Rabu, 12 Juni 2019

MENGHADAPI DUKA KARENA KEMATIAN BAGI ORANG PERCAYA

Kehilangan orang yang kita cintai adalah hal yang berat dalam hidup. Setelah sekian lama hidup bersama dalam ikatan cinta kasih, namun harus berpisah karena ajal menjemput merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan. Hilang arah, hilang semangat, duka dan sedih serta perasaan buruk lainnya bercampur menjadi satu. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah orang bisa kecewa dan menyalahkan Tuhan.
Lalu sebagai orang Kristen yang beriman pada Tuhan, bagaimana cara kita menghadapi hal ini? Apa yang harus kita lakukan agar tidak sampai pada fase duka berkepanjangan dan menyalahkan Tuhan?

1. Beriman, percaya dan tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa Tuhan itu baik. Apapun yang Dia lakukan baik bagi kita yang masih hidup maupun bagi mereka yang sudah pergi itu baik adanya (Rom.8:28). Pernahkah Tuhan mengecewakan kita walau hanya satu kali saja? Tentu tidak, karena selamanya Dia tidak pernah berubah. Jika kita merasa Tuhan mengecewakan, maka ada yang salah dalam cara berpikir / pengertian kita karena sesungguhnya Dia tidak pernah mngecewakan. Percaya dengan sungguh bahwa Dia baik dalam segala hal, Dia tidak pernah keliru dalam rencana dan tindakanNya, maka seberat apapun duka itu, kita akan mampu bertahan. Pengertian yang benar tentang kebaikan Tuhan tidak cukup didapatkan hanya dari pengalaman hidup dan perasaan semata. Membaca, merenungkan dan mengerti akan Firman Tuhan yang mendekatkan kita pada Tuhan adalah faktor utama kita dapat tahu dan mengerti betapa baiknya Tuhan.
Dilanjutkan dengan mengingat-ingat kebaikan Tuhan (Maz.48:9; 77:1), maka tidak ada waktu bagi kita untuk menyalahkan Tuhan. Yang ada hanyalah puji-pujian kepada Tuhan walau dalam duka sekalipun. Saat Tuhan mengambil orang yang kita kasihi, maka sudah pasti Dia telah merancangkan dan menentukan apa yang baik bagi kita dan bagi kekasih kita yang telah pergi.

2. Beriman dan percaya bahwa mereka yang mati dalam Tuhan sesungguhnya tetap hidup di tempat yang lebih baik, yaitu dalam rumah Bapa di Sorga (Yoh.11:25 – ini dalam konteks kematian orang beriman). Jika kita percaya Firman Tuhan ini, maka kitapun percaya bahwa kekasih kita tentu masih hidup, jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya. Jika kita percaya akan janji Tuhan ini, maka ini akan menjadi penghiburan besar yang tak ternilai harganya bagi kita. Inilah pentingnya mengetahui, mengerti dan mengimani Firman Tuhan. Segala janji Tuhan bagi hidup dan mati kita semua ada dalam FirmanNya (Alkitab). Jika kita jauh dari FirmanNya, mana mungkin kita mengerti akan janji-janjiNya?

Memang, secara fisik kita tidak lagi dapat bertemu. Kita hanya bisa mengenang kekasih kita yang telah pergi. Namun, manakah yang lebih baik bagi kekasih kita : dekat dengan kita atau dekat dengan Tuhan? Bukankah jauh lebih baik jika mereka hidup bersama Tuhan dibandingkan bersama kita dalam dunia yang penuh kesusahan ini? Jika kita mengasihi mereka, bukankah kita rela mereka pergi ke tempat yang lebih bahagia?

3. Tanamkan dalam pikiran dan sadarilah, sebagaimana kita adalah milik Tuhan, maka demikian juga dengan kekasih kita yang telah pergi. Mereka adalah milik Tuhan dan sekali-kali bukanlah milik kita. Maka jika Tuhan yang adalah pemilik mengambil kembali yang adalah milikNya, maka itu sah saja, dan tidak ada alasan bagi kita untuk menahannya. Adalah hak Tuhan untuk mengambil kembali milikNya saat Dia tahu itu adalah keputusan terbaik.

4. Berduka dan menangis itu wajar. Tuhan Yesus sendiri pernah menangis dan berduka saat Lazarus mati (Yoh.11:33-38). Namun janganlah kita larut dala duka berkepanjangan tiada henti. Mengapa kita menangis terus-menerus saat kekasih kita pergi? Tentu karena kita merasa kehilangan, dan ingin akan kehadiran mereka. Namun, jangan sampai kita menangis seolah-olah ingin mereka kembali. Ingat bahwa mereka sudah ada di tempat yang indah, tempat yang bahagia bersama Bapa di Sora (poin 2). Bukankah egois jika kita terus menangis seolah ingin mereka kembali pada kita, padahal kita ada di tempat yang penuh derita? Kenanglah mereka dengan cara yang benar. Isilah waktu-waktu kehilangan dengan membaca Firman dan tetap bersyukur pada Tuhan. Kenanglah mereka dengan cara yang benar, ingatlah kebaikan mereka, teladan-teladan dan segala yang baik yang mereka contohkan kepada kita. Janganlah habiskan waktu untuk berduka. Renungkan hidup kita, sudah siapkah kita jika kita dipanggil Tuhan seperti mereka? Mereka sudah tiba di garis akhir. Bagaimana dengan kita? Dapatkah kita mengakhiri pertandingan dengan baik dan tiba di garis akhir (2 Tim.4:7). Jangan pula pula menghabiskan waktu dengan hal-hal yang sia-sia yang membuat kita terus terkurung dalam duka berlarut-larut (contoh: menyanyikan lagu sedih, lagu duka dsb.). Nyanyikanlah lagu-lagu yang menguatkan iman kita dalam menghadapi duka seperti KJ 266 : Ada kita yang indah cerah; KJ 263 : Yang t’lah menang, dan lagu-lagu lainnya. Bukankah kita akan bersukacita karena iman?

Duka karena kehilangan orang yang kita cintai sangat berat. Luka itu akan membekas dalam hati kita. Saat kenangan tentang kekasih kita muncul dalam benak, mungkin luka itu akan basah lagi karena sebagai manusia kita tentu lemah. Namun dengan pertolongan Tuhan, luka itu tidak akan menjadi parah, namun akan sembuh. Menangislah jika kita rindu. Namun jangan tenggelam dalam duka, percayalah pada Tuhan bahwa Dia akan menyembuhkan kita. Dengan iman pada Tuhan, dengan kekuatanNya, sesungguhnya kita akan menang atas duka itu.
AMIN

Mengenang Bapa dan Mama terkasih dan tercinta yang sudah berpulang ke rumah Bapa
di Sorga, - Marthen Luther Dubu pada 22 Desember 2018 & Anthoneta Nia Dubu - Lay
pada 6 April 2020 - Terpujilah Tuhan Allah Tritunggal yang terus memberikan kekuatan
dan penghiburan serta terus menguatkan iman kami sekeluarga
 

Senin, 10 Juni 2019

MENGHARAPKAN ANUGERAH KARENA MISKIN DI HADAPAN ALLAH

Dengan apa manusia membenarkan diri di mata Bapa? Dengan apa manusia melayakkan diri di hadapan Allah? Apakah dengan kebaikan hati? Ataukah dengan kesalehan? Atau masih adakah yang berpikir bahwa dengan materi maka manusia dapat membeli karunia Bapa?

Jika orang berpikir bahwa dengan usaha kebaikan atau kesalehan maka manusia dapat dibenarkan dan dilayakkan oleh Allah, maka perhatikan ini!

Yesaya 64:6 : Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

Jika kesalehan manusia sama seperti kain kotor, bagaimana manusia masih bisa bersandar pada kesalehan dan bermegah dengan kebaikan di hadapan Allah?

Roma 3:10 - 11 : seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.

Dalam kehidupan, tidak ada satupun manusia yang benar, maka dengan ketidakbenaran itu, manusia mustahil berkenan di hapadan Allah. Dari dalam kandungan, manusia telah berdosa. Bagaimana mungkin manusia mampu melayakkan diri di hadapan Allah dengan keberdosaannya? Mustahil! Manusiapun tak mampu berbuat baik atau menjadi baik, karena semua manusia berdosa, dan apa yang ditimbulkan dalam hatinya pastilah kejahatan, tidak ada yang baik. Bahkan lebih lagi, dalam keberdosaaan, manusia tak akan serta tak dapat mencari Allah, karena dosa yang menghalangi. Apakah dengan ini, kita masih berpikir untuk melayakkan diri dengan kesalehan dan usaha kita? Atau menganggap kita sudah cukup kaya dalam hati dengan kebaikan untuk bisa memperoleh anugerah Bapa di Sorga? Ini sia-sia! Lalu dengan atau oleh karena apakah kita dapat dilayakkan di hadapan Bapa di Sorga? Semua hanya oleh karena ANUGERAH (SOLA GRATIA). Allah tahu, bahwa kita tidak mampu dan tak dapat melayakkan dan membenarkan diri di hadapan-Nya, sehingga karena kasih-Nya, dikaruniakan anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita dari dosa sehingga oleh pengorbanan Kristus, kita diselamatkan dan kita layak di hapadapan Bapa di Sorga.

Yohanes 3:16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah 
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 

Karena begitu besar kasih Allah, karena Dia tahu bahwa manusia membutuhkan pertolongan agar tidak binasa, karena Dia tahu manusia tak dapat mengerjakan keselamatannya sendiri, sehingga dikaruniakanlah Yesus Kristus bagi kita manusia berdosa. Namun, perhatikan kalimat “...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”, ini menunjukkan bahwa hanya yang percaya kepada Yesus sajalah yang dapat diselamatkan! Hanya iman kepada Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan manusia, karena Yesuslah jalan kepada Bapa!

Yohanes 14:6 : Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 

Ini adalah perkataan yang keluar dari mulut Yesus, yang sangat jelas menekankan bahwa tidak ada jalan lain, hanya Dia jalan menuju Bapa. Jika kita masih berpikir secara plural bahwa masing-masing orang dengan jalannya yang dia percayai dapat membawa dia pada keselamatan, maka sama dengan kita membantah kata-kata Yesus ini. Keyakinan bahwa banyak jalan menuju keselamatan adalah sesat, karena ini bertentangan dengan kata-kata Yesus yang berkata “Akulah jalan..” ingat, Yesus bukan salah satu jalan, melainkan satu-satunya jalan! Yesus telah mati, Dia telah menebus dosa kita dengan pengorbanan-Nya. Namun jangan kita berpikir bahwa dengan inisiatif kita sendiri, kita dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kenapa? Ingat dalam Roma 3:10 - 11 : seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Tidak ada yang mencari Allah, maka Allah yang mecari manusia! Dosa membuat manusia tidak mampu mencari Allah, apa yang dipikirkan hanyalah kejahatan semata. Allah yang berinisiatif untuk mencari manusia. Allah menarik manusia datang kepada Kristus.

Yohanes 6:44 : Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Ini jelas, bukan manusia yang mencari Allah, namun Allah yang mencari manusia; bukan manusia yang berinisiatif datang pada Yesus, namun Bapa yang menarik manusia datang pada Yesus. Kita sendiri tak dapat mengakui Yesus sebagai Tuhan, juruselamat dan Anak Allah jika tidak diberitahu oleh bapa sendiri! Bdk. Matius 16:16-17

Matius 16:16-17: Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 

Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias bukan oleh hasil pemikirannya sendiri, melainkan oleh karena Bapa yang menyatakan itu kepada dia! Begitu juga dengan kita, saat kita mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, itu bukanlah hasil pemikiran kita sebagai manusia, namun Bapa di Sorgalah yang menyatakan itu kepada kita, sehingga kita 
dapat mengakui dengan bibir mulut kita bahwa Dia adalah Tuhan! Dengan ini, kita jadi mengerti bahwa seluruh karya keselamatan berasal hanya dari Tuhan. Kita tidak sedikitpun turut andil dalam karya keselamatan itu. Tidak ada yang kita sumbangkan untuk memperoleh kasih karunia Allah. Jangan berpikir bahwa dengan kesalehan dapat menambah kasih Allah bagi kita, karena itu juga sia-sia! Kita tidak punya apa-apa yang dapat kita tambahkan untuk keselamatan kita. Kita hanya bergantung pada kasih karunia dan anugerah Allah. Kita miskin di hadapan Allah! Namun apa kata Yesus tentang orang yang miskin di hadapan Allah?

Matius 5:3: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 

Matthew 5:3 : Blessed are the poor in spirit: for theirs is the kingdom of heaven. (KJV)

The poor in spirit : miskin dalam roh; apa artinya miskin dalam roh? Matius 5:3 bukan berbicara tentang miskin dalam hal harta dunia, melainkan miskin dalam hal rohani. Miskin dalam roh berarti tidak memiliki apa-apa yang dapat diandalkan untuk membenarkan diri di hadapan Tuhan, tidak memiliki apa-apa untuk menjadi jaminan bagi keselamatan jiwa. Saat kita merasa miskin di hadapan Allah, tidak punya apa-apa dan sadar bahwa kita 
hanya dapat mengharapkan kasih karunia Allah, maka kita dikatakan berbahagia, karena memang sesungguhnya, kita hanya dapat hidup, selamat dan berbahagia serta bermegah dalam anugerah dan nelas kasihan Bapa di Sorga!

Matius 5:4: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Saat kita berdukacita karena dosa kita, dan berduka karena kita miskin dihadapan Allah, berduka karena kita sadar bahwa tidak ada yang dapat kita tambahkan dan usahakan untuk karya keselamatan kita, maka Allah akan membuat kita berbahagia dengan penghiburan yang daripada-Nya, yaitu mengaruniakan anugerah keselamatan bagi kita yang berduka karena dosa dan kemiskinan rohani kita!

Saat kita merasa kaya dihadapan Allah, maka kita tak akan pernah merendahkan diri di hadapan Allah. Saat kita meninggikan diri dihadapan Allah, maka kita tak akan pernah diterima Allah. Ini sama saja kita menipu diri sendiri, karena sesungguhnya kita tidak punya apa-apa untuk jaminan keselamatan jiwa.

Luk.18:10-14
10. "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 
11. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 
12. aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala 
penghasilanku.
13. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 
14. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." 

Menganggap diri kaya di hadapan Tuhan membuat manusia lupa bahwa semuanya 
hanyalah karena anugerah Allah semata! Karena itu, rendahkan diri di hadapan Tuhan serta mengakui, hanya pada anugerah Tuhan sajalah kita hidup, bergantung dan berharap. Ingatlah, tak ada yang bisa kita sumbangkan untuk karya keselamatan kita, selain mengharapkan anugerah Bapa di Sorga! Sesungguhnya, kita miskin di hadapan Allah, dan kita akan empunya kerajaan Sorga karena kita dibenarkan dihadapan Bapa oleh karena iman kepada Yesus Kristus, dan semua ini hanyalah karena anugerah semata!

AMIN

Kamis, 06 Juni 2019

INGATLAH AKAN AKU, APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA (MARKUS 15:32 / LUKAS 23:39-43)

Dalam peristiwa penyaliban Yesus, tercatat ada dua penjahat yang disalib bersama 
Yesus. Ini sesuai dengan nubuatan yang telah ditulis oleh nabi Yesaya dalam Yes.53:9. Dari kedua penjahat ini, salah satunya berakhir dengan pertobatan. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari pertobatan penjahat di samping Yesus :
1. Ada pekerjaan Roh Kudus yang melahirkan pengakuan dosa dan pengakuan iman yang mendatangkan keselamatan. Pada awalnya, kedua penjahat ini kompak dalam mencela Yesus (Mark.15:32). Sungguh, dosa merasuk tanpa memperhatikan kondisi dan suasana, sehingga dalam kondisi sama-sama menderita dan menuju maut, mereka masih mampu mencela Yesus, padahal mereka sendiri juga sedang menderita. Inilah kerusakan total (Total Depravity) yang diakibatkan oleh dosa, yang merasuk sampai ke dalam tiap lini hidup manusia.
Namun dalam perjalanannya, ada satu penjahat - yang tercatat oleh injil Lukas –mengalami pertobatan saat itu juga. Apa yang mampu menginsafkan dia? Rasa ibakah? Rasa soliderkah? Tidak. Ini sudah pasti adalah pekerjaan Roh Kudus. Tanpa pekerjaan Roh Kudus, tidak akan ada perubahan dalam diri salah satu penjahat. Sudah menjadi tugas Roh Kudus untuk menginsafkan orang akan dosa (Yoh.16:8). Rasa iba, solider tak akan mampu mempertobatkan seseorang yang bertahun-tahun hidup jahat hanya dalam sekejap waktu saja. Ingat, bahwa hukuman salib hanya diperuntukkan bagi mereka yang 
melakukan kejahatan berat. Sudah tentu dia bukan penjahat biasa. Maka jika 
memperhitungkan kejahatannya, maka hanya kuasa Ilahi yang mampu menginsafkan dia.
2. Sadar akan dosa, adalah awal dari kesembuhan rohani. Saat dia sadar akan dosanya (disadarkan Roh Kudus), maka dia sadar bahwa dia butuh penyelamat. Tanpa adanya kesadaran akan dosa, orang tidak akan merasa membutuhkan Juruselamat. Keinsafannya  kesadaran bahwa dia adalah orang berdosa yang layak dihukum (Luk.23:40-41). Berbeda dengan penjahat yang satu lagi yang merasa pantas dibebaskan dan tidak merasa bersalah atas cara hidupnya (Luk.23:39), dia justru merasa layak dihukum oleh 
karena dosa-dosanya.
3. Anugerah dan iman yang menyelamatkan. Dia ditolong Roh Kudus, sehingga membuat dia sadar dan insaf akan dosa, dan juga dianugerahkan iman untuk percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidupnya, serta menggantungkan keselamatannya hanya pada Yesus (Luk.23:42). Secara akal manusia, siapakah yang mau menggantungkan dan mengharapkan keselamatan pada orang yang sama-sama sedang menuju kematian? 
Siapakah yang mau mengakui orang yang sama-sama sedang menderita dan dipermalukan sebagai raja yang akan datang? Secara pandangan manusia, Yesus sudah selesai. Israel kecewa, bahwa Dia yang diharapakan akan menjadi raja, Mesias penyelamat Israel sekarang sedang kepayahan di salib. Siapakah yang mau mengakui orang yang tersalib sebagai raja? Namun lihatlah! Bukan Petrus si batu karang, bukan Yohanes yang dikasihi yang mampu mengakui akan hal ini, namun seorang penjahat yang mampu mengakui Yesus sebagai raja pada saat-saat sengsara-Nya. Hanya karena iman yang adalah anugerah, yang mampu membuat dia mengeluarkan pengakuan : Yesus adalah Raja dan Juruselamat. Ini semakin memperteguh kepercayaan kita sebagai Kristen : diselamatkan hanya oleh karena anugerah (Sola Gratia).
4. Dibenarkan oleh karena iman, bukan karena perbuatan baik. Siapakah penyamun ini? Pernahkah dia berbuat baik? Pernahkah dia dibaptis? Pernahkan dia menjalankan hukum taurat dengan sungguh-sungguh? Taatkah dia? Ingat, bahwa dia adalah penjahat yang terjahat, kelas kakap. Jika manusia dibenarkan karena perbuatan baik, dia tentu tidak 
masuk hitungan. Namun oleh karena imannya yang melahirkan pengakuannya – baik pengakuan dosa maupun pengakuan percaya kepada Yesus - maka dia mendapat jaminan keselamatan oleh Yesus (Luk.23:43). Seumur hidupnya dia ada dalam lumpur dosa, hitam legam karena dosa, namun karena iman yang dianugerahkan kepadanya saat detik-detik 
terakhir hidupnya, dia diselamatkan. Ini semakin memperteguh kepercayaan kita sebagai Kristen : dibenarkan hanya oleh iman (Sola Fide). Mungkinkah dia adalah orang pertama yang masuk Sorga setelah kematian Yesus? Siapa yang tahu!
5. Pemilihan tanpa syarat (Unconditional election). Kisah pertobatan penjahat ini, 
mengantarkan kita pada suatu poin yang dibawakan oleh John Calvin, yaitu Pemilihan tanpa syarat (Unconditional election), dimana ini menunjukkan bahwa Tuhan memilih untuk menganugerahkan hidup kekal, untuk menganugerahkan iman percaya pada Yesus, untuk menganugerahkan keselamatan abadi, tidak berdasarkan syarat yang Dia tuntut dari manusia, tetapi berdasarkan hikmat dan kedaulatanNya sendiri, disebabkan karena siapakah manusia yang dapat memenuhi syarat dari Tuhan? Tidak ada manusia yang mampu memenuhi syarat dan tuntutan dari Tuhan oleh karena semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rom.3:23), dikandung dalam dosa (Maz.51:7) apa yang ada dalam hati manusia selalu cenderung untuk berbuat jahat (Kej.6:5), tidak ada satupun manusia yang benar (Rom.3:10). Jika kesalehan manusia saja dikatakan bahwa seperti kain kotor (Yes.64:6), bagaimana lagi dengan kejahatannya? Bagaimana lagi dengan penjahat yang di samping Yesus ini? Apa syarat yang sudah dipenuhi olehnya sehingga Tuhan mengaruniakan dia iman? Tidak ada! Inilah pemilihan tanpa syarat yang Tuhan lakukan kepada manusia. Mengapa Tuhan memilih dia, dan tidak memilih penjahat yang satunya lagi? Mengapa Tuhan memilih Petrus dan menolak Yudas Iskariot? Inilah hikmat dan kedaulatan Allah, siapakah kita yang mau mempertanyakannya?
6. Percaya kepada Yesus dengan kepercayaan yang benar. Apakah ada kepercayaan terhadap Yesus dengan cara yang salah? Ada!
a. Orang Israel mengganggap Dia sebagai Mesias yang menyelamatkan mereka dari 
bangsa Roma.
b. Orang banyak mengikut Dia karena roti yang mereka makan sampai kenyang yang 
diberikan Yesus bagi mereka (Yoh.6:26). Mereka mengikut Yesus karena mujizat dan keinginan perut.
c. Dua orang murid yang menuju Emaus, yang kecewa terhadap Yesus karena menaruh harapan pada Yesus untuk memberi kebebasan bagi Israel dari jajahan Roma.
d. Murid yang masih tidak mengerti tujuan kedatangan Yesus bahkan setelah Yesus 
bangkit, dimana mereka masih mengaitkan kedatangan Yesus dengan pemulihan kerajaan Israel secara jasmani (Kis.1:6)
Ini adalah contoh percaya kepada Yesus dengan cara yang salah, padahal mereka tiap hari bersama Yesus dan mendengar Yesus berkhotbah. Si penyamun memiliki iman yang benar, dimana dia beriman kepada Yesus bukan untuk kehidupan jasmani / duniawi, namun untuk keselamatan jiwa dan rohnya, untuk hidup yang kekal. Pada akhirnya dia tidak kecewa, karena dia mendapat pengharapannya, yaitu hidup yang kekal. Berbeda dengan orang-orang Israel yang pada akhirnya kecewa terhadap Yesus.

Bukan hanya pada penyamun itu saja Tuhan bekerja dengan luar biasa. Terhadap kitapun demikian. Mungkin hidup kita tidak sejahat si penyamun, namun dimata Tuhan status kita sama dengan penyamun itu : orang berdosa. Karya keselamatan dikerjakan dengan sempurna oleh Tuhan lewat penebusan Tuhan Yesus, penginsafan oleh Roh Kudus dan pengampunan oleh Bapa. Bersyukurlah pada Tuhan, jika Dia mau mempertobatkan kita dan 
mengaruniakan pada kita iman terhadap Tuhan Yesus. Layakkah kita meminta Sorga kepada Tuhan sebagai hak kita? Tidak! Karena kita adalah orang berdosa yang kotor dan najis, yang tidak layak menapakkan kaki di Sorga. Jangan 
merasa layak meminta keselamatan seperti yang dilakukan oleh penyamun yang binasa. Ingat, bahwa Sorga diberikan kepada kita semata hanya karena anugerah, cinta dan belas 
kasihan Tuhan kepada kita. Jika mau meminta, mintalah belas kasihan dengan penuh rendah diri dan hati yang tidak layak seperti penjahat yang insaf : “INGATLAH AKAN AKU, 
APABILA ENGKAU DATANG SEBAGAI RAJA”.A kuilah belas kasihan dan anugerah Tuhan dalam hidup kita, seperti pada lirik lagu dalam KJ 39:1 dan 2 :

Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku
Tadi ku angkuh, kini heran : Tuhan besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema : rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema : rahmatMu sungguh mulia!

Walau „ku patut dihukumkan, kaulah penuh anugerah :
Darah PutraMu dicurahkan membasuh dosa dan cela.
Di manakah selamatku? Hanyalah dalam rahmatMu,
Di manakah selamatku? Hanyalah dalam rahmatMu.

Amin.