Rabu, 20 Desember 2023

DAMAI YANG SEJATI (MAZMUR 62:2)

 



DAMAI YANG SEJATI

Mazmur 62:2

Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.

 Damai. Kata yang sudah sering didengar oleh kita diberbagai kesempatan. Saking sering didengar, kata “damai” seperti kehilangan makna. Padahal, perasaan damai adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, perasaan damai itu sendiri tidak dimiliki oleh semua orang. Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan rasa damai dalam hidupnya. Segala cara dilakukan oleh beberapa orang untuk bisa merasakan damai dalam hari hidupnya, mulai dengan mengumpulkan uang yang banyak dengan harapan uang dapat mendatangkan rasa damai baginya; ada juga yang pergi berlibur ke tempat-tempat yang indah untuk mencari rasa damai di hati dan pikiran; ada juga orang yang mencari rasa damai dengan mengonsumsi obat penenang sampai obat-obatan terlarang dengan harapan, pikiran dan hari mereka bisa tenang.

 

Bagi kita yang mungkin hari ini merasa biasa-biasa saja serta tidak merasakan kesulitan yang berarti dalam menjalani hari, mungkin kata “damai” atau perasaan damai terkesan sebagai sesuatu yang sepele. Padahal, kehilangan rasa damai bisa berakibat fatal bagi seseorang atau sekelompok orang. Kehilangan rasa damai bisa membuat orang menjadi stres, menjadi jahat, kacau, tidak berpikir jernih, depresi bahkan sampai bunuh diri. Tanpa ada rasa damai di dalam hati, masalah kecil bisa menjadi masalah yang sangat besar. Tanpa ada rasa damai di dalam hati, segala problem menjadi tidak ada jalan keluar. Maka janganlah kita terkejut jika ada kita mendengar berita : ada orang yang bunuh diri karena putus cinta; ada orang yang membunuh anaknya karena tidak mampu membeli makan; ada orang yang kaya raya dan banyak uang namun tidak bisa tidur. Bagi kita mungkin masalah-masalah di atas hanyalah masalah sepele yang bisa kita atasi, namun bagi mereka yang kehilangan rasa damai, masalah itu sangatlah berat dan tidak terpikul oleh mereka, sehingga akhirnya memutuskan untuk bertindak fatal.

Beberapa waktu belakangan ini, saya sering membaca berita tentang maraknya kasus bunuh diri dikalangan remaja hingga pemuda, khususnya mahasiswa. Ada yang mengakhiri hidup karena gagal wisuda, ada yang mengakhiri hidup karena tidak mampu membayar uang kuliah, ada yang mengakhiri hidup padahal beberapa jam lagi akan diwisuda, ada yang mengakhiri hidup karena dilarang bermain HP oleh ibunya. Beberapa tahun lalu, ada seorang laki-laki paruh baya yang bekerja sebagai PNS yang nekat bunuh diri karena putus cinta. Saat membaca berita-berita ini, saya berpikir : “selemah itukah mental kalian? Mengapa harus bunuh diri, padahal masalah kalian hanyalah masalah sepele; bukankah ada masalah lain yang lebih berat daripada hanya sekedar putus cinta, gagal wisuda dsb?” Dalam perenungan akan kejadian-kejadian tersebut, saya akhirnya menemukan jawabannya saat membaca Mazmur Daud ini : betapa pentingnya parasaan damai dalam hidup ini. Masalah-masalah yang saya anggap sepele akan  menjadi masalah besar dan berat apabila tidak ada rasa damai dalam hidup. Inilah sebabnya, Raja Daud mengkhususkan satu Mazmur mengenai perasaan damai.

Daud mengerti betapa pentingnya rasa damai dalam hidup. Dalam hidupnya, Daud telah mengalami begitu banyak masalah : menjadi buronan Raja Saul, rumah tangga berantakan, anak yang saling bunuh, anak yang memberontak dan berencana melakukan kudeta, serangan-serangan dari musuh disekelilingnya, sampai masalah dosanya terhadap Tuhan dalam kasus pembunuhan Uria dan perzinahannya dengan Betsyeba (bagi saya, masalah Daud yang paling berat adalah masalah dosanya terhadap Tuhan). Namun, seberat-beratnya masalah itu, Daud tidak depresi dan bunuh diri layaknya orang-orang. Dalam hatinya tetap ada damai yang menenangkan hatinya, menjernihkan pikirannya, dan mengatur langkahnya. Darimana damai itu berasal? Hartanya? Kerajaannya? Kekuasaan dan kemasyurannya? Tidak. Inilah kesaksian Daud mengenai damai itu :

Mazmur 62:2 : Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku

Daud mendapatkan rasa tenang / damai karena dia dekat dengan Allah. Kehadiran Allah sebagai Tuhan, Penguasa hidup, Raja, Gembala dan Sahabat dalam hidupnya membuat Daud menjadi tetap tenang dan damai di tengah segala kesulitan hidup yang ada. Daud mampu bertahan menghadapi itu semua semata-mata hanya karena dia dekat dengan Tuhan.

Dekat dengan Tuhan adalah kunci bagi kita untuk menjalani hidup yang penuh pergumulan dan tantangan. Dekat dengan Tuhan akan mendatangkan damai yang sejati dan abadi, yang membuat kita tetap kuat dan bertahan. Jika dekat dengan Tuhan mendatangkan ketenangan dan kedamaian, maka kebalikannya : hidup jauh dari Tuhan /  tanpa Tuhan tidak akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Saat seseorang dekat dengan Tuhan dan masalah datang menghadang, maka Tuhan akan memberi kekuatan dan jalan keluar atas masalah tersebut. Itulah sebabnya orang percaya selalu mampu bertahan atas segala masalah

1 Kor. 10: 13 : Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Ayat ini menjadi bukti dan suatu janji yang menyatakan bahwa : orang percaya tidak akan pernah bunuh diri. Mengapa? Karena Tuhan mengijinkan masalah terjadi namun tidak melebihi kekuatan kita yang artinya : kita akan mampu memikulnya. Jika kita hanya mampu memikul 10 kilogram, maka Tuhan tidak akan pernah memberi 11 kilogram. Saat kita merasa terlalu berat, ingatlah : bukan kita yang tahu kapasitas kita dalam memikul beban, tapi Tuhan yang tahu (dan ingat : kekuatan untuk memikul beban itu juga diberikan oleh Tuhan!). Selanjutnya dikatakan : Tuhan akan memberi jalan keluar. Seterjepit apapun hidup ini, selalu ada jalan keluar. Mengetahui akan hal-hal inilah yang membuat kita mampu untuk tenang dan tetap merasa damai; dan kita hanya akan mendapatkan hal-hal ini jika kita dekat dengan Tuhan. Jika demikian, apakah orang yang bunuh diri tidak dekat dengan Tuhan? YA! Karena saat mereka mengalami masalah, tidak ada yang menguatkan mereka, tidak ada yang memberi jalan keluar sehingga mereka merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar sehingga akhirnya mengakhiri hidup. (saat kita berkata seperti ini, banyak orang yang merasa kita menghakimi mereka yang bunuh diri dengan menilai bahwa mereka tidak dekat dengan Tuhan. Namun nayatanya memang demikian! Kita tidak bisa memungkiri hal ini…)

Berbicara mengenai “Damai Sejati”, apakah ada damai yang tidak sejati? Ada. Damai yang tidak sejati atau damai yang semu diciptakan atau didapatkan orang dari hal-hal yang dirasakan data membawa ketenangan dan kedamaian. Contohnya : uang, alkohol, obat penenang, narkoba, tempat-tempat hiburan dsb. Namun, apakah itu semua mampu memberi damai? Tidak! Itu semua  hanya memberi damai palsu; damai yang semu, bukan damai yang sejati yang tinggal tetap, sehingga saat damai itu hilang, mereka akan depresi. Kita tentu pernah mendengar, begitu banyak musisi yang kaya raya pada akhirnya bunuh diri karena depresi. Banyak musisi / artis yang mencari ketenangan dari obat-obatan dan alkohol namun justru kedua hal inilah yang membawa mereka kepada maut. Sungguh ketenangan dan damai yang sejati hanyalah dari Tuhan saja.

Jika demikian pentingnya dekat dengan Tuhan, bagaimana caranya agar kita dekat dengan Tuhan? Alkitab mencatat demikian : Hidup bergaul dengan Allah (Kej.5:22; Kej. 6:9). Bagaimana caranya bergaul dengan Allah?

1.      Mendengar Allah berkata-kata kepada kita

Abraham selalu mendengar Tuhan berbicara kepadanya. Dalam setiap perjalanan kehidupannya, Tuhan selalu berbicara dengan dia. Dalam perbincangan itu, berisi : janji Tuhan yang menguatkan Abraham (bdk. Kej.17:1-8); isi hati dan rencana Tuhan (bdk. Kej. 18:17-21). Jika waktu itu Tuhan berbicara langsung dengan Abraham, maka saat ini Tuhan berbicara kepada kita melalui FirmanNya (Alkitab, khotbah-khotbah dari hamba-hamba Tuhan dan dari segala tempat dimana kita bisa mendengar Firman Tuhan) dan melalui FirmanNya, Allah selalu menguatkan kita dan memberi damai dan ketenangan dalam hati kita.

2.      Berbicara kepada Allah

Abraham dalam kerendahan hatinya selalu akrab dengan Tuhan, berbicara seperti kepada seorang sahabat. Apapun yang ada dipikiran Abraham, apa yang dia rasakan, apa yang ada dihatinya selalu dia ungkapkan di hadapan Tuhan, dan Tuhan selalu mendengar. Inilah yang kita sebut debagai doa. Tuhan Yesus sendiri saat menjadi manusia, selalu berdoa sebelum memulai pelayananNya. Bahkan sebelum Dia menghadapi penderitaan, Dia berdoa kepada Allah sehigga Dia diberi kekuatan untuk menghadapi itu semua. Kitapun demikian, kita dapat mencurahkan segala isi hati kita kepada Allah sebagai Tuhan kita, Bapa kita, Sahabat kita. Dengan begitu, kita merasa lega dan mendapatkan damai serta ketenangan saat kita mencurahkan semua isi hati dan pergumulah kita kepadaNya lewat doa.

Yudas dan Petrus adalah dua orang yang menjadi contoh bagaimana kehadiran Tuhan dalam hidup mejadi suatu hal utama yang menentukan bagaimana kita mampu bertahan dalam menghadapai persoalan. Mereka berdua sama-sama melakukan kesalahan besar menjelang kematian Yesus; namun kita melihat : Petrus mampu bangkit dari masalah tersebut dan dipulihkan Tuhan, sedangkan Yudas tidak pernah bangkit dari keterpurukan, depresi dan bunuh diri (padahal dari segi masalah dosa, mereka berdua sama). Apa yang membedakan mereka berdua? Yang membedakan ialah : Petrus percaya kepada Tuhan Yesus sedangkan Yudas tidak. Petrus datang kepada Tuhan dan dipulihkan, sedangkan Yudas tidak datang kepada Tuhan, mencoba menghadapi masalah itu sendriri sehingga merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar, depresi dan akhirnya bunuh diri.

Orang-orang yang tidak merasa tenang dan damai dalam hati akan merasa depresi saat tidak  mendapat kelegaan dari masalah. Kemanapun mereka mencari, mereka tidak akan mendapatkan kelegaan dan kedamaian, karena mereka tidak mencurahkannya kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata :

Mat.11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Saat datang kepada Tuhan dan dekat denganNya lewat pembacaan / pendengaran akan Firman Tuhan dan dalam doa, maka Tuhan telah menjamin : kita akan diberi kelegaan dari segala sesuatu beban berat yang membuat kita menjadi letih lesu. Karena itulah : marilah kita dekat dengan Tuhan karena tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita. Apapun masalah kita, hanya Tuhan yang mampu memberi jalan keluar; hanya Dia yang mampu memberi kita ketenangan dan kedamaian sejati agar kita  tahan menghadapi segala sesuatu.

Satu buah lagu lama akan mengantarkan kita menutup renungan ini :

Kala kucari damai
Hanya kudapat dalam Yesus
Kala kucari ketenangan
Hanya kutemui dalam Yesus

Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku

Bersama Dia hatiku damai
Walau dalam lembah kekelaman
Bersama Dia hatiku tenang
Walau hidup penuh tantangan

Tak satu pun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku

AMIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar