Jumat, 18 Oktober 2019

HANYA ADA SATU JALAN

Yoh.14:6 : Kata Yesus kepadanya : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kis. 4:12 : Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita  dapat diselamatkan.

Kedua ayat Alkitab ini merupakan dua dari begitu banyak ayat Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang membawa kita menuju kepada Bapa, dan hanya dalam nama Yesus sajalah ada keselamatan. Tidak ada nama lain yang olehnya manusia dapat diselamatkan, dan jelas bahwa jika tidak melalui Yesus, manusia tidak akan dapat sampai kepada keselamatan itu (sampai kepada Bapa di Sorga). Sejak manusia jatuh dalam dosa, Alkitab PL dan PB secara jelas menyatakan bahwa Tuhan hanya menyediakan satu jalan saja, dan jika tidak melalui jalan itu, manusia tidak akan mungkin selamat.

Ada orang yang mencoba mencari jalan keselamatan di luar yang telah ditentukan (melalui Yesus) baik itu lewat amal ibadah, lewat usaha mencari kesempurnaan batin, ajaran-ajaran agama dsb, namun semua itu sia-sia. Jalan yang disangka lurus oleh mereka, jalan yang mereka kira dapat membawa keselamatan justru membawa mereka kepada kebinasaan (Ams.16:25). Hal mengenai satu-satunya jalan keselamatan akhirnya menimbulkan pertentangan sehingga ada permasalahan yang diangkat oleh kalangan orang non Kristen, maupun dalam kekristenan itu sendiri mengenai Yesus sebagai satu-satunya jalan selamat.

1. Karya Tuhan tidak sesempit itu
Banyak yang menolak akan hal ini, bahkan dari kalangan pendeta Kristen sendiri. Mereka merasa bahwa karya Tuhan sangatlah sempit jika hanya ada satu jalan dalam satu iman kepercayaan. Mereka berpendapat bahwa Tuhan juga melakukan karya keselamatan lewat iman-iman lain yang tidak berpusat pada Kristus. Dengan demikian, Tuhan Yesus bukan lagi menjadi satu-satunya jalan tetapi hanya menjadi salah satu jalan.
Jika demikan, nyata bahwa orang-orang ini (khususnya orang Kristen dan para pendeta yang berpendapat seperti ini) telah menafikkan apa yang telah Tuhan Yesus sendiri katakan “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Bagaimana mungkin ada manusia (bahkan pendeta) yang berani membantah perkataan ilahi yang keluar dari mulut Tuhan sendiri? Jika memang ada jalan lain untuk mencapai keselamatan, mengapa Kristus harus susah-susah datang ke dunia? Mengapa Kristus harus disalibkan bahkan sampai mengalami keterpisahan dengan Allah karena dosa manusia (Mat.27:46), sedangkan ada banyak jalan menuju keselamatan itu. Tuhan tahu bahwa tidak ada jalan lain sehingga Dia harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah dosa manusia ini. Tuhan tahu bahwa manusia dengan segala upayanya tidak mampu untuk menyelesaikan masalah dosa dan hukuman yang harus dijalani ini sendiri, sehingga Tuhan akhiranya turun tangan. Syukur kepada Allah! Bersyukurlah bahwa Dia adalah Allah yang tidak berpangku tangan, namun Dia adalah Allah yang mau turun tangan demi kseselamatan manusia. Dengan demikian, sungguh tidak ada jalan lain untuk selamat selain percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.

2. Allah tidak adil jika hanya menyediakan satu jalan
Ada orang merasa bahwa Tuhan tidak adil jika hanya menyediakan satu jalan. Mengapa hanya satu? Bagaimana dengan mereka yang saleh, baik, suka beramal namun tidak beriman kepada Kristus? Tidak adakah jalan selamat lain bagi mereka? Setega itukah Allah? Adilkah Allah dalam hal ini? Menghadapi keberatan seperti ini, marilah kita melihat kembali ke belakang. Sejak manusia jatuh ke dalam dosa (Kej.3), Allah telah menyatakan kasihnya dan tidak membunuh mereka karena dosa mereka. Lebih daripada itu, Allah menjanjikan penebus/penyelamat saat itu juga bagi manusia (Kej.3:15). Allah tetap mengasihi manusia, tetapi apakah dengan demikian manusia sadar dan bertobat? Tidak. Manusia menjadi semakin jahat (Kej. 6:5 ; Kej. 6:11). Menerima kasih Allah tidak membuat manusia sadar, namun manusia semakin jahat, memberontak dan menyakiti Allah. Jika demikian, layakkah Allah membenci manusia? Layakkah Allah memusnahkan manusia dan menciptakan manusia yang baru saja? Ya! Allah layak untuk membenci manusia karena dosa, dan Allah layak untuk menghukum bahkan memusnahkan manusia karena dosa. Namun apakah Allah melakukan itu? Tidak! Allah tetap mengasihi manusia, bahkan lebih daripada itu : Allah turun tangan menyelesaikan permasalahan akibat dosa manusia. Jika kita merenungkan bahwa dalam kenyataannya manusia sudah terlalu jahat terhadap Allah, berkhianat terhadap Allah, bagaimanakah kita dapat merasa layak untuk meminta Allah menebus kita? Emas digadaikan lalu ditebus. Mengapa orang mau menebus emas yang digadai? Karena emas itu berharga. Tetapi renungkanlah: layakkah kita ditebus? Sedangkan karena dosa kita tidak ada harga lagi, kotor, najis dan hitam legam karena dosa. Itulah kita. Jika demikan, saat kita melihat dosa manusia (kita) sudah terlalu memberontak terhadap Allah, masih layakkah kita untuk bertanya : “mengapa hanya ada satu jalan ya Tuhan?”. Sungguh, jika kita merenungkan segala dosa dan pemberontakan kita, maka pertanyaannya bukan lagi mengapa hanya ada satu jalan ya Tuhan?”, melainkan “ya Tuhan, mengapa masih ada jalan bagiku? Mengapa masih ada jalan selamat bagiku lewat Yesus Kristus, padahal aku sudah memberontak terhadap Engkau?”, dan Tuhan pun akan menjawab: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya KEPADA-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)

Saya mengutip tulisan dari R.C. Sproul : “Walau dunia dalam kenyataannya terus-menerus memberontak terhadap-Nya, Allah telah memberikan jalab penebusan. Masalah penebusan yang utama adalah pertanyaan mengapa Allah masih bersedia memberikan jalan penebusan bagi kita. Kebenaran yang sangat indah adalah walaupun kita tidak layak mendapatkannya, di dalam Kristus oleh darah-Nya kita beroleh penebusan menurut kekayaan kasih karunia-Nya”. (R.C. Sproul : Mengapa Percaya hal. 36)

3. Apakah ini berarti keselamatan hanya ada di dalam agama Kristen?
Iman kepada Kristus hanya didapatkan di dalam pengajaran Kristen. Berarti, saat seseorang beriman kepada Kristus, maka dia adalah Kristen. Apakah ini berarti hanya orang beragama Kristen yang akan memenuhi Sorga? Tidak. Ingatlah bahwa Kristen bukanlah hanya sekedar agama, melainkan lebih dari daripada itu. Kristen adalah orang-orang yang percaya dan beriman (dengan sungguh) kepada Kristus. Apakah semua orang beragama Kristen percaya dan beriman kepada Kristus? Belum tentu. Banyak orang yang lahir dalam agama Kristen (Kristen turunan), memiliki KTP Kristen, tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini Nampak dari cara hidup mereka yang tidak memuliakan Tuhan, hidup sesuai keinginan diri sendiri tanpa mempedulikan Tuhan. Mereka yang diselamatkan adalah orang Kristen sejati, yang beriman kepada Kristus dengan sungguh, serta menghasilkan buah pertobatan dalam hidupnya. Lihatlah penjahat di sebelah Yesus, bukankah dia bukan beragama Kristen? Tetapi dengan mulut dia mengakui Yesus sebagai Raja yang menyelamatkan, dan dia bertobat di atas salib, dan menjadi Kristen : pengikut Kristus, maka dia diselamatkan. (dalam hal ini, Tuhan telah menentukan dia untuk diselamatkan, sehingga di akhir hidupnya, Tuhan mempertemukan dia dengan Tuhan Yesus. Sebaliknya, jika seseorang sudah ditentukan binasa, maka walaupun dia lahir dalam agama Kristen, sampai kapanpun dia tidak akan pernah percaya kepada Kristus ). Jadi seseorang diselamatkan bukan karena dia berada di dalam lingkaran agama Kristen, melainkan karena dia beriman kepada Kristus dan menjadi Kristen yang sesungguhnya : menjadi pengikut Kristus. Sungguh, tidak ada gunanya seseorang beragama Kristen, namun tidak menjadi pengikut Kristus.

Layakkah kita menentukan Sorga atau Neraka seseorang? Tidak. Layakkah kita mempertanyakan karya Tuhan? Tidak. Layakkah kita protes terhadap keputusan Tuhan? Tidak. Setelah kita beriman kepada Kristus, belajar Firman Tuhan dengan baik dan benar, tugas kita selanjutnya adalah membertitakan tentang Kristus kepada orang lain yang belum percaya. Apakah dia akan percaya atau tidak, itu bukan urusan kita, tetapi urusan Tuhan. Hendaklah kita menyatakan Kristus kepada sesama dengan tidak ada keberatan-keberatan di dalam hati, apa lagi mempersoalkan dan mempertanyakan apa yang Tuhan sudah nyatakan di dalam Alkitab. Bersyukurlah jika masih ada jalan keselamatan bagi kita, dan beritakanlah jalan itu kepada orang lain. Jalan itu adalah Yesus Kristus.

AMIN

Selasa, 13 Agustus 2019

KELIMPAHAN BERKAT TUHAN


Saat berbicara tetang kelimpahan berkat Tuhan, banyak orang yang pikirannya langsung tertuju pada kekayaan, kesuksesan, kesehatan, umur panjang dan berkat jasmani lainnya. Tak heran, banyak orang berlomba-lomba “percaya kepada Tuhan” demi kelimpahan berkat. Banyak orang berlomba-lomba memberi persembahan perpuluhan ke Gereja dengan harapan “balik modal” (memberi satu juta, dengan harapan Tuhan mengembalikan 100 juta, bahkan mungkin lebih). Ini dimanfaatkan para Pendeta yang brengsek (palsu) untuk terus saja berkhotbah tentang perpuluhan sehingga semakin banyak jemaat yang memberi perpuluhan, semakin tebal pula kantong mereka (Dengan menggunakan Maleakhi 3:10, mereka terus menipu jemaat!)
Berawal dari pengertian yang sempit tentang kelimpahan berkat Tuhan, diteruskan menjadi pengertian yang salah dan berakhir sesat dalam gereja. Padahal, sadarkah kita bahwa kelimpahan berkat Tuhan bukan melulu tentang berkat jasmani? Tuhan memang menjanjikan berkat melimpah bagi umatNya, tapi tahukan kita bahwa berkat melimpah bukan hanya melulu tentang hal jasmani, tetapi juga hal rohani?  Dalam kisah orang lumpuh disembuhkan (Luk.5:17-26), orang itu datang demi berkat jasmani : sembuh dari kelumpuhan. Namun Tuhan Yesus tidak langsung memberi kesembuhan, namun Dia melimpahkan berkat rohani terlebih dahulu bagi si lumpuh : PENGAMPUNAN DOSA (ay.20). Bagi Tuhan, kesembuhan rohani orang ini lebih penting daripada jasmaninya, sehingga Tuhan terlebih dahulu membereskan dosanya daripada kelumpuhannya. Tanpa berkat rohani, segala kelimpahan jasmani adalah sia-sia. Tuhan Yesus tahu, bahwa Zakheus butuh pengampunan (berkat rohani) sehingga Dia pergi mencari dan menyelamatkan Zakheus (Luk.19:1-10). Padahal, Zakheus sudah hidup berkelimpahan secara jasmani (walau itu semua didapatkannya dengan cara yang salah / dosa). Karena itu, salah jika kelimpahan berkat Tuhan kita identikkan hanya dengan berkat jasmani saja.
Sekali lagi, kelimpahan berkat Tuhan bukan melulu mengenai berkat jasmani saja. Kelimpahan berkat Tuhan juga datang dalam berkat rohani berupa:

1. Kelimpahan cinta, kasih dan belas kasihan karena sudah ditebus dan diampuni oleh Tuhan dari dosa-dosa yang amat berat, serta menerima keselamatan hidup kekal. Zakheus tidak lagi menganggap kelimpahan harta dunia itu penting, karena dia sudah kelimpahan berkat rohani daripada Tuhan : diampuni dari segala dosanya dan diselamatkan (bdk. Luk 19:9). Begitu juga penjahat di samping Tuhan Yesus, saat dia berada di ujung umurnya, dia tidak punya berkat jasmani yang melimpah, namun dia bersukacita karena dia menerima kelimpahan berkat rohani daripada Tuhan : keselamatan dan hidup kekal (bdk. Luk. 23:43).

2. Kelimpahan damai sejahtera dan sukacita karena sudah diperdamaikan dengan Tuhan. Raja Daud pernah bersaksi bahwa kebahagiaan ada dalam diri mereka yang dosa-dosanya sudah diampuni oleh Tuhan (Maz.32:1-2). Hidup yang tidak diperdamaikan dengan Tuhan adalah hidup yang tidak memliki damai sejahtera dan tidak ada sukacita di dalamnya. Hidup tanpa damai dan sukacita adalah hidup yang tidak merasakan kelimpahan berkat Tuhan, dan itu adalah hidup yang sia-sia. Berlimpah-limpah harta seseorang, kesuksesan menyertai hidup seseorang, tidak menjamin dia berbahagia jika tidak ada  kedamaian dan sukacita dalam hidupnya, jika dia tidak berdamai dengan Tuhan. Lihatlah, berapa banyak orang terkenal yang bunuh diri padahal hidup dalam kesuksesan dan bergelimangan harta?

3. Kelimpahan kekuatan iman dan pengharapan dalam menghadapi kesulitan (dosa, ujian, cobaan, sakit, pergumulan hidup silih berganti, dukacita dsb.) Raja Daud pernah bergumul menghadapi dosanya (Maz.51), namun Tuhan memberi dia kekuatan iman dan pengharapan dalam menghadapi pergumulannya itu, sehingga dia dapat melaluinya dengan baik. Ayub pernah mengalami ujian, cobaan, sakit, pergumulan hidup silih berganti dan dukacita (Ayub 1-2), namun dengan kekuatan dari Tuhan, dia tetap beriman dan lulus dari ujian yang dia hadapi.

4. Kelimpahan rasa saling mengasihi, sehingga mampu mengampuni orang-orang yang bersalah pada diri kita. Mengampuni adalah adalah salah satu ciri hidup orang Kristen, yang dicontohkan langsung oleh Tuhan Yesus (bdk. Luk. 23:34).  Orang Kristen wajib mengampuni orang yang bersalah kepadanya (Mat.18:21-35) dan itu adalah perintah. Tanpa kelimpahan rasa saling mengasihi yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, orang Kristen mustahil dapat mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Namun dengan adanya kelimpahan rasa saling mengasihi, kemustahilan itu dapat ditabrak dan dihancurkan. Perhatikanlah doa Stefanus bagi orang-orang yang melemparinya dengan batu (Kis.7:60)!

5. Kelimpahan tuntunan Roh Kudus, sehingga semakin berbuah-buah dalam roh (menghasilkan buah-buah roh bdk. Gal.5:22-23). Kehadiran Roh Kudus adalah berkat yang tak terhingga bagi anak-anak Tuhan, karena tanpa tuntunan Roh Kudus, siapakah yang mampu hidup berkenan di hadapan Tuhan? Tanpa tuntunan Roh Kudus, siapakah yang mampu menghasilkan buah dari pertobatan? Memiliki umur yang panjang, namun tidak pernah menghasilkan buah-buah roh sepanjang hidupnya adalah suatu kesia-siaan, karena umur yang panjang itu hanya akan berakhir kepada kebinasaan. Karena itulah, kita sangat membutuhkan tuntunan Roh Kudus.

6. Kelimpahan rasa syukur, sehingga mampu mengucap syukur dalam segala hal. Tuhan memerintahkan kita untuk selalu mengucap syukur (1 Tes.5:18), dan itu bukan hanya pada saat senang, tetapi dalam segala kondisi. Jika seseorang tidak memiliki rasa syukur dalam hidup ini, maka seumur hidupnya hanya akan dipenuhi dengan bersungut-sungut dan akan selalu menyalahkan Tuhan, sama seperti bangsa Israel di padang gurun. Karena itu, kelimpahan rasa syukur adalah sesuatu yang sangat penting dalam menjalani segala kondisi hidup. Jangan harap kita dapat bersyukur kepada Tuhan, jika rasa syukur itu tidak dilimpahkan Tuhan kepada kita. Karena itu, bersyukurlah, jika kita tetap mampu bersyukur dalam segala hal dan kondisi!

Janganlah menyempitkan kelimpahan berkat Tuhan hanya soal kekayaan, kesuksesan, umur panjang dll. Berkat Tuhan bukan hanya semata mengenai hal jasmani saja, tetapi juga rohani. Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kekayaan, bagaimana Lazarus yang miskin dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? Nyatanya dia masuk Sorga (bdk. Luk.19:16-31).  Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kesuksesan dalam pekerjaan / usaha, bagaimana mungkin Nabi Habakuk dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? Nyatanya, imannya tetap teguh kepada Tuhan dan dia mampu mengucap syukur walau sedang mengalami kegagalan (bdk. Hab.3:17-19). Jika kelimpahan hanya dilihat dari segi kesehatan, bagaimana mungkin Nabi Elisa, Rasul Paulus dan Timotius dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati? (bdk. 2 Raj.13:14; 2 Kor.12:7; 1 Tim.5:23). Dan jika kelimpahan hanya dilihat dari segi umur panjang, bagaimana mungkin manusia Yesus dapat dikatakan sebagai orang yang diberkati, sedangkan Dia mati di usia yang masih muda?

Selamat menerima dan menikmati kelimpahan berkat Tuhan. Amin.

Rabu, 24 Juli 2019

KEBENARAN TETAPLAH KEBENARAN SEKALIPUN LANGIT RUNTUH

Kebenaran, berasal dari kata dasar BENAR, yang menurut KBBI berarti : sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang tidak seharusnya adalah salah dan sesuatu yang salah tentu adalah hal yang tidak baik. Kebenaran tidak akan pernah berubah menjadi sesuatu yang salah. Sekali benar tetap benar. Siapapun yang berusaha untuk mengubah kebenaran menjadi salah tentu adalah oknum yang dalam pikirannya penuh kejahatan, karena dia bertentangan dengan kebenaran itu sendiri. Kebenaran adalah sesuatu yang juga menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Manusia yang berpedoman pada sesuatu yang salah adalah manusia yang jalan hidupnya akan tersesat, sedangkan manusia yang berpedoman pada kebenaran, hidupnya akan tetap berjalan pada jalur yang benar. Pertanyaaannya, bagaimana kita mengetahui bahwa sesuatu itu benar? Sebagai orang yang Kristen dan percayapada Tuhan, tentu kita percaya bahwa kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan saja. Tidak ada manusia yang benar di dunia ini, karena sejak semulanya, nenek moyang manusia telah memilih kesalahan sebagai jalan hidupnya. Tuhan menyatakan kebenaran kepada manusia dengan Firman-Nya yang Dia berikan kepada manusia baik secara langsung maupun dengan perantaraan para nabi. Berpatokan pada Firman Tuhan, maka kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

Manusia dalam perjalanan kehidupannya tahu bahwa kebenaran hanya ada pada
Tuhan dan Firman-Nya. Namun yang terjadi adalah manusia memilih untuk melawan Tuhan daripada menuruti-Nya. Tuhan yang adalah sumber kebenaran, tak bisa menyetujui ketidak-benaran dan tidak akan bisa menyatu dengan kebenaran, maka sudah tentu Tuhan akan menegur bahkan menghukum pelaku ketidak-benaran itu, karena di mata Tuhan, kebenaran tetaplah kebenaran dan kesalahan haruslah tetap salah dan tak dapat dibenarkan. Bermula dari membangkangnya nenek moyang umat manusia, Adam dan Hawa, maka Tuhan mengusir mereka dari taman Eden (Kej.3). Tuhan membenci ketidak-benaran mereka dalam rupa pembangkangan, maka Tuhan menghukum mereka sehingga mereka harus kehilangan kemuliaan Allah dan hidup terpisah dari Allah.

Begitu juga yang terjadi pada zaman raja Daud, dimana Daud yang adalah raja besar berzinah dengan Batsyeba, dan membunuh Uria. Tuhan melihat ini sebagai pembangkangan terhadap Tuhan, sehingga dengan perantaraan nabi Natan, Tuhan menegur Daud akan kesalahannya itu (2 Sam.12:1-25). Natan dengan pertolongan Roh Tuhan berani menegur raja yang mungkin saja pada saat itu menghukum mati dia. Tetapi kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh, maka Natan dengan keberanian dari Tuhan menegur Daud yang berdosa. Tuhan tidak berkompromi dengan dosa, dan nabi Natan berpendirian bahwa kebenaran tetap harus diberitakan apapun resikonya, karena ketidak-benaran tidak bisa dibiarkan merajalela. Ini membuat Daud sadar dan akhirnya memohon pengampunan Tuhan.

Kisah Alkitab berlanjut kepada zaman dimana Kerajaaan Israel menemui titik rendah di hadapan Tuhan karena penyembahan berhala, yang disponsori oleh Raja Ahab dan istrinya, Izebel (1 Raj.16:29-34). Maka Tuhan melihat itu sebagai dosa dan mengutus Nabi Elia untuk menegur Ahab dan seluruh kerajaan Israel. Dengan semangat dan keberanian yang berapi-api dari Tuhan, Elia menegur Ahab dan istrinya dengan keras dan tidak lunak sedikitpun kepada dosa Ahab dan Israel. Tanpa takut dihukum bahkan dibunuh, Elia menjalankan perintah Tuhan, karena Elia berpendirian dalam Tuhan bahwa kebenaran tetaplah kebenaran walaupun langit runtuh, dan ketidak-benaran tidak dapat didiamkan saja. Elia juga tidak gentar saat dia harus melawan 450 orang nabi Baal (1 Raj.18:20-46). Walau sendiri, dia maju karena dia membawa kebenaran yang daripada Allah, dan dia mau membuktikan pada bangsa Israel dan Raja Ahab mana Allah yang hidup, TUHAN Allah Israel ataukah Baal. Elia membuktikan itu dengan tidak gentar, karena dia tahu, kebenaran haruslah ditegakkan, itulah kehendak Tuhan. Kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh.

Kisah berlanjut di zaman perjanjian baru, dimana Yohanes pembaptis, yang dengan tegas menegur perzinahan Herodes dengan Herodias (Mat.13:3-4), karena dia tahu bahwa itu adalah dosa yang bertentangan dengan kebenaran. Walau dia di benci Herodias, ditangkap dan akhirnya dipenggal, namun sampai matinya Yohanes tetap teguh mempertahankan kebenaran, karena dia tahu bahwa apa yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan, dan ketidak-benaran tidak dapat dibiarkan begitu saja. Herodes akhirnya harus terus hidup dalam kesalahannya karena melawan kebenaran yang diberitakan oleh nabi Tuhan yang pemberani itu.

Tuhan Yesus Yesus saat Dia turun menjadi manusia. Yesus tidak segan mengecam para ahli Taurat yang pada waktu itu adalah pemuka agama yang berkuasa. Yesus tak takut mengutuk perbuatan-perbuatan mereka yang tidak mengandung kebenaran di hadapan Tuhan. Yesus melakukan ini karena Dia sebagai Tuhan sejati tidak dapat melihat ketidak-benaran merajalela dalam kehidupan ini. Yesus membenci ketidak-benaran mereka dan mengecam serta mengutuk segala perbuatan mereka. Tidak hanya sekali, namun berulang kali Yesus harus berurusan dengan mereka karena Dia mengatakan kebenaran yang sejati dan mengecam ketidak-benaran mereka. Walau akhirnya Dia dibenci dan ingin dibunuh (dan akhirnya dibunuh), tetapi Yesus tak gentar dan terus memberitakan kebenaran serta mengecam ketidak-benaran, karena Dia sendirilah kebenaran itu, dan Yesus berpendirian teguh bahwa kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh.

Keberanian dan keteguhan Yesus dalam memberitakan kebenaran menjadi teladan yang baik yang diikuti oleh murid-murid dan pengikut-Nya. Berawal dari martirnya Stefanus karena memberitakan kebenaran (Kis.7:54-60), dimana dia akhirnya dirajam karena memberitakan injil. Stefanus tidak takut menyatakan kebenaran di hadapan mahkamah agama, karena Stefanus tahu, apapun yang terjadi kebenaran haruslah diberitakan. Dia melakukan ini semata hanya karena cintanya pada Tuhan, cintanya pada kebenaran firman Tuhan. Setelah itu, tidak sedikit dari murid-murid Tuhan Yesus yang harus mengalami kematian sebagai martir akibat  menyatakan kebenaran Injil. Satu demi satu para murid, entah dari antara ke 12 Rasul (ditambah rasul Paulus), atau yang bukan rasul mengalami penderitaan karena memberitakan injil dan mempertahankan kebenaran (kecuali Yohanes yang wafat karena lanjut usia, bukan dibunuh, namun dia juga menderita dalam pembuangan di Pulau Patmos karena kebenaran Injil!). Semua ini hanya karena kecintaan pada Tuhan Yesus, dan kecintaan pada kebenaran yang terkandung dalam firman Tuhan.

Kisah berlanjut lagi ke zaman dimana Kristen sudah menjadi kepercayaan yang diakui oleh dunia saat itu. Walaupun sudah diakui, rupanya keKristenan tidak luput dari serangan iblis dalam bentuk kesesatan. Tercatat dalam bahwa Katolik Roma pernah melakukan penjualan surat pengapusan dosa atau Indulgensia, dimana siapa yang membeli surat ini maka dia akan selamat dari murka Tuhan. Dalam kemelut kesesatan yang semakin menjadi-jadi dalam lingkungan gereja akibat ulah para pemimpin gereja, muncul seseorang yang dipilih Tuhan untuk menyerukan kebenaran. Dialah salah satu bapa Reformasi gereja, Martin Luther. Dengan kegigihannya, Luther menentang segala kesalahan para pemimpin gereja walau dia tahu bahwa nyawa taruhannya, karena dia tahu, bahwa keputusan Paus dan Katolik Roma TIDAK SESUAI DAN TIDAK BERDASAR PADA ALKITAB. Tanggal 31 Oktober 1517, Luther menempel 95 dalil di pintu gereja Wittenberg, menentang keputusan Paus Leo dan gereja katolik Roma yang penuh kesesatan. Saat diperintah untuk menarik kembali segala tulisannya yang dianggap sebagai bidah, Luther menolak dan tak gentar, karena dia tahu, kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh. Ini karena kecintaannya pada Tuhan dan pada kebenaran Firman Tuhan. Akhirnya setelah gerakan Luther, gereja direformasi dan lahirlah gereja Protestan yang merupakan gereja yang kembali pada ajaran murni, ajaran dari Kristen yang sesungguhnya, Kristen mula-mula yang hidup berdasarkan ajaran Kristus yang sejati.

Tahun berganti tahun, dalam masa modern pun umat Kristen diterpa segala macam kesesatan, baik dari luar maupun dari dalam gereja sendiri. Dari mormon, Saksi Yehovah, Advent hari ke-7, ajaran teologi kemakmuran, penyalahgunaan perjamuan kudus dan minyak urapan, kesesatan yang mengatasnamakan Roh Kudus, ajaran kesembuhan ilahi atau mujizat yang berlebihan, pluralisme dan inklusivisme yang dicampuradukkan dengan iman dsb, banyak mengganggu dan menyesatkan umat Kristen masa kini. Bermunculan banyak nabi-nabi palsu yang mengatas-namakan Tuhan dan kebenaran, mengatas-namakan Firman Tuhan namun sebenarnya tidak sama sekali. Jika dilihat sepintas mereka seperti mengajarkan Firman Tuhan, namun sesungguhnya mereka mengajarkan kesesatan. Jika tidak berhati-hati, maka umat Kristen tentu tersesat. Bagaimana kita menghadapinya?
Belajar dari para pendahulu kita, para nabi, para Rasul, para martir, para teolog reformasi dan para pembela kebenaran Firman Tuhan lainnya, dimana mereka dalam menentukan sesuatu benar atau salah, dalam mereka memberitakan kebenaran, mereka hanya merujuk pada 1 sumber, yaitu FIRMAN TUHAN (zaman sekarang dalam bentuk ALKITAB). Ini adalah salah 1 samboyan Reformasi yaitu SOLA SCRIPTURA : HANYA ALKITAB. Maka dari ini, kita dapat belajar, bahwa dengan merujuk pada Alkitab, dengan berdasarkan hanya pada Alkitab, maka kita dapat menilai satu ajaran apakah ajaran dan segala perbuatan dalam hidup itu benar atau tidak. Rujukan dari Alkitab tidak akan salah dan tidak pernah salah, karena Firman Tuhan TIDAK PERNAH SALAH. Apa yang tidak diajarkan dalam Alkitab, jangan ditambah-tambahkan, begitu juga apa yang diajarkan dalam Alkitab, jangan dikurang-kurangi. Namun dalam proses memahami Firman Tuhan untuk kehidupan kita, jangan lupa meminta tuntunan Roh Kudus untuk membimbing kita agar kita diberi hikmat untuk mengerti Firman Tuhan. Jangan mengandalkan hikmat sendiri, namun minta pertolongan Tuhan agar dapat mengerti kebenaran itu.

Yang berikut adalah jangan takut memberitakan kebenaran. Ingat kegigihan para tokoh Alkitab maupun para reformator dan hamba-hamba Tuhan dalam memberitakan kebenaran. Apapun yang terjadi, kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh. Mungkin dalam memberitakan kebenaran saat ini kita tidak diancam dibunuh atau disiksa (namun kemungkinan dibunuh dan disiksa bisa saja ada dan pasti akan ada), namun mungkin kita bisa saja dikucilkan sesama yang benci kebenaran, dijauhi, dibenci, diolok, dianggap sok suci dsb. Jangan gentar, tetapi beranilah beritakan kebenaran. Ingat, Yesus berani mati bagi kita, maka jangan takut untuk memberitakan tentang Dia dan kebenaranNya. Mintalah keberanian daripada Tuhan untuk dapat menjadi agen kebenaran. Kesulitan-kesulitan yang kita alami karena kebenaran Firman Tuhan adalah bukti dunia membenci kita. Mengapa dunia membenci kita, karena kita bukan berasal dari dunia ini melainkan berasal dari Bapa (Yohanes 15:19). Barangsiapa berasal dari Bapa sudah tentu dia adalah milik Bapa. Karena itu  berbahagialah jika dianiaya karena kebenaran, karena kita adalah pemilik kerajaan Sorga (Mat.5:9).

Kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh. Kebenaran yang berasal dari Tuhan mustahil salah dan tak akan pernah menjadi salah. Sampai kiamat, kebenaran tetap kebenaran. Jika kita hidup dalam kebenaran, tentu kita hidup berkenan sesuai Firman Tuhan. Jangan mengorbankan kebenaran untuk hal-hal duniawi. Jika karena kebenaran maka suatu perdamaian bisa pecah, maka jangan pedulikan perdamaian yang semu itu, namun tetaplah berpegang pada kebenaran. Lebih baik jika kebenaran ditegakkan daripada perdamaian yang berdiri diatas dasar ketidakbenaran, karena perdamaian semu akan runtuh dengan sendirinya. Kebenaran berdasarkan apa yang kita pegang? Kebenaran berdasarkan FIRMAN TUHAN, YANG TERTUANG DENGAN JELAS DALAM ALKITAB. Tidak ada lagi yang bisa dipercayai sebgai Firman Tuhan selain daripada Alkitab. Jangan berdasarkan pada hati nurani, jang berdasarkan pada kata-kata manusia, jangan berdasarkan pada apapu juga selain daripada Alkitab. Biarlah melalui tuntunan Roh Kudus, kita dapat memahami kebenaran Firman Tuhan, dan dapat kita pakai sebagai dasar hidup kita. Kebenaran tetaplah kebenaran sekalipun langit runtuh...
AMIN

Rabu, 12 Juni 2019

MENGHADAPI DUKA KARENA KEMATIAN BAGI ORANG PERCAYA

Kehilangan orang yang kita cintai adalah hal yang berat dalam hidup. Setelah sekian lama hidup bersama dalam ikatan cinta kasih, namun harus berpisah karena ajal menjemput merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan. Hilang arah, hilang semangat, duka dan sedih serta perasaan buruk lainnya bercampur menjadi satu. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah orang bisa kecewa dan menyalahkan Tuhan.
Lalu sebagai orang Kristen yang beriman pada Tuhan, bagaimana cara kita menghadapi hal ini? Apa yang harus kita lakukan agar tidak sampai pada fase duka berkepanjangan dan menyalahkan Tuhan?

1. Beriman, percaya dan tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan itu baik. Apapun yang Dia lakukan baik bagi kita yang masih hidup maupun bagi mereka yang sudah pergi itu baik adanya (Rom.8:28). Pernahkah Tuhan mengecewakan kita walau hanya satu kali saja? Tentu tidak, karena selamanya Dia tidak pernah berubah. Jika kita merasa Tuhan mengecewakan, maka ada yang salah dalam cara berpikir / pengertian kita karena sesungguhnya Dia tidak pernah mngecewakan. Percaya dengan sungguh bahwa Dia baik dalam segala hal, Dia tidak pernah keliru dalam rencana dan tindakanNya, maka seberat apapun duka itu, kita akan mampu bertahan. Pengertian yang benar tentang kebaikan Tuhan tidak cukup didapatkan hanya dari pengalaman hidup dan perasaan semata. Membaca, merenungkan dan mengerti akan Firman Tuhan yang mendekatkan kita pada Tuhan adalah faktor utama kita dapat tahu dan mengerti betapa baiknya Tuhan.
Dilanjutkan dengan mengingat-ingat kebaikan Tuhan (Maz.48:9; 77:1), maka tidak ada waktu bagi kita untuk menyalahkan Tuhan. Yang ada hanyalah puji-pujian kepada Tuhan walau dalam duka sekalipun. Saat Tuhan mengambil orang yang kita kasihi, maka sudah pasti Dia telah merancangkan dan menentukan apa yang baik bagi kita dan bagi kekasih kita yang telah pergi.

2. Beriman dan percaya bahwa mereka yang mati dalam Tuhan sesungguhnya tetap hidup di tempat yang lebih baik, yaitu dalam rumah Bapa di Sorga (Yoh.11:25 – ini dalam konteks kematian orang beriman). Jika kita percaya Firman Tuhan ini, maka kitapun percaya bahwa kekasih kita tentu masih hidup, jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya. Jika kita percaya akan janji Tuhan ini, maka ini akan menjadi penghiburan besar yang tak ternilai harganya bagi kita. Inilah pentingnya mengetahui, mengerti dan mengimani Firman Tuhan. Segala janji Tuhan bagi hidup dan mati kita semua ada dalam FirmanNya (Alkitab). Jika kita jauh dari FirmanNya, mana mungkin kita mengerti akan janji-janjiNya?

Memang, secara fisik kita tidak lagi dapat bertemu. Kita hanya bisa mengenang kekasih kita yang telah pergi. Namun, manakah yang lebih baik bagi kekasih kita : dekat dengan kita atau dekat dengan Tuhan? Bukankah jauh lebih baik jika mereka hidup bersama Tuhan dibandingkan bersama kita dalam dunia yang penuh kesusahan ini? Jika kita mengasihi mereka, bukankah kita rela mereka pergi ke tempat yang lebih bahagia?

3. Tanamkan dalam pikiran dan sadarilah, sebagaimana kita adalah milik Tuhan, maka demikian juga dengan kekasih kita yang telah pergi. Mereka adalah milik Tuhan dan sekali-kali bukanlah milik kita. Maka jika Tuhan yang adalah pemilik mengambil kembali yang adalah milikNya, maka itu sah saja, dan tidak ada alasan bagi kita untuk menahannya. Adalah hak Tuhan untuk mengambil kembali milikNya saat Dia tahu itu adalah keputusan terbaik.

4. Berduka dan menangis itu wajar. Tuhan Yesus sendiri pernah menangis dan berduka saat Lazarus mati (Yoh.11:33-38). Namun janganlah kita larut dala duka berkepanjangan tiada henti. Mengapa kita menangis terus-menerus saat kekasih kita pergi? Tentu karena kita merasa kehilangan, dan ingin akan kehadiran mereka. Namun, jangan sampai kita menangis seolah-olah ingin mereka kembali. Ingat bahwa mereka sudah ada di tempat yang indah, tempat yang bahagia bersama Bapa di Sora (poin 2). Bukankah egois jika kita terus menangis seolah ingin mereka kembali pada kita, padahal kita ada di tempat yang penuh derita? Kenanglah mereka dengan cara yang benar. Isilah waktu-waktu kehilangan dengan membaca Firman dan tetap bersyukur pada Tuhan. Kenanglah mereka dengan cara yang benar, ingatlah kebaikan mereka, teladan-teladan dan segala yang baik yang mereka contohkan kepada kita. Janganlah habiskan waktu untuk berduka. Renungkan hidup kita, sudah siapkah kita jika kita dipanggil Tuhan seperti mereka? Mereka sudah tiba di garis akhir. Bagaimana dengan kita? Dapatkah kita mengakhiri pertandingan dengan baik dan tiba di garis akhir (2 Tim.4:7). Jangan pula pula menghabiskan waktu dengan hal-hal yang sia-sia yang membuat kita terus terkurung dalam duka berlarut-larut (contoh: menyanyikan lagu sedih, lagu duka dsb.). Nyanyikanlah lagu-lagu yang menguatkan iman kita dalam menghadapi duka seperti KJ 266 : Ada kita yang indah cerah; KJ 263 : Yang t’lah menang, dan lagu-lagu lainnya. Bukankah kita akan bersukacita karena iman?

Duka karena kehilangan orang yang kita cintai sangat berat. Luka itu akan membekas dalam hati kita. Saat kenangan tentang kekasih kita muncul dalam benak, mungkin luka itu akan basah lagi karena sebagai manusia kita tentu lemah. Namun dengan pertolongan Tuhan, luka itu tidak akan menjadi parah, namun akan sembuh. Menangislah jika kita rindu. Namun jangan tenggelam dalam duka, percayalah pada Tuhan bahwa Dia akan menyembuhkan kita. Dengan iman pada Tuhan, dengan kekuatanNya, sesungguhnya kita akan menang atas duka itu.
AMIN

Mengenang Bapa dan Mama terkasih dan tercinta yang sudah berpulang ke rumah Bapa
di Sorga, - Marthen Luther Dubu pada 22 Desember 2018 & Anthoneta Nia Dubu - Lay
pada 6 April 2020 - Terpujilah Tuhan Allah Tritunggal yang terus memberikan kekuatan
dan penghiburan serta terus menguatkan iman kami sekeluarga
 

Senin, 10 Juni 2019

MENGHARAPKAN ANUGERAH KARENA MISKIN DI HADAPAN ALLAH

Dengan apa manusia membenarkan diri di mata Bapa? Dengan apa manusia melayakkan diri di hadapan Allah? Apakah dengan kebaikan hati? Ataukah dengan kesalehan? Atau masih adakah yang berpikir bahwa dengan materi maka manusia dapat membeli karunia Bapa?

Jika orang berpikir bahwa dengan usaha kebaikan atau kesalehan maka manusia dapat dibenarkan dan dilayakkan oleh Allah, maka perhatikan ini!

Yesaya 64:6 : Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

Jika kesalehan manusia sama seperti kain kotor, bagaimana manusia masih bisa bersandar pada kesalehan dan bermegah dengan kebaikan di hadapan Allah?

Roma 3:10 - 11 : seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.

Dalam kehidupan, tidak ada satupun manusia yang benar, maka dengan ketidakbenaran itu, manusia mustahil berkenan di hapadan Allah. Dari dalam kandungan, manusia telah berdosa. Bagaimana mungkin manusia mampu melayakkan diri di hadapan Allah dengan keberdosaannya? Mustahil! Manusiapun tak mampu berbuat baik atau menjadi baik, karena semua manusia berdosa, dan apa yang ditimbulkan dalam hatinya pastilah kejahatan, tidak ada yang baik. Bahkan lebih lagi, dalam keberdosaaan, manusia tak akan serta tak dapat mencari Allah, karena dosa yang menghalangi. Apakah dengan ini, kita masih berpikir untuk melayakkan diri dengan kesalehan dan usaha kita? Atau menganggap kita sudah cukup kaya dalam hati dengan kebaikan untuk bisa memperoleh anugerah Bapa di Sorga? Ini sia-sia! Lalu dengan atau oleh karena apakah kita dapat dilayakkan di hadapan Bapa di Sorga? Semua hanya oleh karena ANUGERAH (SOLA GRATIA). Allah tahu, bahwa kita tidak mampu dan tak dapat melayakkan dan membenarkan diri di hadapan-Nya, sehingga karena kasih-Nya, dikaruniakan anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita dari dosa sehingga oleh pengorbanan Kristus, kita diselamatkan dan kita layak di hapadapan Bapa di Sorga.

Yohanes 3:16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah 
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 

Karena begitu besar kasih Allah, karena Dia tahu bahwa manusia membutuhkan pertolongan agar tidak binasa, karena Dia tahu manusia tak dapat mengerjakan keselamatannya sendiri, sehingga dikaruniakanlah Yesus Kristus bagi kita manusia berdosa. Namun, perhatikan kalimat “...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”, ini menunjukkan bahwa hanya yang percaya kepada Yesus sajalah yang dapat diselamatkan! Hanya iman kepada Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan manusia, karena Yesuslah jalan kepada Bapa!

Yohanes 14:6 : Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 

Ini adalah perkataan yang keluar dari mulut Yesus, yang sangat jelas menekankan bahwa tidak ada jalan lain, hanya Dia jalan menuju Bapa. Jika kita masih berpikir secara plural bahwa masing-masing orang dengan jalannya yang dia percayai dapat membawa dia pada keselamatan, maka sama dengan kita membantah kata-kata Yesus ini. Keyakinan bahwa banyak jalan menuju keselamatan adalah sesat, karena ini bertentangan dengan kata-kata Yesus yang berkata “Akulah jalan..” ingat, Yesus bukan salah satu jalan, melainkan satu-satunya jalan! Yesus telah mati, Dia telah menebus dosa kita dengan pengorbanan-Nya. Namun jangan kita berpikir bahwa dengan inisiatif kita sendiri, kita dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kenapa? Ingat dalam Roma 3:10 - 11 : seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Tidak ada yang mencari Allah, maka Allah yang mecari manusia! Dosa membuat manusia tidak mampu mencari Allah, apa yang dipikirkan hanyalah kejahatan semata. Allah yang berinisiatif untuk mencari manusia. Allah menarik manusia datang kepada Kristus.

Yohanes 6:44 : Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Ini jelas, bukan manusia yang mencari Allah, namun Allah yang mencari manusia; bukan manusia yang berinisiatif datang pada Yesus, namun Bapa yang menarik manusia datang pada Yesus. Kita sendiri tak dapat mengakui Yesus sebagai Tuhan, juruselamat dan Anak Allah jika tidak diberitahu oleh bapa sendiri! Bdk. Matius 16:16-17

Matius 16:16-17: Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 

Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias bukan oleh hasil pemikirannya sendiri, melainkan oleh karena Bapa yang menyatakan itu kepada dia! Begitu juga dengan kita, saat kita mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, itu bukanlah hasil pemikiran kita sebagai manusia, namun Bapa di Sorgalah yang menyatakan itu kepada kita, sehingga kita 
dapat mengakui dengan bibir mulut kita bahwa Dia adalah Tuhan! Dengan ini, kita jadi mengerti bahwa seluruh karya keselamatan berasal hanya dari Tuhan. Kita tidak sedikitpun turut andil dalam karya keselamatan itu. Tidak ada yang kita sumbangkan untuk memperoleh kasih karunia Allah. Jangan berpikir bahwa dengan kesalehan dapat menambah kasih Allah bagi kita, karena itu juga sia-sia! Kita tidak punya apa-apa yang dapat kita tambahkan untuk keselamatan kita. Kita hanya bergantung pada kasih karunia dan anugerah Allah. Kita miskin di hadapan Allah! Namun apa kata Yesus tentang orang yang miskin di hadapan Allah?

Matius 5:3: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 

Matthew 5:3 : Blessed are the poor in spirit: for theirs is the kingdom of heaven. (KJV)

The poor in spirit : miskin dalam roh; apa artinya miskin dalam roh? Matius 5:3 bukan berbicara tentang miskin dalam hal harta dunia, melainkan miskin dalam hal rohani. Miskin dalam roh berarti tidak memiliki apa-apa yang dapat diandalkan untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan, tidak memiliki apa-apa untuk menjadi jaminan bagi keselamatan jiwa. Saat kita merasa miskin di hadapan Allah, tidak punya apa-apa dan sadar bahwa kita 
hanya dapat mengharapkan kasih karunia Allah, maka kita dikatakan berbahagia, karena memang sesungguhnya, kita hanya dapat hidup, selamat dan berbahagia serta bermegah dalam anugerah dan nelas kasihan Bapa di Sorga!

Matius 5:4: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Saat kita berdukacita karena dosa kita, dan berduka karena kita miskin dihadapan Allah, berduka karena kita sadar bahwa tidak ada yang dapat kita tambahkan dan usahakan untuk karya keselamatan kita, maka Allah akan membuat kita berbahagia dengan penghiburan yang daripada-Nya, yaitu mengaruniakan anugerah keselamatan bagi kita yang berduka karena dosa dan kemiskinan rohani kita!

Saat kita merasa kaya dihadapan Allah, maka kita tak akan pernah merendahkan diri di hadapan Allah. Saat kita meninggikan diri dihadapan Allah, maka kita tak akan pernah diterima Allah. Ini sama saja kita menipu diri sendiri, karena sesungguhnya kita tidak punya apa-apa untuk jaminan keselamatan jiwa.

Luk.18:10-14
10. "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 
11. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 
12. aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala 
penghasilanku.
13. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 
14. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." 

Menganggap diri kaya di hadapan Tuhan membuat manusia lupa bahwa semuanya 
hanyalah karena anugerah Allah semata! Karena itu, rendahkan diri di hadapan Tuhan serta mengakui, hanya pada anugerah Tuhan sajalah kita hidup, bergantung dan berharap. Ingatlah, tak ada yang bisa kita sumbangkan untuk karya keselamatan kita, selain mengharapkan anugerah Bapa di Sorga! Sesungguhnya, kita miskin di hadapan Allah, dan kita akan empunya kerajaan Sorga karena kita dibenarkan dihadapan Bapa oleh karena iman kepada Yesus Kristus, dan semua ini hanyalah karena anugerah semata!

AMIN

Kamis, 06 Juni 2019

INGATLAH AKAN AKU, APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA (MARKUS 15:32 / LUKAS 23:39-43)

Dalam peristiwa penyaliban Yesus, tercatat ada dua penjahat yang disalib bersama 
Yesus. Ini sesuai dengan nubuatan yang telah ditulis oleh nabi Yesaya dalam Yes.53:9. Dari kedua penjahat ini, salah satunya berakhir dengan pertobatan. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari pertobatan penjahat di samping Yesus :
1. Ada pekerjaan Roh Kudus yang melahirkan pengakuan dosa dan pengakuan iman yang mendatangkan keselamatan. Pada awalnya, kedua penjahat ini kompak dalam mencela Yesus (Mark.15:32). Sungguh, dosa merasuk tanpa memperhatikan kondisi dan suasana, sehingga dalam kondisi sama-sama menderita dan menuju maut, mereka masih mampu mencela Yesus, padahal mereka sendiri juga sedang menderita. Inilah kerusakan total (Total Depravity) yang diakibatkan oleh dosa, yang merasuk sampai ke dalam tiap lini hidup manusia.
Namun dalam perjalanannya, ada satu penjahat - yang tercatat oleh injil Lukas –mengalami pertobatan saat itu juga. Apa yang mampu menginsafkan dia? Rasa ibakah? Rasa soliderkah? Tidak. Ini sudah pasti adalah pekerjaan Roh Kudus. Tanpa pekerjaan Roh Kudus, tidak akan ada perubahan dalam diri salah satu penjahat. Sudah menjadi tugas Roh Kudus untuk menginsafkan orang akan dosa (Yoh.16:8). Rasa iba, solider tak akan mampu mempertobatkan seseorang yang bertahun-tahun hidup jahat hanya dalam sekejap waktu saja. Ingat, bahwa hukuman salib hanya diperuntukkan bagi mereka yang 
melakukan kejahatan berat. Sudah tentu dia bukan penjahat biasa. Maka jika 
memperhitungkan kejahatannya, maka hanya kuasa Ilahi yang mampu menginsafkan dia.
2. Sadar akan dosa, adalah awal dari kesembuhan rohani. Saat dia sadar akan dosanya (disadarkan Roh Kudus), maka dia sadar bahwa dia butuh penyelamat. Tanpa adanya kesadaran akan dosa, orang tidak akan merasa membutuhkan Juruselamat. Keinsafannya  kesadaran bahwa dia adalah orang berdosa yang layak dihukum (Luk.23:40-41). Berbeda dengan penjahat yang satu lagi yang merasa pantas dibebaskan dan tidak merasa bersalah atas cara hidupnya (Luk.23:39), dia justru merasa layak dihukum oleh 
karena dosa-dosanya.
3. Anugerah dan iman yang menyelamatkan. Dia ditolong Roh Kudus, sehingga membuat dia sadar dan insaf akan dosa, dan juga dianugerahkan iman untuk percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidupnya, serta menggantungkan keselamatannya hanya pada Yesus (Luk.23:42). Secara akal manusia, siapakah yang mau menggantungkan dan mengharapkan keselamatan pada orang yang sama-sama sedang menuju kematian? 
Siapakah yang mau mengakui orang yang sama-sama sedang menderita dan dipermalukan sebagai raja yang akan datang? Secara pandangan manusia, Yesus sudah selesai. Israel kecewa, bahwa Dia yang diharapakan akan menjadi raja, Mesias penyelamat Israel sekarang sedang kepayahan di salib. Siapakah yang mau mengakui orang yang tersalib sebagai raja? Namun lihatlah! Bukan Petrus si batu karang, bukan Yohanes yang dikasihi yang mampu mengakui akan hal ini, namun seorang penjahat yang mampu mengakui Yesus sebagai raja pada saat-saat sengsara-Nya. Hanya karena iman yang adalah anugerah, yang mampu membuat dia mengeluarkan pengakuan : Yesus adalah Raja dan Juruselamat. Ini semakin memperteguh kepercayaan kita sebagai Kristen : diselamatkan hanya oleh karena anugerah (Sola Gratia).
4. Dibenarkan oleh karena iman, bukan karena perbuatan baik. Siapakah penyamun ini? Pernahkah dia berbuat baik? Pernahkah dia dibaptis? Pernahkan dia menjalankan hukum taurat dengan sungguh-sungguh? Taatkah dia? Ingat, bahwa dia adalah penjahat yang terjahat, kelas kakap. Jika manusia dibenarkan karena perbuatan baik, dia tentu tidak 
masuk hitungan. Namun oleh karena imannya yang melahirkan pengakuannya – baik pengakuan dosa maupun pengakuan percaya kepada Yesus - maka dia mendapat jaminan keselamatan oleh Yesus (Luk.23:43). Seumur hidupnya dia ada dalam lumpur dosa, hitam legam karena dosa, namun karena iman yang dianugerahkan kepadanya saat detik-detik 
terakhir hidupnya, dia diselamatkan. Ini semakin memperteguh kepercayaan kita sebagai Kristen : dibenarkan hanya oleh iman (Sola Fide). Mungkinkah dia adalah orang pertama yang masuk Sorga setelah kematian Yesus? Siapa yang tahu!
5. Pemilihan tanpa syarat (Unconditional election). Kisah pertobatan penjahat ini, 
mengantarkan kita pada suatu poin yang dibawakan oleh John Calvin, yaitu Pemilihan tanpa syarat (Unconditional election), dimana ini menunjukkan bahwa Tuhan memilih untuk menganugerahkan hidup kekal, untuk menganugerahkan iman percaya pada Yesus, untuk menganugerahkan keselamatan abadi, tidak berdasarkan syarat yang Dia tuntut dari manusia, tetapi berdasarkan hikmat dan kedaulatanNya sendiri, disebabkan karena siapakah manusia yang dapat memenuhi syarat dari Tuhan? Tidak ada manusia yang mampu memenuhi syarat dan tuntutan dari Tuhan oleh karena semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rom.3:23), dikandung dalam dosa (Maz.51:7) apa yang ada dalam hati manusia selalu cenderung untuk berbuat jahat (Kej.6:5), tidak ada satupun manusia yang benar (Rom.3:10). Jika kesalehan manusia saja dikatakan bahwa seperti kain kotor (Yes.64:6), bagaimana lagi dengan kejahatannya? Bagaimana lagi dengan penjahat yang di samping Yesus ini? Apa syarat yang sudah dipenuhi olehnya sehingga Tuhan mengaruniakan dia iman? Tidak ada! Inilah pemilihan tanpa syarat yang Tuhan lakukan kepada manusia. Mengapa Tuhan memilih dia, dan tidak memilih penjahat yang satunya lagi? Mengapa Tuhan memilih Petrus dan menolak Yudas Iskariot? Inilah hikmat dan kedaulatan Allah, siapakah kita yang mau mempertanyakannya?
6. Percaya kepada Yesus dengan kepercayaan yang benar. Apakah ada kepercayaan terhadap Yesus dengan cara yang salah? Ada!
a. Orang Israel mengganggap Dia sebagai Mesias yang menyelamatkan mereka dari 
bangsa Roma.
b. Orang banyak mengikut Dia karena roti yang mereka makan sampai kenyang yang 
diberikan Yesus bagi mereka (Yoh.6:26). Mereka mengikut Yesus karena mujizat dan keinginan perut.
c. Dua orang murid yang menuju Emaus, yang kecewa terhadap Yesus karena menaruh harapan pada Yesus untuk memberi kebebasan bagi Israel dari jajahan Roma.
d. Murid yang masih tidak mengerti tujuan kedatangan Yesus bahkan setelah Yesus 
bangkit, dimana mereka masih mengaitkan kedatangan Yesus dengan pemulihan kerajaan Israel secara jasmani (Kis.1:6)
Ini adalah contoh percaya kepada Yesus dengan cara yang salah, padahal mereka tiap hari bersama Yesus dan mendengar Yesus berkhotbah. Si penyamun memiliki iman yang benar, dimana dia beriman kepada Yesus bukan untuk kehidupan jasmani / duniawi, namun untuk keselamatan jiwa dan rohnya, untuk hidup yang kekal. Pada akhirnya dia tidak kecewa, karena dia mendapat pengharapannya, yaitu hidup yang kekal. Berbeda dengan orang-orang Israel yang pada akhirnya kecewa terhadap Yesus.

Bukan hanya pada penyamun itu saja Tuhan bekerja dengan luar biasa. Terhadap kitapun demikian. Mungkin hidup kita tidak sejahat si penyamun, namun dimata Tuhan status kita sama dengan penyamun itu : orang berdosa. Karya keselamatan dikerjakan dengan sempurna oleh Tuhan lewat penebusan Tuhan Yesus, penginsafan oleh Roh Kudus dan pengampunan oleh Bapa. Bersyukurlah pada Tuhan, jika Dia mau mempertobatkan kita dan 
mengaruniakan pada kita iman terhadap Tuhan Yesus. Layakkah kita meminta Sorga kepada Tuhan sebagai hak kita? Tidak! Karena kita adalah orang berdosa yang kotor dan najis, yang tidak layak menapakkan kaki di Sorga. Jangan 
merasa layak meminta keselamatan seperti yang dilakukan oleh penyamun yang binasa. Ingat, bahwa Sorga diberikan kepada kita semata hanya karena anugerah, cinta dan belas 
kasihan Tuhan kepada kita. Jika mau meminta, mintalah belas kasihan dengan penuh rendah diri dan hati yang tidak layak seperti penjahat yang insaf : “INGATLAH AKAN AKU, 
APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA”.A kuilah belas kasihan dan anugerah Tuhan dalam hidup kita, seperti pada lirik lagu dalam KJ 39:1 dan 2 :

Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku
Tadi ku angkuh, kini heran : Tuhan besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema : rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema : rahmatMu sungguh mulia!

Walau „ku patut dihukumkan, kaulah penuh anugerah :
Darah PutraMu dicurahkan membasuh dosa dan cela.
Di manakah selamatku? Hanyalah dalam rahmatMu,
Di manakah selamatku? Hanyalah dalam rahmatMu.

Amin.