DAMAI YANG SEJATI
Mazmur 62:2
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah
keselamatanku.”
Damai. Kata yang sudah sering
didengar oleh kita diberbagai kesempatan. Saking sering didengar, kata “damai”
seperti kehilangan makna. Padahal, perasaan damai adalah hal yang sangat
dibutuhkan oleh semua orang, bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Mengapa
demikian? Karena sesungguhnya, perasaan damai itu sendiri tidak dimiliki oleh
semua orang. Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan rasa
damai dalam hidupnya. Segala cara dilakukan oleh beberapa orang untuk bisa
merasakan damai dalam hari hidupnya, mulai dengan mengumpulkan uang yang banyak
dengan harapan uang dapat mendatangkan rasa damai baginya; ada juga yang pergi
berlibur ke tempat-tempat yang indah untuk mencari rasa damai di hati dan
pikiran; ada juga orang yang mencari rasa damai dengan mengonsumsi obat
penenang sampai obat-obatan terlarang dengan harapan, pikiran dan hari mereka
bisa tenang.
Bagi kita yang mungkin hari ini
merasa biasa-biasa saja serta tidak merasakan kesulitan yang berarti dalam menjalani
hari, mungkin kata “damai” atau perasaan damai terkesan sebagai sesuatu yang
sepele. Padahal, kehilangan rasa damai bisa berakibat fatal bagi seseorang atau
sekelompok orang. Kehilangan rasa damai bisa membuat orang menjadi stres,
menjadi jahat, kacau, tidak berpikir jernih, depresi bahkan sampai bunuh diri. Tanpa
ada rasa damai di dalam hati, masalah kecil bisa menjadi masalah yang sangat
besar. Tanpa ada rasa damai di dalam hati, segala problem menjadi tidak ada
jalan keluar. Maka janganlah kita terkejut jika ada kita mendengar berita : ada
orang yang bunuh diri karena putus cinta; ada orang yang membunuh anaknya karena
tidak mampu membeli makan; ada orang yang kaya raya dan banyak uang namun tidak
bisa tidur. Bagi kita mungkin masalah-masalah di atas hanyalah masalah sepele
yang bisa kita atasi, namun bagi mereka yang kehilangan rasa damai, masalah itu
sangatlah berat dan tidak terpikul oleh mereka, sehingga akhirnya memutuskan
untuk bertindak fatal.
Beberapa waktu belakangan ini,
saya sering membaca berita tentang maraknya kasus bunuh diri dikalangan remaja
hingga pemuda, khususnya mahasiswa. Ada yang mengakhiri hidup karena gagal
wisuda, ada yang mengakhiri hidup karena tidak mampu membayar uang kuliah, ada yang
mengakhiri hidup padahal beberapa jam lagi akan diwisuda, ada yang mengakhiri
hidup karena dilarang bermain HP oleh ibunya. Beberapa tahun lalu, ada seorang
laki-laki paruh baya yang bekerja sebagai PNS yang nekat bunuh diri karena
putus cinta. Saat membaca berita-berita ini, saya berpikir : “selemah itukah
mental kalian? Mengapa harus bunuh diri, padahal masalah kalian hanyalah
masalah sepele; bukankah ada masalah lain yang lebih berat daripada hanya
sekedar putus cinta, gagal wisuda dsb?” Dalam perenungan akan kejadian-kejadian
tersebut, saya akhirnya menemukan jawabannya saat membaca Mazmur Daud ini :
betapa pentingnya parasaan damai dalam hidup ini. Masalah-masalah yang saya
anggap sepele akan menjadi masalah besar
dan berat apabila tidak ada rasa damai dalam hidup. Inilah sebabnya, Raja Daud
mengkhususkan satu Mazmur mengenai perasaan damai.
