Kehilangan orang yang kita cintai adalah hal yang berat dalam hidup. Setelah sekian lama hidup bersama dalam ikatan cinta kasih, namun harus berpisah karena ajal menjemput merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan. Hilang arah, hilang semangat, duka dan sedih serta perasaan buruk lainnya bercampur menjadi satu. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah orang bisa kecewa dan menyalahkan Tuhan.
Lalu sebagai orang Kristen yang beriman pada Tuhan, bagaimana cara kita menghadapi hal ini? Apa yang harus kita lakukan agar tidak sampai pada fase duka berkepanjangan dan menyalahkan Tuhan?
1. Beriman, percaya dan tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan itu baik. Apapun yang Dia lakukan baik bagi kita yang masih hidup maupun bagi mereka yang sudah pergi itu baik adanya (Rom.8:28). Pernahkah Tuhan mengecewakan kita walau hanya satu kali saja? Tentu tidak, karena selamanya Dia tidak pernah berubah. Jika kita merasa Tuhan mengecewakan, maka ada yang salah dalam cara berpikir / pengertian kita karena sesungguhnya Dia tidak pernah mngecewakan. Percaya dengan sungguh bahwa Dia baik dalam segala hal, Dia tidak pernah keliru dalam rencana dan tindakanNya, maka seberat apapun duka itu, kita akan mampu bertahan. Pengertian yang benar tentang kebaikan Tuhan tidak cukup didapatkan hanya dari pengalaman hidup dan perasaan semata. Membaca, merenungkan dan mengerti akan Firman Tuhan yang mendekatkan kita pada Tuhan adalah faktor utama kita dapat tahu dan mengerti betapa baiknya Tuhan.
Dilanjutkan dengan mengingat-ingat kebaikan Tuhan (Maz.48:9; 77:1), maka tidak ada waktu bagi kita untuk menyalahkan Tuhan. Yang ada hanyalah puji-pujian kepada Tuhan walau dalam duka sekalipun. Saat Tuhan mengambil orang yang kita kasihi, maka sudah pasti Dia telah merancangkan dan menentukan apa yang baik bagi kita dan bagi kekasih kita yang telah pergi.
2. Beriman dan percaya bahwa mereka yang mati dalam Tuhan sesungguhnya tetap hidup di tempat yang lebih baik, yaitu dalam rumah Bapa di Sorga (Yoh.11:25 – ini dalam konteks kematian orang beriman). Jika kita percaya Firman Tuhan ini, maka kitapun percaya bahwa kekasih kita tentu masih hidup, jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya. Jika kita percaya akan janji Tuhan ini, maka ini akan menjadi penghiburan besar yang tak ternilai harganya bagi kita. Inilah pentingnya mengetahui, mengerti dan mengimani Firman Tuhan. Segala janji Tuhan bagi hidup dan mati kita semua ada dalam FirmanNya (Alkitab). Jika kita jauh dari FirmanNya, mana mungkin kita mengerti akan janji-janjiNya?
Memang, secara fisik kita tidak lagi dapat bertemu. Kita hanya bisa mengenang kekasih kita yang telah pergi. Namun, manakah yang lebih baik bagi kekasih kita : dekat dengan kita atau dekat dengan Tuhan? Bukankah jauh lebih baik jika mereka hidup bersama Tuhan dibandingkan bersama kita dalam dunia yang penuh kesusahan ini? Jika kita mengasihi mereka, bukankah kita rela mereka pergi ke tempat yang lebih bahagia?
3. Tanamkan dalam pikiran dan sadarilah, sebagaimana kita adalah milik Tuhan, maka demikian juga dengan kekasih kita yang telah pergi. Mereka adalah milik Tuhan dan sekali-kali bukanlah milik kita. Maka jika Tuhan yang adalah pemilik mengambil kembali yang adalah milikNya, maka itu sah saja, dan tidak ada alasan bagi kita untuk menahannya. Adalah hak Tuhan untuk mengambil kembali milikNya saat Dia tahu itu adalah keputusan terbaik.
4. Berduka dan menangis itu wajar. Tuhan Yesus sendiri pernah menangis dan berduka saat Lazarus mati (Yoh.11:33-38). Namun janganlah kita larut dala duka berkepanjangan tiada henti. Mengapa kita menangis terus-menerus saat kekasih kita pergi? Tentu karena kita merasa kehilangan, dan ingin akan kehadiran mereka. Namun, jangan sampai kita menangis seolah-olah ingin mereka kembali. Ingat bahwa mereka sudah ada di tempat yang indah, tempat yang bahagia bersama Bapa di Sora (poin 2). Bukankah egois jika kita terus menangis seolah ingin mereka kembali pada kita, padahal kita ada di tempat yang penuh derita? Kenanglah mereka dengan cara yang benar. Isilah waktu-waktu kehilangan dengan membaca Firman dan tetap bersyukur pada Tuhan. Kenanglah mereka dengan cara yang benar, ingatlah kebaikan mereka, teladan-teladan dan segala yang baik yang mereka contohkan kepada kita. Janganlah habiskan waktu untuk berduka. Renungkan hidup kita, sudah siapkah kita jika kita dipanggil Tuhan seperti mereka? Mereka sudah tiba di garis akhir. Bagaimana dengan kita? Dapatkah kita mengakhiri pertandingan dengan baik dan tiba di garis akhir (2 Tim.4:7). Jangan pula pula menghabiskan waktu dengan hal-hal yang sia-sia yang membuat kita terus terkurung dalam duka berlarut-larut (contoh: menyanyikan lagu sedih, lagu duka dsb.). Nyanyikanlah lagu-lagu yang menguatkan iman kita dalam menghadapi duka seperti KJ 266 : Ada kita yang indah cerah; KJ 263 : Yang t’lah menang, dan lagu-lagu lainnya. Bukankah kita akan bersukacita karena iman?
Duka karena kehilangan orang yang kita cintai sangat berat. Luka itu akan membekas dalam hati kita. Saat kenangan tentang kekasih kita muncul dalam benak, mungkin luka itu akan basah lagi karena sebagai manusia kita tentu lemah. Namun dengan pertolongan Tuhan, luka itu tidak akan menjadi parah, namun akan sembuh. Menangislah jika kita rindu. Namun jangan tenggelam dalam duka, percayalah pada Tuhan bahwa Dia akan menyembuhkan kita. Dengan iman pada Tuhan, dengan kekuatanNya, sesungguhnya kita akan menang atas duka itu.
AMIN
Mengenang Bapa dan Mama terkasih dan tercinta yang sudah berpulang ke rumah Bapa
di Sorga, - Marthen Luther Dubu pada 22 Desember 2018 & Anthoneta Nia Dubu - Lay
pada 6 April 2020 - Terpujilah Tuhan Allah Tritunggal yang terus memberikan kekuatan
dan penghiburan serta terus menguatkan iman kami sekeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar