. Jangan sangsi, jangan protes, namun tetap taat dan percaya bahwa dibalik segala maksud Tuhan itu, dibalik semua rencana Tuhan, semuanya mendatangkan kebaikan bagi umat yang mengasihi-Nya (Rom.8:28). Lihatlah bangsa Israel, yang terus mengeluh, sangsi, protes bahkan marah besar kepada Tuhan saat perjalanan ke Mesir. Apa yang mereka dapatkan? Kebinasaan! Mereka tidak menikmati tanah perjanjian, karena mereka tidak merespons kebaikan Tuhan dengan semestinya (kecuali Yosua dan Kaleb). Mereka tidak meneladani bapa leluhur mereka, Yusuf. Yusuf menderita berulang-ulang kali, namun ia tetap beriman kepada Tuhan, taat dan tetap berserah kepada Tuhan walaupun kelihatan nantinya ujung jalan itu akan sangat buruk bagi dia (dijual sebagai budak, difitnah dan dipenjara di Mesir). Namun karena iman, maka dia menikmati ujung jalan yang gemilang bersama Tuhan.
Ikut Tuhan tidak selamanya berada dalam jalan yang mulus. Ada batu, duri dan hal-hal lain yang menghambat lajunya jalan kita.. namun ini tidak berarti penyertaan  Tuhan tidaklah sempurna, melainkan dengan demikian membuat kita akan tetap dekat dengan-Nya. Janji Tuhan : saat kita jatuh, kita tidak akan sampai tergeletak sebab Dia menopang kita (bdk. Maz.37:24), dari kandungan sampai memutih rambut kita, Dia menggendong kita (bdk. Yes.46:3-4). Jangan protes jika ada ada tantangan! Belajarlah dari Ayub (Ayub 1:20-22) yang tetap setia dan beriman kepada Tuhan setelah segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya (yang semua itu terjadi atas seijin Tuhan). Percayalah, apapun yang Tuhan buat itu baik adanya dan segala sesuatu yang terjadi tidak akan melebihi kekuatan kita (1 Kor.10:13). Jika Dia menetapkan bahwa kita harus berduka, jika Tuhan menetapkan kita harus gagal, jika Tuhan menetapkan kita harus melewati jalan yang sulit, ikuti maksud Tuhan itu. Memang berat, namun seperti lirik lagu di atas, “…Bapa ajar aku ikut apa juga maksud-Mu…” mintalah hikmat dari Tuhan, mintalah pengertian dari Tuhan, mintalah ajaran dari Tuhan dan berilah diri untuk diajar oleh Tuhan agar kita mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup kita, karena sesungguhnya dengan pengertian kita sendiri, kita tidak akan pernah mengerti semua maksud Tuhan dalam hidup kita.
Segala sesuatu tersembunyi bagi kita, namun tidak bagi Allah. Jangan takut akan hari esok, karena janji-Nya : Dia akan menuntun kita. Semua yang baik telah disiapkan Tuhan bagi kita  baik secara jasmani maupun rohani, melebihi apa yang kita pikirkan (dengan catatan : kita adalah orang beriman). Asal kita tetap merespon akan janji-Nya dengan dengan tetap beriman, percaya, tidak sangsi, tidak protes serta tidak ragu akan Tuhan., maka percayalah bahwa hari esok dan masa depan bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi kita. Percayalah, bahwa ada sesuatu yang gemilang di ujung jalan itu saat kita berjalan bersama Tuhan.
Dalam tuntunan tangan Tuhan yang sempurna menuju ujung jalan itu, marilah sekali lagi kita bernyanyi bersama denga penuh iman dan percaya pada Tuhan:

Tersembunyi ujung jalan,
Hampir atau masih jauh ;
Ku dibimbing tangan Tuhan
Ke neg’ri yang tak ‘ku tahu.
Bapa, ajar aku ikut,
Apa juga maksud-Mu,
Tak bersangsi atau takut,
Beriman tetap teguh.

Selamat dituntun oleh Tuhan
Amin.

Sabtu, 28 Maret 2020

YUDAS ISKARIOT (Matius 27:1-10)


Siapa yang tidak mengenal Yudas Iskariot? Jika kita bertanya pada anak sekolah minggu siapakah Yudas Iskariot itu, mereka mereka akan dengan mantap menjawab murid yang mengkhianati Tuhan Yesus!” atau murid yang menjual Tuhan Yesus!”, dan itu benar, sesuai catatan Alkitab (Mat.10:4 ; Mark.3:19). Yudas adalah murid yang mengkhianati dan menjual Yesus dengan harga 30 keping perak kepada para imam untuk ditangkap, dia adalah salah satu dari 12 Rasul yang dipilih dari begitu banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus. semua orang Kristen bahkan non-kristen tentu tahu siapa Yudas Iskariot ini. Beberapa fakta mengenai Yudas Iskariot:
  • Kata Iskariot berasal dari kata Ibrani “ISY QERIYOT” yang berarti orang Keriot (sumber : https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=YUDAS%20ISKARIOT). Artinya kata Iskariot menunjukkan darimana Yudas berasal. Jadi, Yudas Iskariot berarti Yudas dari Keriot atau Yudas orang Keriot. Keriot sendiri beberapa kali dicatat dalam Alkitab : Yeremia 48:24 , Amos 2:2. Keriot berada di daerah Moab.
  • Ayah Yudas bernama Simon (Yoh.6:71).
  • Yudas memiliki jabatan dalam kumpulan 12 murid yaitu sebagai bendahara atau pemegang kas (Yoh.12:6 ; Yoh.13:29)
  • Selain dikenal sebagai pengkhianat, Yudas juga adalah seorang pencuri uang kas / koruptor (Yoh.12:6).
  • Yudas tentu termasuk 70 murid yang diutus oleh Tuhan untuk memberitakan tentang kerajaan Allah (Luk.10:1-12) dan mungkin juga melakukan mujizat saat dia diutus bersama murid yang lain (Luk.10:17-20)
  • Yudas termasuk dalam 12 murid yang tidak pergi meninggalkan Yesus saat banyak pengikut Yesus yang mundur setelah mendengar khotabh Yesus yang keras (Yoh.6:60-71)

Pengkhianatan Yudas dalam goresan para seniman dunia :

Lukisan “Presa di Cristo nell’orto or Cattura di Cristo” karya pelukis Italia Michelangelo Merisi da Caravaggio (1602)

Lukisan “Yudas kiss” karya pelukis Italia Giotto (1304)

Kembali ke perenungan, apa yang bisa dipelajari dari Yudas berdasarkan bacaan kita pada saat ini? Yudas memiliki guru atau pembimbing rohani yang luar biasa yaitu Yesus, namun kenapa Yudas tetap gagal?
  1. Kegagalan Yudas bukan kesalahan Yesus sebagai guru, melainkan karena Yudas memang bukan orang beriman yang percaya pada Yesus (bdk. Yoh.6:64), sehingga hatinya tidak terbuka untuk dituntun oleh Roh Kudus dan hatinya tidak terbuka untuk kebenaran yang diajarkan oleh Sang Guru
  2. Yudas mengambil keputusan bukan dengan tuntunan Roh Kudus melainkan dengan keinginan daging yang telah ditunggangi iblis. Keputusan yang diambil berdasarkan keinginan daging akan membawa kepada kebinasaan. Karena itu sebelum mengambil keputusan, hendaknya kita meminta tuntunan Roh Kudus agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
  3. Setelah mendengar bahwa Yesus akan dihukum mati, Yudas merasa menyesal dan bersalah (ay.3), namun ada yang salah dengan perasaan Yudas ini. Apa yang salah? Perasaan Yudas hanya sekedar emosi manusia belaka dan bukan kesadaran dari dalam roh. Yudas hanya merasa bersalah kepada Yesus sebagai manusia, sebagai rabi dan sebagai teman. Yudas tidak merasa bersalah kepada Tuhan, pikirannya hanya tertuju kepada pelanggaran moral terhadap sesama manusia namun tidak merasa berdosa dan bertanggung jawab terhadap Tuhan. Saat melakukan dosa, seharusnya yang ada dalam pikiran kita paling pertama adalah aku telah berdosa terhadap Tuhan” (bdk. Dengan Raja Daud saat dia berdosa dalam 2 Sam. 24:10). Saat berdosa, entah sendiri atau melibatkan orang lain (melawan orangtua, mengkhianati teman, membunuh dsb.) Tuhanlah yang tersakiti karena dosa itu, sehingga kita bertanggung jawab terhadap Tuhan atas dosa itu. Jika kita hanya melihat hati manusia yang tersakiti karena kesalahan kita tanpa melihat hati Tuhan telah lebih dahulu tersakiti, maka kita sama dengan Yudas.
  4. Setelah berdosa dan merasa bersalah, Yudas bukan datang kepada Tuhan melainkan kepada manusia (Yudas datang kepada para imam – ay.3), sehingga yang dia dapati adalah kekecewaan dan keputusasaan, sudah tidak dianggap berharga lagi oleh para imam dan dibuang begitu saja. Ini tentu membuat Yudas semakin terpuruk dan frustrasi. Yudas telah pergi ke tempat yang salah, berbeda dengan Petrus. Lihatlah mata Tuhan telah menangkap Petrus saat Petrus menyangkali-Nya tiga kali (bdk. Luk.22:61), dan Petrus lari kepada Tuhan dalam keterpurukan (bdk. Yoh.21:15-23). Saat merasa terpuruk, putus asa dan frustrasi, janganlah datang kepada manusia, tetapi datanglah kepada Tuhan apalagi menyangkut dosa. Datang kepada manusia yang kita dapati hanyalah kekecewaan, keputusasaan dan bahkan kita tidak dianggap. Namun datang kepada Tuhan adalah sesuatu yang indah karena Tuhan tidak memandang rendah hati yang hancur (Maz.51:19) dan dia selalu memberikan kelegaan kepada kita yang datang dengan beban berat (dosa – Mat.11:28).
  5. Yudas tidak menuntaskan penyesalan dengan mohon ampun kepada Tuhan dan bertobat. Yudas berhenti pada fase menyesal tanpa ada pengampunan dan pertobatan. Penyesalan tanpa pengampunan dan pertobatan adalah sia-sia. Ibarat guci yang jatuh dan pecah tanpa ada sentuhan perbaikan, maka itu hanyalah pecahan guci yang siap dibuang sebagai sampah. Saat kita sadar akan dosa dan kesalahan kita, tuntaskan itu dengan mohon ampun pada Tuhan dan lanjutkan dengan pertobatan (dengan tuntunan Roh Kudus). Saat berdosa jangan tunda untuk minta ampun pada Tuhan, karena jika kita tetap bertahan dalam dosa tanpa ada pengampunan dan pertobatan maka kita akan binasa seperti Yudas.
  6. Yudas merasa frustrasi dan putus asa karena mengira semua sudah selesai dan tidak ada yang tersisa bagi dia. Uang tidak dia dapat, pujian dari pada imam tidak dia dapat, malahan dibuang seperti sepah yang rasa manisnya sudah hilang. Dari teman-temannya para murid? Mungkin Yudas berpikir, tidak mungkin teman-teman yang mau menerima seorang pengkhianat untuk kembali. Yudas merasa tertolak tanpa tahu bahwa tangan Tuhan selalu terbuka menerima orang yang datang mohon ampun pada-nya. Yudas merasa malu ditolak di Bait Allah, ditolak teman-teman dan mungkin akan menjadi bahan bully sebagai seorang pengkhianat. Bagi Yudas, ini menjadi masalah yang tidak ada jalan keluarnya tanpa sadar bahwa Tuhan mampu memberi jalan keluar. Putus asa tanpa adanya pertolongan dari Tuhan membuat Yudas menyerahkan diri pada kebinasaan (ay.5). Berapa banyak orang yang bunuh diri karena merasa putus asa dan merasa tidak ada jalan keluar? Tanpa ada hubungan yang baik dengan Tuhan, tanpa percaya Tuhan, tanpa kenal Tuhan dengan baik maka saat masalah datang orang akan kecewa, frustrasi, depresi dan bunuh diri tanpa mengetahui bahwa Tuhan mampu memberi kelegaan

Yudas yang awalnya berapi-api ikut Tuhan, turut menginjili, dan tetap teguh saat orang lain meninggalkan Yesus pada akhirnya gagal dan binasa. Apa pelajaran dari jalan hidup Yudas ini? Kita belajar bahwa lahir dalam keluarga Kristen, berasal dari keturunan Kristen, mendengar injil dari kecil, dibaptis, di-tabis Sidi, mengikuti Perjamuan Kudus, mengikuti pelayanan dsb. tidak menjamin orang akan setia sampai akhir dan menikmati keselamatan dari Tuhan, jika orang itu tidak pernah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus. Bukan upacara ibadah pelayanan dan lahir dalam keturunan Kristen yang dapat menyelamatkan, melainkan hanya iman dan percaya kepada Kristus (Sola Fide). Yudas jatuh dalam dosa karena tidak meminta tuntunan Roh Kudus dan tidak dituntun oleh Roh Kudus sehingga tiap keputusan yang diambil membawa dia dalam dosa dan kebinasaan. Mintalah selalu tuntunan Roh Kudus dalam setiap langkah hidup kita agar kita tidak salah melangkah dan mengambil keputusan dalam hidup.

Apa persamaan Yudas dan Petrus? Mereka berdua sama-sama melakukan kesalahan fatal di akhir hidup Yesus, guru mereka. Namun, apa perbedaan antara mereka berdua? Yudas menyesal, namun tidak pernah kembali pada Tuhan, sedangkan Petrus menyesal dan kembali pada Tuhan. Saat kita berdosa dan merasa frustrasi karena dosa, maka tuntaskan dengan minta ampun pada Tuhan dan bertobat, maka kita akan diampuni Tuhan dan diberi kelegaan atas rasa frustrasi karena dosa kita.
Kita semua orang berdosa yang telah diselamatkan Tuhan. Saat kita diselamatkan Tuhan, kita memulai sesuatu yang baru dan yang indah bersama Tuhan. Karena itu biarlah kita menjalani dan meyelesaikan semua itu dengan indah bersama Tuhan, sehingga kita akhirnya dapat menikmati keselamatan kekal yang telah Tuhan berikan kepada kita. Mintalah tuntunan Roh Kudus selalu. Jangan jadi Yudas.

-- AMIN --