Daud mengerti betapa pentingnya
rasa damai dalam hidup. Dalam hidupnya, Daud telah mengalami begitu banyak
masalah : menjadi buronan Raja Saul, rumah tangga berantakan, anak yang saling
bunuh, anak yang memberontak dan berencana melakukan kudeta, serangan-serangan
dari musuh disekelilingnya, sampai masalah dosanya terhadap Tuhan dalam kasus pembunuhan
Uria dan perzinahannya dengan Betsyeba (bagi saya, masalah Daud yang paling
berat adalah masalah dosanya terhadap Tuhan). Namun, seberat-beratnya masalah
itu, Daud tidak depresi dan bunuh diri layaknya orang-orang. Dalam hatinya
tetap ada damai yang menenangkan hatinya, menjernihkan pikirannya, dan mengatur
langkahnya. Darimana damai itu berasal? Hartanya? Kerajaannya? Kekuasaan dan
kemasyurannya? Tidak. Inilah kesaksian Daud mengenai damai itu :
Mazmur 62:2 : Hanya dekat Allah saja aku
tenang, dari pada-Nyalah
keselamatanku
Daud
mendapatkan rasa tenang / damai karena dia
dekat dengan Allah. Kehadiran Allah sebagai Tuhan, Penguasa hidup, Raja,
Gembala dan Sahabat dalam hidupnya membuat Daud menjadi tetap tenang dan damai
di tengah segala kesulitan hidup yang ada. Daud mampu bertahan menghadapi itu
semua semata-mata hanya karena dia dekat
dengan Tuhan.
Dekat dengan Tuhan adalah kunci bagi kita untuk
menjalani hidup yang penuh pergumulan dan tantangan. Dekat dengan Tuhan akan
mendatangkan damai yang sejati dan abadi, yang membuat kita tetap kuat dan
bertahan. Jika dekat dengan Tuhan mendatangkan ketenangan dan kedamaian, maka
kebalikannya : hidup jauh dari Tuhan /
tanpa Tuhan tidak akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam
hidup. Saat seseorang dekat dengan Tuhan dan masalah datang menghadang, maka
Tuhan akan memberi kekuatan dan jalan keluar atas masalah tersebut. Itulah sebabnya
orang percaya selalu mampu bertahan atas segala masalah
1 Kor. 10: 13 : Pencobaan-pencobaan yang kamu alami
ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Ayat ini
menjadi bukti dan suatu janji yang menyatakan bahwa : orang percaya tidak akan
pernah bunuh diri. Mengapa? Karena Tuhan mengijinkan masalah terjadi namun tidak melebihi kekuatan kita yang
artinya : kita akan mampu memikulnya.
Jika kita hanya mampu memikul 10 kilogram, maka Tuhan tidak akan pernah memberi 11 kilogram. Saat kita merasa terlalu
berat, ingatlah : bukan kita yang tahu kapasitas kita dalam memikul beban, tapi
Tuhan yang tahu (dan ingat : kekuatan
untuk memikul beban itu juga diberikan oleh Tuhan!). Selanjutnya dikatakan
: Tuhan akan memberi jalan keluar. Seterjepit
apapun hidup ini, selalu ada jalan keluar. Mengetahui akan hal-hal inilah yang
membuat kita mampu untuk tenang dan tetap merasa damai; dan kita hanya akan mendapatkan hal-hal ini
jika kita dekat dengan Tuhan. Jika demikian, apakah orang yang bunuh diri
tidak dekat dengan Tuhan? YA! Karena saat mereka mengalami masalah, tidak ada
yang menguatkan mereka, tidak ada yang memberi jalan keluar sehingga mereka
merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar sehingga akhirnya mengakhiri hidup.
(saat kita berkata seperti ini, banyak orang yang merasa kita menghakimi mereka
yang bunuh diri dengan menilai bahwa mereka tidak dekat dengan Tuhan. Namun nayatanya
memang demikian! Kita tidak bisa memungkiri hal ini…)
Berbicara mengenai
“Damai Sejati”, apakah ada damai yang tidak sejati? Ada. Damai yang tidak
sejati atau damai yang semu diciptakan atau didapatkan orang dari hal-hal yang
dirasakan data membawa ketenangan dan kedamaian. Contohnya : uang, alkohol,
obat penenang, narkoba, tempat-tempat hiburan dsb. Namun, apakah itu semua mampu
memberi damai? Tidak! Itu semua hanya
memberi damai palsu; damai yang semu, bukan damai yang sejati yang tinggal
tetap, sehingga saat damai itu hilang, mereka akan depresi. Kita tentu pernah
mendengar, begitu banyak musisi yang kaya raya pada akhirnya bunuh diri karena
depresi. Banyak musisi / artis yang mencari ketenangan dari obat-obatan dan alkohol
namun justru kedua hal inilah yang membawa mereka kepada maut. Sungguh ketenangan
dan damai yang sejati hanyalah dari Tuhan saja.
Jika demikian
pentingnya dekat dengan Tuhan, bagaimana caranya agar kita dekat dengan Tuhan?
Alkitab mencatat demikian : Hidup bergaul dengan Allah (Kej.5:22; Kej. 6:9). Bagaimana
caranya bergaul dengan Allah?
1. Mendengar
Allah berkata-kata kepada kita
Abraham
selalu mendengar Tuhan berbicara kepadanya. Dalam setiap perjalanan
kehidupannya, Tuhan selalu berbicara dengan dia. Dalam perbincangan itu, berisi
: janji Tuhan yang menguatkan Abraham (bdk. Kej.17:1-8); isi hati dan rencana Tuhan
(bdk. Kej. 18:17-21). Jika waktu itu Tuhan berbicara langsung dengan Abraham,
maka saat ini Tuhan berbicara kepada kita melalui FirmanNya (Alkitab, khotbah-khotbah
dari hamba-hamba Tuhan dan dari segala tempat dimana kita bisa mendengar Firman
Tuhan) dan melalui FirmanNya, Allah selalu menguatkan kita dan memberi damai
dan ketenangan dalam hati kita.
2. Berbicara kepada
Allah
Abraham
dalam kerendahan hatinya selalu akrab dengan Tuhan, berbicara seperti kepada
seorang sahabat. Apapun yang ada dipikiran Abraham, apa yang dia rasakan, apa
yang ada dihatinya selalu dia ungkapkan di hadapan Tuhan, dan Tuhan selalu
mendengar. Inilah yang kita sebut debagai doa. Tuhan Yesus sendiri saat menjadi
manusia, selalu berdoa sebelum memulai pelayananNya. Bahkan sebelum Dia
menghadapi penderitaan, Dia berdoa kepada Allah sehigga Dia diberi kekuatan
untuk menghadapi itu semua. Kitapun demikian, kita dapat mencurahkan segala isi
hati kita kepada Allah sebagai Tuhan kita, Bapa kita, Sahabat kita. Dengan begitu,
kita merasa lega dan mendapatkan damai serta ketenangan saat kita mencurahkan
semua isi hati dan pergumulah kita kepadaNya lewat doa.
Yudas dan
Petrus adalah dua orang yang menjadi contoh bagaimana kehadiran Tuhan dalam
hidup mejadi suatu hal utama yang menentukan bagaimana kita mampu bertahan
dalam menghadapai persoalan. Mereka berdua sama-sama melakukan kesalahan besar
menjelang kematian Yesus; namun kita melihat : Petrus mampu bangkit dari
masalah tersebut dan dipulihkan Tuhan, sedangkan Yudas tidak pernah bangkit
dari keterpurukan, depresi dan bunuh diri (padahal dari segi masalah dosa,
mereka berdua sama). Apa yang membedakan mereka berdua? Yang membedakan ialah :
Petrus percaya kepada Tuhan Yesus sedangkan Yudas tidak. Petrus datang kepada Tuhan
dan dipulihkan, sedangkan Yudas tidak datang kepada Tuhan, mencoba menghadapi masalah
itu sendriri sehingga merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar, depresi dan
akhirnya bunuh diri.
Orang-orang
yang tidak merasa tenang dan damai dalam hati akan merasa depresi saat
tidak mendapat kelegaan dari masalah. Kemanapun
mereka mencari, mereka tidak akan mendapatkan kelegaan dan kedamaian, karena
mereka tidak mencurahkannya kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata :
Mat.11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu.
Saat datang
kepada Tuhan dan dekat denganNya lewat pembacaan / pendengaran akan Firman
Tuhan dan dalam doa, maka Tuhan telah menjamin : kita akan diberi kelegaan dari
segala sesuatu beban berat yang membuat kita menjadi letih lesu. Karena itulah
: marilah kita dekat dengan Tuhan karena tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita.
Apapun masalah kita, hanya Tuhan yang mampu memberi jalan keluar; hanya Dia
yang mampu memberi kita ketenangan dan kedamaian sejati agar kita tahan menghadapi segala sesuatu.
Satu buah
lagu lama akan mengantarkan kita menutup renungan ini :
Kala
kucari damai
Hanya kudapat dalam Yesus
Kala kucari ketenangan
Hanya kutemui dalam Yesus
Tak
satupun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku
Bersama
Dia hatiku damai
Walau dalam lembah kekelaman
Bersama Dia hatiku tenang
Walau hidup penuh tantangan
Tak
satu pun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku
AMIN