BANYAK JALAN MENUJU SORGA (?)
benarkah keselamatan ada dalam semua agama / kepercayaan? apakah semua agama itu sama? bagaimana kita melihat ini dalam kacamata kristen”
Disclaimer : informasi yang terdapat dalam tulisan ini bersifat “untuk kalangan tersendiri” – yaitu para pembaca Kristen, ditulis dalam kacamata penulis Kristen dengan dasar Alkitab dan dipakai untuk perenungan & diskusi dalam kalangan Kristen. Jika ada dari pihak agama / kepercayaan lain yang menemukan tulisan ini dan membacanya, maka sesungguhnya tidak ada unsur kesengajaan untuk menghina / menyudutkan agama-agama tertentu. Sebaliknya, tulisan ini hendaknya dipakai untuk menjadi perbandingan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca dari kalangan lain
- Penulis -
Manusia
adalah makhluk roh. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan tumbuhan.
Fakta bahwa manusia adalah makhluk roh membuat tiap pribadi manusia terhubung
secara religius dengan sosok Tuhan yang juga adalah makhluk roh (walaupun dalam
faktanya, di dunia ada golongan Atheis yang tidak percaya adanya Tuhan dan
merasa tidak mempunyai hubungan / urusan apa-apa dengan Tuhan dan makhluk spiritual lainnya). Dalam
membangun hubungan dengan Tuhan, agama / kepercayaan menjadi sarana bagi manusia
untuk bertemu Tuhan, menyembah Tuhan, mempelajari dan mengerti akan Tuhan,
mencari tahu apa saja perintah dan larangan Tuhan, serta menjadi tempat dimana
manusia menemukan jalan keselamatan.
Menurut
World Population Review, terdapat
sekitar 4000 – 4300 agama di seluruh dunia
(https://www.inilah.com/agama-terbesar-di-dunia)
. Di Indonesia sendiri, terdapat 6 agama yang diakui, yaitu Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Jika melangkah sedikit ke arah Timur
Tengah, kita akan menemukan agama Yahudi dan Zoroaster. Dari sekian jumlah
tersebut, masing-masing agama memiliki kepercayaan masing-masing mengenai
Tuhan, perintah dan larangan serta konsep jalan keselamatan yang berbeda-beda.
Perbedaan-perbedaan seperti ini menimbulkan relatifitas mengenai kebenaran yang
seharusnya itu bersifat mutlak.
Relatifitas
mengenai kebenaran disini maksudnya adalah : bagi agama A, keyakinan agama B
belum tentu mutlak benar begitu juga sebaliknya. Bagi orang-orang yang
tidak fanatik pada agama, kebenaran bersifat relatif : agamanya belum tentu
mutlak benar, begitu juga agama lain. Ini terjadi karena adanya begitu banyak
agama dengan kepercayaannya masing-masing. Jika tidak ada relatifitas
mengenai kebenaran dalam agama, maka akan menimbulkan pertikaian antara satu
agama dengan agama yang lain, karena masing-masing agama tentu mempertahankan
kebenarannya. Contoh : umat Islam dan umat Hindu dapat bertikai karena masalah
sapi. Bagi umat Hindu sapi adalah hewan suci, sedangkan bagi umat Islam, sapi
adalah salah satu jenis hewan kurban yang harus disembelih saat perayaan Idul
Adha. Perbedaan pendapat seperti ini seringkali menjadi pertikaian, sehingga
dibutuhkanlah satu pemahaman yang disatukan dari begitu banyak kepercayaan agar
semuanya menjadi satu. Hal inilah yang menyebabkan lahirlah pemahaman Pluralisme. Secara sederhana,
Pluralisme adalah paham yang beranggapan bahwa semua agama bisa menyelamatkan asalkan penganutnya taat pada
kepercayaan agama yang dianut. Secara
praktis, paham ini dapat menjadi solusi bagi pertikaian-pertikaian yang terjadi
akibat perbedaan keyakinan. Masing-masing penganut agama tidak perlu
mempermasalahkan agama lain, cukup konsentrasi pada kepercayaan masing-masing
dan menghargai kepercayaan orang lain karena pada hakikatnya semua agama itu
menyelamatkan.
Memang
paham ini terlihat seperti “air yang menyejukkan di tengah padang gurun”. Paham
ini terlihat menjadi solusi diantara pertikaian. Namun jika kita melihat
dari kacamata Alkitab dan ajaran Kristen, apakah paham Pluralisme ini dapat
diterima? Apakah paham Pluralisme sesuai dengan isi Alkitab? Benarkah
keselamatan ada dalam semua agama / kepercayaan? Apakah semua agama itu sama-sama
menuju pada satu Allah yang sejati? Untuk membahas ini, kita akan membaginya
dalam beberapa poin pertanyaan :
1.
Apa kata Alkitab mengenai agama lain?
a.
Bagaimana pandangan Tuhan terhadap
agama lain?
b.
Apakah dewa – dewi selain Allah itu
eksis / ada?
c.
Apa tindakan Tuhan terhadap agama
lain?
2. Bagaimana posisi karya keselamatan
Allah dalam diri Yesus Kristus jika keselamatan ada dalam semua agama?
3.
Apa dampak dari pernyataan “banyak
jalan menuju Sorga” dengan kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:6 ?
4.
Bagaimana pandangan suatu agama
terhadap agama yang lain?
5.
Apakah kebenaran bersifat mutlak atau
relatif?
6.
Jika hanya ada satu kebenaran mutlak,
mengapa ada banyak agama?
7.
Jika hanya Yesus satu-satunya jalan,
apakah Sorga hanya diisi oleh Agama Kristen?
1. Apa kata Alkitab mengenai agama
lain?
Mengapa harus “kata
Alkitab” ? Karena sebagai orang Kristen, Alkitab adalah satu-satunya Firman
Allah (Sola Scriptura) yang menjadi satu-satunya
pedoman bagi kita dalam menjalani hidup dan menilai sesuatu apakah itu sesuai
kehendak Tuhan atau tidak. Kita tidak dapat menilai sesuatu benar atau salah
jika tidak melalui pandangan Alkitab.
Jika kita melihat
kisah-kisah dalam Alkitab, agama-agama lain sudah eksis sejak masa Perjanjian
Lama (PL) dan hidup berdampingan dengan umat Allah (bangsa Israel). Kita dapat
menemukan agama penyembah Dewa Baal, Dewi Asyera, Dewa Kamos, Dewa Molokh, Dewi
Asytoret, Dewa Dagon dst. Mereka ini eksis sejak zaman PL. Abraham beserta
orang tua dan saudara-saudaranya sendiri adalah penyembah dewa-dewa sebelum dia
dipanggil Allah.
Yos. 24 : 2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
Yos. 24 : 15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
a. Bagaimana pandangan Tuhan mengenai agama lain?
Mengenai agama lain,
Tuhan selalu berpandangan bahwa keyakinan / iman mereka adalah sesat dan dosa. Hal
ini dapat kita lihat dalam 2 hukum pembuka dari 10 hukum Tuhan yang diberikan
kepada Bangsa Israel melalui Musa
Kel. 20 : 3 – 5
3)
Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku. 4) Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di
bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,
yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang
ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
Jika Allah memandang benar semua agama / kercayaan, jika semua jenis penyembahan dan ajaran agama itu benar, mengapa Allah melarang adanya penyembahan kepada allah-allah lain? (Kita harus mengerti bahwa “menyembah allah lain” merupakan kepercayaan lain yang ada di luar kepercayaan kepada Allah Israel. Ini tidak ada bedanya dengan agama / kepercayaan lain di luar Kekristenan). Jika semua ajaran agama benar, mengapa Allah melarang penyembahan terhadap patung? Allah melarang penyembahan terhadap patung karena penyembahan yang benar adalah kepada Pribadi Allah yang tidak terlihat namun ada dan dipercayai umat Allah dalam iman tanpa adanya perantara / sarana berupa patung. Mengapa Allah melarang penyembahan pada patung? Karena Dia adalah Allah yang agung yang mengatasi segala sesuatu bahkan melampaui akal budi, sehingga Dia tidak bisa digambarkan dalam rupa apapun. Menggambarkan Allah dalam rupa matahari / bulan / bintang / sapi / patung-patung lainnya merupakan tidakan merendahkan Allah yang Maha Tinggi, dan itu merupakan kekejian di mata Tuhan. Jika ini merupakan kekejian dan dosa di mata Tuhan, bagaimana mungkin saat ini kita dapat menganggap kepercayaan lain juga benar padahal ibadah dan penyembahan yang mereka kira menjadi sarana keselamatan bagi mereka adalah kekejian di mata Tuhan?
Selanjutnya mengenai kepercayaan lain, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk tidak bergaul dengan mereka agar bangsa Israel tidak terpengaruh dan ikut dalam agama mereka.
Yos. 23 : 6 – 8
6)
Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang
tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke
kiri, 7) dan supaya kamu jangan bergaul
dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama
allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah
kepada mereka. 8) Tetapi kamu harus
berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.
Yosua sendiri pernah memberi pilihan pada Bangsa Israel menjelang masa pensiunnya, mau memilih Allah Abraham, Ishak dan Yakub atau allah lain yang disembah bangsa Kanaan yang berbeda iman dengan mereka
Yos. 24 : 14 – 15
14)
Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan
beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya
nenek moyangmu telah beribadah
di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. 15)
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah
yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah
orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami
akan beribadah kepada TUHAN!"
Tuhan melarang Bangsa
Israel untuk bergaul dengan mereka agar tidak tersesat dalam kepercayaan mereka
yang merupakan kekejian di mata Allah. Jika semua agama sama, mengapa Tuhan
melarang mereka untuk bergaul dengan bangsa Kanaan yang beragama lain?
Yosua juga memberi
pilihan kepada bangsa Israel untuk memilih siapa yang mereka mau sembah. Jika
semua agama / kepercayaan sama-sama benar, mengapa Yosua harus memberi pilihan
kepada bangsa Israel?
Jika demikian fakta Firman Tuhan, masihkah kita menganggap agama lain juga benar? Masihkah kita percaya bahwa ajaran lain selain Alkitab itu benar? Pikirkan dan renungkan lagi.
b. Apakah dewa – dewi selain Allah
itu eksis / ada?
Sejak zaman PL,
banyak agama telah eksis dan melakukan penyembahan terhadap berbagai dewa –
dewi. Dewa Baal, Dewi Asyera, Dewa
Kamos, Dewan Milkom, Dewa Molokh, Dewi Asytoret dan Dewa Dagon merupakan
dewa-dewi yang seringkita jumpai dalam kisah Alkitab. Dalam PB, kita menemukan
Dewa Zeus, Dewa Hermes dan Dewi Artemis. Dewa-dewi ini disembah oleh
bangsa-bangsa di luar Israel yang menyembah Allah Abraham, Ishak dan Yakub.
Pertanyaannya, apakah mereka ini benar-benar ada / eksis?
Mengenai keberadaan dewa-dewi ini, kita dapat melihat datanya dalam 1 Kor. 8 : 4 – 6 :
1
Kor. 8 : 4 – 6
4)
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada
Allah lain dari pada Allah yang esa." 5) Sebab sungguhpun ada apa yang
disebut "allah," baik di sorga, maupun di bumi — dan
memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang
demikian — 6) namun bagi kita
hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu
dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang
oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Dari penjelasan Rasul Paulus ini, jelas bahwa dewa-dewi / para ilah lain yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir sesungguhnya tidak ada / tidak eksis. Jadi, agama / ajaran lain yang menyembah allah selain Allah Israel, sesungguhnya sedang menyembah sesuatu yang sebenarnya tidak ada / tidak eksis. Keberadaan dewa-dewi ini hanyalah perbuatan tangan iblis yang mengambil kesempatan dalam usaha manusia dalam mencari keberadaan Allah yang sejati. Saat manusia melihat terang matahari dan merasakan seolah ada kekuatan dalam terang dan panas matahari itu, iblis bekerja dan membuat manusia beranggapan bahwa matahari adalah suatu entitas dan pribadi yang memiliki kuasa sehingga terciptalah suatu kepercayaan pada Dewa Matahari (Mesir : Dewa Ra, Yunani : Dewa Helios, Dewa Apollo). Saat melihat cahaya petir dan kekuatan sambaran petir, manusia merasakan seolah ada kekuatan dalam cahaya dan sambaran petir itu, sehingga iblis bekerja dan membuat manusia beranggapan bahwa petir adalah suatu entitas dan pribadi yang memiliki kuasa sehingga terciptalah suatu kepercayaan pada Dewa Petir (Yunani : Dewa Zeus, Nordik : Dewa Thor, Hindu : Dewa Indra). Inilah yang menyebabkan Tuhan memandang penyembahan pada dewa-dewi sebagai kekejian, yaitu karena ibadah pada para dewa merupakan pekerjaan Iblis dan menggambarkan Tuhan dalam rupa ciptaan-Nya (matahari, petir, hewan-hewan tertentu dsb) merupakan suatu upaya merendahkan hakikat Tuhan.
Rom. 1 : 21 – 25
21)
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah,
mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya.
Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi
gelap. 22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah
menjadi bodoh. 23) Mereka menggantikan
kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang
fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang
yang menjalar. 24) Karena itu Allah menyerahkan
mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling
mencemarkan tubuh mereka. 25) Sebab
mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah
makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya,
amin.
Jika para dewa-dewi itu tidak eksis dan para penyembah dewa-dewi itu menyembah sesuatu yang sebenarnya tidak ada, maka masih dapatkah kita menganggap semua ajaran agama itu sama benar?
c. Apakah tindakan Tuhan terhadap agama lain?
Karena penyembahan
berhala merupakan kekejian di mata Tuhan dan terhitung sebagai dosa, maka
tindakan Tuhan akan praktik penyembahan berhala / agama lain ini adalah dengan
menghukum mereka.
Ul. 20 : 16 - 18
16)
Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu
yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah
kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, 17) melainkan kautumpas sama sekali,
yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang
Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, 18) supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat
sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka,
sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu.
Hal ini terlihat seperti perintah Tuhan untuk melakukan pemusnahan massal / genosida yang kejam. Akan tetapi apa yang dilakukan Tuhan kepada orang-orang yang mendiami Kanaan ini adalah bentuk dari hukuman Tuhan kepada mereka karena penyembahan berhala dan ibadah mereka yang merupakan kekejian di mata Tuhan dan untuk mencegah keberadaan mereka yang dapat mempengaruhi bangsa Israel untuk ikut serta dalam penyembahan berhala. Israel menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menjalankan hukuman Tuhan bagi para penyembah berhala, sehingga seringkali peperangan merebut tanah Kanaan yang dilakukan Yosua dan bangsa Israel disebut sebagai “Holy War”. Begitu mengerikannya hukuman Tuhan kepada bangsa Kanaan menunjukkan kepada kita bahwa betapa murkanya Tuhan kepada penyembahan-penyembahan yang dilakukan kepada allah lain selain Dia. Jika Allah begitu murka kepada mereka yang memiliki kepercayaan lain selain kepada Dia, Sang Allah sejati, masihkan ada kemungkinan bahwa semua kepercayaan itu sama? Masihkah kita meyakini bahwa semua agama / ajaran menuju kepada tujuan yang sama yaitu kepada Tuhan Allah yang sejati?
2. Bagaimana posisi karya
keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus jika keselamatan ada dalam semua
agama?
Jika kita benar-benar
memahami karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam
pengorbanan Yesus Kristus dan jika kita benar-benar merenungkan betapa
menderitanya Kristus saat mengerjakan karya keselamatan bagi kita serta jika
kita benar-benar mengerti betapa sadisnya hukuman neraka yang harus
ditanggung Kristus demi menggantikan kita, maka hendaklah kita merenungkan
bahwa : jika
keselamatan ada dalam semua agama dengan masing-masing konsep keselamatanya, bukankah
penyaliban Kristus hanyalah suatu kebodohan? Jika manusia masih bisa
selamat dengan jalan / cara lain tanpa Kristus harus menderita hingga mati, bukankah
penyaliban Kristus hanyalah pekerjaan yang sia-sia?
Jika semua agama itu benar dengan konsepnya keselamatannya masing-masing, tentu Allah Bapa tidak perlu mengutus Kristus untuk mati di kayu salib dan Kristus pun tidak perlu susah payah menderita hingga mati disalibkan karena : ada banyak cara untuk selamat, tinggal dipilih mau memakai cara yang mana, toh semuanya akan membawa pada keselamatan. Namun fakta mengatakan bahwa : Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menderita dan mati sebagai pengganti manusia berdosa, dan satu-satunya cara untuk dapat selamat adalah dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus karena Dia tahu, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia. Satu-satunya jalan adalah dengan mengutus Putra tunggal-Nya.
Yoh.
3 : 16 - 18
16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18) Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Fakta bahwa Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menderita dan mati menunjukkan bahwa tidak ada jalan / cara lain untuk menyelamatkan manusia. Jika memang ada cara lain (seperti konsep masing-masing agama di luar Kekristenan), maka Allah Bapa dan Yesus Kristus melakukan hal yang sia-sia.
3. Apa dampak dari pernyataan
“banyak jalan menuju Sorga” dengan kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:6?
Yoh. 14 : 6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kalimat ini dengan
jelas dan tegas dikatakan oleh Yesus Kristus sendiri.
Yesus tidak berkata “Akulah salah satu jalan..”. Kalimat “Akulah
jalan...tidak ada seorangpun...kalau tidak melalui Aku” menunjukkan
ketegasan dari Tuhan Yesus bahwa jalan keselamatan hanya satu, yaitu melalui
Dia. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa manusia kepada Bapa selain Dia
sendiri. Kalimat yang tegas ini juga
telah menutup kemungkinan adanya jalan lain menuju Bapa di Sorga.
Jika sesungguhnya ada
banyak jalan menuju keselamatan, maka ada dua kemungkinan terhadap kalimat
Yesus ini :
1)
Salah
kutip oleh para penyalin manuskrip Alkitab, atau bahkan
oleh Rasul Yohanes sendiri.
2)
Yesus
adalah pembual. Jika Yesus dengan berani
mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan selamat, sedangkan ada banyak
jalan selamat, maka Dia adalah pembual.
Bagi saya, dua
kemungkinan di atas adalah hal yang wajar jika itu ada dalam pikiran orang non
Kristen dan orang liberal. Tetapi jika dua kemungkinan di atas ada dalam
pikiran orang Kristen dan dia meyakininya, maka patutlah dipertanyakan
Kekristenannya.
1) Orang Kristen percaya bahwa penulisan hingga penyalinan manuskrip Alkitab diilhami dan dikontrol oleh Roh Kudus. Maka mustahil ada salah kutip terhadap kata-kata Yesus.
2 Tim. 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
2)
Siapakah orang Kristen yang berani
menganggap Yesus pembual? Jika ada, maka dia adalah anak Iblis.
Dengan demikian, mustahil ada jalan lain menuju Sorga selain melalui Yesus. Karena jika sebagai orang Kristen kita percaya ada jalan selain Yesus, maka dampaknya adalah : kita meyakini bahwa Yesus adalah pembual.
4. Bagaimana pandangan suatu agama
terhadap agama yang lain?
Kita terkadang
terlalu fokus akan pandangan kita terhadap keselamatan agama lain, tanpa
melihat bagaimana agama lain memandang kita dan agama selain mereka. Bagaimana
pandangan agama lain terhadap agama / kepercayaan di luar mereka?
Saya akan mengambil contoh pandangan Islam terhadap agama lain :
Surat Ali Imran ayat 85 : Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
Tafsir Tahlili mengenai Surat Ali Imran ayat 85 : Allah menetapkan bahwa barang siapa mencari agama selain agama Islam, atau tidak mau tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah, maka imannya tidak akan diterima oleh Allah. Sebagai contoh dikemukakan, orang-orang musyrik dan orang-orang yang mengaku beragama tauhid padahal mereka mempersekutukan Allah. Seperti Ahli Kitab penganut agama Nasrani yang tidak berhasil membawa pemeluk-pemeluknya tunduk di bawah kekuasaan Allah. Agama yang semacam ini hanyalah merupakan tradisi belaka, yang tidak dapat mendatangkan kemaslahatan kepada pemeluknya, bahkan menyeret mereka ke lembah kehancuran, dan menjadi sumber permusuhan di antara manusia di dunia, serta menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat. Orang yang mencari agama selain Islam untuk menjadi agamanya, di akhirat nanti termasuk orang yang merugi, sebab ia telah menyia-nyiakan akidah tauhid yang sesuai dengan fitrah manusia.
Dari Surat Ali Imran ayat 85 dan Tafsir Tahlili mengenai Surat Ali Imran ayat 85 jelas mengatakan bahwa manusia yang mencari agama selain Islam, maka imannya tidak diterima oleh Tuhan.
Jika kita membuka pikiran kita terhadap pandangan ajaran
dari agama lain terhadap kita maka kita mengetahui bahwa : sikap eksklusivime
bukan hanya ada dalam ajaran Kristen, tetapi juga ada dalam agama lain seperti
Islam dll. Apakah ini salah? Tidak. Sebaliknya, sikap eksklusivime haruslah ada
demi mempertahankan kemurnian ajaran masing-masing agama serta mencegah
terjadinya pencampuran ajaran-ajaran sehingga menimbulkan kekacauan dan
kebingungan.
Jika kita menyadari bahwa sikap eksklusivime ada dalam tiap agama, maka kita tidak perlu merasa bersalah dan merasa benar sendiri saat kita sedang belajar untuk mempertahankan kebenaran iman kita. (bersambung)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar