Selasa, 31 Oktober 2023

GMIT DAN TUJUH JEMAAT DI ASIA KECIL (Wahyu pasal 2 & 3)

 



Tulisan ini saya buat tepat pada saat perayaan 504 tahun Reformasi Gereja dan 74 tahun Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Dalam pertumbuhan sebagai salah satu umat Kristen Protestan yang berada dalam naungan GMIT, saya selalu menganggap GMIT sebagai “ibu”. GMIT adalah sebagai “ibu” yang mengajarkan umat yang bernaung di dalamnya mengenai Injil Kristus. Saya bertumbuh dan mengenal akan kebenaran Kitab Suci  dalam naungan GMIT, baik melalui sekolah Minggu, Katekasasi, ibadah pemuda, ibadah rumah tangga, juga ibadah Minggu. Ya, saya percaya bahwa Allah menempatkan saya dan semua umat Protestan yang bernaung dalam GMIT untuk mengenal akan Dia dan segala kebenaran FirmanNya.

Dalam perjalanannya hingga berumur 74 tahun, GMIT telah mengalami banyak kejadian yang menempanya sebagai Gereja yang eksis dalam sejarah kekristenan dunia. Apa yang dialami GMIT sama dengan apa yang dialami oleh tujuh jemaat di Asia kecil yang menerima surat dari Rasul Yohanes. Apa saja kejadian-kejadian itu?

1. Dirong-rong oleh “takhta iblis” dan ajaran sesat (Wah.2:13-15, 2:20). Dalam perjalanannya, bukan hanya sekali saja GMIT diserang oleh ajaran sesat berupa Saksi-saki Yehuwa, Sabelianisme, kontroversi LGBT serta paham Liberalisme yang merong-rong mimbar Gereja – membiarkan orang yang percaya kepada “Kristus yang lain” naik ke atas mimbar - serta ajaran-ajaran sesat lainnya yang bertentangan denga Kitab Suci. Ajaran-ajaran sesat ini bukan hanya berasal dari luar, namun juga datang dari dalam Gereja baik dari kalangan jemaat bahkan dari atas mimbar Gereja baik berupa ajaran-ajaran maupun keputusan-keputusan kontroversial yang diambil, padahal mimbar Gereja harusnya menjadi sumber yang paling kuat dalam memberitakan kebenaran. Inilah yang dikatakan dalam surat Yohanes sebagai jemaah Iblis (Wah.3:9). GMIT sebagai ibu disakiti, dicemari dan dinodai bukan hanya dari luar, tetapi juga oleh anak-anak yang dibesarkannya dalam kebenaran Firman Tuhan.  Sebagai umat Allah yang mengetahui kebenaran, sebagai anak yang mencintai ibunya, bagaimana seharusnya kita merespons akan hal ini?

  • Jangan menjadi sesat! Jangan mengikuti ajaran sesat yang menjadi penyakit yang mengerogoti Gereja. Sebaliknya, tetaplah berpegang kepada segala perkataan Kristus (Kolose 3:16; Wahyu 2:24-25). Jangan mundur dari ajaran mula-mula yang telah ditetapkan Kristus. Bagaimana kita bisa tetap berpegang kepada segala perkataan Kristus? Tentu dengan terus rajin belajar dan terus menyelidiki Firman Tuhan dalam kehidupan kita, merenungkan siang dan malam dan melakukannya dalam kehidupan. Perlu juga menguji setiap ajaran yang datang kepada kita, apakah itu sesuai dengan Alkitab atau tidak (1 Yoh.4:1), karena tidak semua ajaran, tidak semua pengajar dan tidak semua keputusan yang diambil dalam Gereja itu berasal dari Allah dan sesuai apa kata Kitab Suci. Pakailah Firman Tuhan untuk menyelidiki, menyaring setiap ajaran, perkataan, setiap keputusan yang diputuskan dalam Gereja. Mengenai hal ini, kembali lagi : terus rajin belajar dan terus menyelidiki Firman Tuhan dalam kehidupan kita agar kita mampu menguji setiap ajaran yang datang kepada kita. Umat GMIT janganlah menjadi sesat.
  • Janganlah sabar akan kesesatan dan para jemaah Setan (Wah.2:2). Tetaplah berjerih payah untuk melawan akan segala kesesatan iblis, jangan membiarkan kesesatan merasuki Gereja dari luar maupun dari dalam, dari kalangan umat maupun dari atas mimbar sekalipun, karena Allah mencela umat yang apatis dan diam saja terhadap penyesatan yang terjadi dalam Gereja seperti Dia mencela jemaat Pergamus (Wah.2:14-15) dan jemaat Tiatira (Wah.2:20). Ketidak-sabaran akan kesesatan seperti inilah yang membuat Martin Luther oleh kuasa Roh Kudus berani melawan Gereja Katolik yang melakukan praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, sehingga dia menulis 95 dalil melawan praktik-praktik yang dilakukan Gereja Katolik dan akhirnya mengembalikan Gereja kepada ajaran mula-mula yang sesuai Alkitab. Allah memuji jemaat di Efesus karena hal serupa, dimana mereka tidak sabar terhadap ajaran sesat dari para rasul palsu. Karena itu demikianlah kita sebagai umat Kristen Protestan yang bernaung dalam GMIT juga harus melakukan apa yang dilakukan oleh umat di Efesus dan juga Luther. Umat GMIT janganlah sabar terhadap segala bentuk kesesatan dalam Gereja.

2. Hilangnya kasih yang semula (Wah.2:4) Fenomena murtadnya umat GMIT di beberapa daerah pedalaman menjadi sorotan yang akrab bagi kita akhir-akhir ini. Apa yang menyebabkan mereka murtad? Paksaan kah? Siksaan kah? Tidak. Kemurtadan itu terjadi karena perut yang lapar, keinginan untuk sekolah yang terhambat dan kesejahteraan yang rendah. Disaat umat GMIT yang berkecukupan (bahkan berkelebihan) tidak hadir bagi mereka disaat mereka membutuhkan itu semua, hadirlah para pendakwah yang menghadiahkan makanan, kesejahteraan dan kesempatan sekolah bagi anak-anak mereka. Disaat umat GMIT berlomba-lomba membangun gedung Gereja yang megah di perkotaan, banyak saudara sesama umat GMIT di pedalaman yang lapar, tidak sejahtera bahkan  buta huruf. Perbandingan terbalik antara kemewahan bangunan Gereja perkotaan dan kemiskinan umat di pedalaman menggambarkan betapa apatisnya umat maupun para pejabat organisasi GMIT yang ada di perkotaan terhadap umat yang ada di pedalaman. Ketidakpedulian ini mungkinkah disebabkan oleh hilangnya kasih yang semula? Jika benar demikian, maka Allah mencela kita akan hal itu. Dalam menanggapi fenomena murtadnya umat GMIT di beberapa daerah pedalaman, sebagai seorang Kristen yang mengetahui akan tugas penginjilan saya tidak sedikitpun menyalahkan para pendakwah yang memurtadkan umat Kristen pedalaman. Para pendakwah itu hanya menjalankan tugas mereka sebagai umat beragama yaitu : menyebarkan agama dan berdakwah (walau diakui, dakwah mereka juga dibungkus dengan cara-cara ccurang seperti iming-iming imbalan dll). Dalam Negara ini, tidak ada larangan bagi siapapun untuk berdakwah ataupun menginjili (walaupun dalam praktiknya, umat Kristen selalu dilarang untuk menginjili di beberapa tempat di negara ini). Sebagaimana kita menginjili, demikian pula mereka berdakwah. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Jika demikian, mengapa kita marah saat mereka berdakwah dan berhasil meng-islam-kan umat Kristen di pedalaman? Bukankah ini semua terjadi karena sikap apatis kita diperkotaan? Bukankah organisasi besar GMIT yang justru abai terhadap mereka di pedalaman, padahal seharusnya Gereja hadir untuk melayani mereka yang tidak mampu? Bukankah Diakonia merupakan tugas Gereja?  Bukankah kita yang terlalu sibuk membangun gedung Gereja yang megah di kota, tanpa peduli bahwa mereka di pedalaman membutuhkan beras, bahan bangunan bahkan kesempatan untuk sekolah? Bukankah kita yang telah kehilangan kasih yang semula? Ingatlah bahwa sebagai umat Kristen Protestan, kita berada dalam satu naungan yaitu GMIT yang menjadi ibu yang mempersatukan kita menjadi milik Kristus, yang menjadi setara satu sama lain dimanapun kita bergereja baik di perkotaan maupun di pedalaman. Sebagai saudara “seibu”, hendaklah kita saling mengasihi, saling memperhatikan, saling mendukung dan menopang dengan kasih semula yang telah diajarkan umat Tuhan pada awal Gereja berdiri (Kis.2:41-47). Marilah kita kembali kepada kasih yang semula, dengan segala kapasitas yang kita miliki untuk mengusahakan kesejahteraan bukan hanya bagi Gereja dimana kita bernaung, tetapi juga bagi saudara-saudara kita seiman – sedenominasi di pedalaman. Umat GMIT jangan sampai kehilangan kasih yang semula, yang telah diajarkan Kristus melalui pada rasul dan Gereja mula-mula.

3. Menerima fitnahan dari jemaah Iblis (Wah.2:9) Bukan baru sekali gereja Tuhan menerima fitnahan. Bahkan jemaat mula-mula pun di anggap sebagai sekte sesat saat mengabarkan Injil Kristus. Demikian juga jemaat Smirna, mereka menerima fitnahan dari orang Yahudi yang disebut Tuhan sebagai jemaat Iblis. Apa yang dialami jemaat Smirna juga dialami oleh Gereja Protestan, demikian juga GMIT sebagai Gereja yang turut hadir dalam sejarah perjalanan kekristenan. Saat Jan Huss berusaha mereformasi Gereja, orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen menuduh dia sebagai bidat yang harus dihukum mati dan pada akhirnya dia dihukum mati. Hal ini juga terjadi pada Luther satu abad kemudian (namun Luther tidak dihukum mati seperti Huss). Bagaimana kedua reformator ini bisa bertahan dalam menghadapi fitnahan yang ditujukan kepada mereka? Semua karena Tuhan memberikan keberanian kepada mereka untuk melawan kesesatan. Mereka tidak takut akan apa yang harus mereka derita, bahkan setia sampai mati. GMIT dalam perjalanannya bersama Gereja Protestan yang lainnya juga turut menerima fitnahan-fitnahan dari mereka yang menyebut dirinya sebagai “agama yang paling benar” atau “ajaran yang paling benar”. Islam memfitnah Gereja sebagai sesat karena percaya Yesus adalah Tuhan. Begitu juga Saksi-saksi Yehuwa yang tidak percaya akan Tritunggal. Advent hari ketujuh memfitnah Gereja Protestan sebagai gereja sesat karena merubah ibadah sabat menjadi Minggu, dan masih banyak lagi fitnahan yang diberikan. Secara fisik, umat GMIT mungkin tidak menderita, namun secara iman, psikologi, pikiran dan perasaan, fitnahan ini tentu menyakitkan dan menimbulkan penderitaan. Apa kata Allah mengenai hal ini? Dia mengetahui segala kesusahan umatNya (Wah.2:9), dan Dia menyuruh kita untuk jangan takut dan tetap setia sampai mati (Wah.2:10). Fitnahan-fitnahan itu janganlah hendaknya membuat kita menjadi lemah dan menyerah, namun dengan memohon  kuasa dari Roh Kudus kita harus mampu menghadapi itu. Segala jerih payah kita dalam menghadapi fitnahan-fitnahan tidaklah sia-sia di mata Allah. Umat GMIT harus mampu bertahan dan setia sampai mati dalam menghadapi setiap ujian iman.

4. Menjadi umat yang mati dan tidak sempurna dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan (Wah.3:2) Allah mencela jemaat di Sardis karena mereka menyangka bahwa mereka hidup di mata Allah, namun sebenarnya mati, dan tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna di mata Tuhan (Wah.3:1-2). Demikian juga umat dalam GMIT saat ini, mungkin kita merasa bahwa kita sudah menjadi umat Tuhan yang hidup taat dengan melakukan peribadatan, ritual-ritual keagamaan dsb., namun tidak sadar bahwa kita melakukan itu hanya sebagai kewajiban umat beragama, bukan untuk kemuliaan Tuhan. Jika demikian maka di mata Allah, kita adalah umat yang mati. Peribadatan kita adalah peribadatan yang mati yang tidak berkenan di hadapan Allah. Mungkin kita juga merasa bahwa pelayanan kita berjalan dengan baik, tetap eksis bahkan mengklaim bahwa sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun kita tidak sadar, bahwa terkadang pelayanan kita mati di hadapan Allah. Kita melayani untuk tampil, kita melayani untuk mencuri kemuliaan Allah, kita melayani untuk mencari keuntungan sendiri, kita melayani untuk mencari nama. Juga dalam hal pengajaran, berapa banyak mimbar yang berada dalam naungan GMIT yang masih menyuarakan Injil yang sejati? Berapa banyak mimbar yang masih terus menegur akan dosa, mengabarkan kasih karunia Allah dan pengorbanan Kristus, serta mengajarkan pengajaranpengajaran akan doktrin yang benar, daripada hanya mengajarkan soal moral belaka? Mimbar haruslah tempat yang paling lantang untuk mengabarkan Injil dan pengajaran-pengajaran yang benar. Mimbar yang sejati mengerjakan pekerjaan yang sempurna jika terus menyuarakan Injil Kristus dan pengajaran-pengajaran yang benar mengenai doktrin kekristenan. Namun, berapa banyak mimbar dalam naungan GMIT yang mengerjakan hal ini? Dalam semua hal itu, jangan kaget jika Allah akan menetapkan GMIT sebagai umat yang mati dan melakukan pekerjaan yang tidak sempurna - Akan tetapi, seperti jemaat Sardis yang masih menjaga kemurniannya sebagai umat dan dalam pelayanannya (Wah.3:4), tentu kita menemukan hal ini juga ada dalam umat dan dari atas mimbar GMIT, dan diharapkan itu akan terus berkembang - Sebagaimana jemaat Sardis ditegur Tuhan, demikian juga kita sebagai umat yang bernaung dalam GMIT ditegur Tuhan untuk :

  • Bertobat dan berjaga-jaga karena kedatangan Tuhan itu misterius (Wah.3:3). Hendaklah kita didapati sebagai hamba, sebagai umat yang setia pada saat kedatanganNya yang kedua kali nanti.
  • Bangkit serta memperkuat kembali apa yang telah kita terima dari Allah (Wah.3:2) sejak semula, yaitu segala pengertian yang benar akan bagaimana hidup di hadapan Allah dan bagaimana pelayanan Tuhan itu harus berjalan dengan motivasi yang benar agar kita tidak dianggap sebagai umat yang mati dan agar pekerjaan yang kita angkat di hadapan Tuhan dipandang sebagai yang sempurna dan berkenan di hadapan Allah.

Umat GMIT haruslah menjadi umat yang hidup dihadapan Allah yang terus berusaha dan berjerih payah mengerjakan pekerjaan Allah secara sempurna.

5. Dikhianati oleh umat yang suam-suam kuku (Wah.3:15-16) Banyak jemaat yang suam-suam kuku dalam mengikut Tuhan, dalam peribadatan, pengajaran dan puji-pujian yang sejati terhadap Allah, yang berapi-api pada awal perjalanan sebagai umat Kristen namun menjadi redup bahkan padam pada akhirnya. Banyak pula yang mengambil pelayanan dalam Gereja dan bersemangat di awal pelayanan sebagai Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar, Guru sekolah Minggu, Ketua pemuda, pemusik, prokantor dsb, namun menjadi menjadi redup bahkan padam, dan membuat mereka mundur dari pelayanan mereka. Mereka berjalan bersama Gereja, namun meninggalkan Gereja ini di tengah jalan dengan segala alasan untuk membenarkan keputusan mereka. Mereka berkhianat. Kondisi ini sama dengan apa yang dialami jemaat di Laodikia. Apa kata Tuhan tentang orang-orang yang suamsuam kuku?  Allah akan memuntahkan mereka (Wah.3:16). Apa arti dimuntahkan? Segala sesuatu yang telah dimuntahkan akan menjadi sesuatu yang tidak lagi berguna, tidak memiliki harga dan pada akhirnya dibuang. Orangorang yang berubah setia, suam-suam kuku dalam mengikuti dan melayani Tuhan akan dipandang tidak berguna dan dibuang oleh Tuhan.  Allah menginginkan umat yang terus berapi-api dalam mengikuti Dia, dan tidak kendor dalam melayani Dia. Saya pernah menjadi saksi seorang penatua jemaat yang menangis sejadi-jadinya karena tidak bisa melayani, diakibatkan sakit yang mendera tubuhnya dimasa tua. Tangisan yang keluar dari hatinya bukan karena kuatir akan tubuhnya yang renta, tetapi satu tangisan karena pelayanannya terhambat. Melihat hal ini, saya merasakan sungguh api pelayanan yang sangat membara hingga titik darah penghabisan ada dalam diri orang tua ini. Hal seperti inilah yang diinginkan Allah dalam diri umatNya. Hal seperti inilah yang dibutuhkan GMIT dalam menjalani eksistensi sebagai Gereja Tuhan. Belajar dari hal ini, marilah kita : janganlah hendaknya kerajinan kita menjadi  kendor, tetapi hendaklah kita terus terbakar dan menyala-nyala di hadapan Tuhan (Rom. 12:11), baik dalam mengikut Dia maupun melayani Dia. Umat GMIT janganlah suam-suam kuku.

Sebagaimana Allah telah menguatkan Gereja selama berabad-abad, demikian pula Allah akan menguatkan dan meneguhkan GMIT. Sebagaimana Dia menginginkan ketujuh jemaat di Asia kecil untuk setia sampai akhir kepada-Nya, demikian juga Dia menuntut itu ada dalam diri GMIT. Melihat fenomena-fenomena buruk yang menimpa GMIT tempat kita bernaung, jangan membuat kita untuk menjadi lemah, pesimistis dan apatis terhadap kondisi GMIT. Allah melihat segala kesetiaan dan memperhitungkan segala jerih payah umat yang masih berpegang kepada Injil yang benar dalam mengembalikan dan menjaga GMIT menjadi Gereja yang murni. Mungkin kita lemah, namun lihatlah bahwa Jemaat Filadelfia mendapat pujian dari Allah karena walaupun kekuatan mereka tidak seberapa namun mereka berjerih payah untuk tetap setia dan tidak menyangkal nama Tuhan (Wah.3:8). Hal demikian juga Allah inginkan ada dalam umat GMIT. Bagaimana kita dapat mengembalikan GMIT menjadi Gereja yang berkenan di mata Allah dan menjaga kemurnian Gereja? 

  • Tetap menjadikan Kristus sebagai Kepala dan Pemilik Gereja. Hanya Kristus yang terutama (Solus Christus). 
  • Tetap berpegang kepada apa yang telah diajarkan Kristus dari semula, yang semua itu tertulis jelas dalam Alkitab. 
  • Tetap tekun belajar, merenungkan, serta menjadi pelaku Firman Tuhan yang setia. Dengan demikian, kita dapat menjadi umat yang berkualitas serta mampu menghadapi segala bentuk penyesatan yang menyerang GMIT. 
  • Tetap menjaga kemurnian ajaran Kristen, tetap berpegang kepada ajaran dan doktrin yang benar yang berdasarkan hanya pada Alkitab (Sola Scriptura). 
  • Tetap mempertahankan Injil dan pengajaran doktrin yang benar terus mengalir dari mimbar GMIT, dan juga dari dalam mulut kita sebagai umat (tugas Marturia). 
  • Jangan sabar terhadap kesesatan yang datang dari luar mapun dalam Gereja bahkan dari atas mimbar. Alkitab harus menjadi satu-satunya dasar ajaran Gereja berdiri. Darimanapun kesesatan itu muncul, harus kita lawan.
  • Tetap berada pada kasih sejati yang semula telah diajarkan Kristus. Gereja tidak dapat berdiri dengan asas egoisme, namun harus berdiri di atas dasar kasih dan kepedulian. Sebagaimana kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia Allah (Sola Gratia), demikianlah kasih Allah hendaknya tetap ada dalam diri kita. Tetap menjalankan tugas Diakonia Gereja bagi umat yang tidak mampu, sebagai tanda kasih Allah ada dalam kita, bukan hanya dalam jemaat segereja tetapi juga kepada jemaat-jemaat seiman-sedenominasi di daerah pedalaman. 
  • Tetap setia dalam iman kepada Kristus apapun resikonya, karena yang setia sampai akhir akan menjadi pemenang. Orang benar akan hidup oleh iman, kita diselamatkan hanya karena iman (Sola Fide).
  • Jangan suam-suam kuku dalam mengikut Tuhan dan dalam pelayanan, tetaplah roh dan kerajinan kita menyala-nyala di hadapan Tuhan. 
  • Tetap beribadah dalam roh dan kebenaran, bukan hanya melakukan rutinitas keagamaan biasa,  agar ibadah kita menjadi ibadah yang hidup dan berkenan di hadapan Allah.
  • Tetap melayani dengan motivasi yang benar : demi kemuliaan nama Tuhan (Soli Deo Gloria), bukan mencari keuntungan bagi diri sendiri, minta tuntunan Roh Kudus dalam tiap pelayanan agar pelayanan itu sempurna di mata Allah.

Kiranya Allah memberkati GMIT.

 

AMIN

Jumat, 13 Oktober 2023

LGBT (DARI SUDUT PANDANG ALKITAB)

 


LGBT

(DARI SUDUT PANDANG ALKITAB)

(Tulisan sederhana ini saya buat berdasarkan posisi saya sebagai orang beragama, khususnya dalam keimanan Kristen. Jika ada dari pembaca sekalian yang memang membangkang untuk tidak mau berdiri di atas dasar keagamaan dan keimanan serta lebih memilih perasaan manusia daripada kebenaran Firman Tuhan, silahkan untuk berhenti membaca)

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) merupakan suatu hal yang saat ini menjadi pro dan kontra di dunia. Ada negara yang melegalkan LGBT, sedangkan ada negara yang melarang LGBT. Ada sekelompok orang yang dengan alasan Hak Asasi, membela orientasi LGBT, sedangkan ada sekelompok orang yang dengan dasar keagamaan menolak keras LGBT. Hingga saat ini, begitu banyak perdebatan mengenai eksistensi dari LGBT akibat dari perbedaan pendangan. Lalu, sebagai orang Kristen yang memegang Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran, bagaimana pandangan kita soal LGBT?

1.    Sejak semula, Allah menciptakan segala sesuatu itu baik adanya

Kej. 1:21 : Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Banyak dari kaum LGBT yang selalu beralasan bahwa Tuhanlah yang menciptakan mereka menjadi LGBT.

“saya tidak minta dilahirkan seperti ini (menjadi LGBT). Kalau seandainya dulu sebelum lahir saya dikasih pilihan untuk menjadi heterosexual, pasti saya akan pilih menjadi heterosexual”

(kutipan dari wawancara seorang gay di kota Kupang) 

Ungkapan di atas seolah menyatakan bahwa Tuhan sudah menciptakan dia menjadi seorang gay, tanpa memberi dia kesempatan untuk memilih. Pertanyaannya, apakah memang Allah menciptakan seseorang untuk menjadi gay?

Kita harus sadar, bahwa sejak semula, Allah hanya menciptakan makhluk heteroseksual (ketertarikan pada individu yang memiliki jenis kelamin atau identitas gender berbeda), dan ini berlaku pada manusia dan hewan.

Itulah sebabnya Tuhan menciptakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan / jantan dan betina. Lalu dalam Kejadian 1:28 Tuhan berfirman :

Kej. 1:28 : Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Beranakcucu seperti yang diperintahkan Tuhan hanyalah bisa terjadi jika ada hubungan seks antara laki-laki dan perempuan, karena dibutuhkan sel sperma dan sel telur untuk bisa terjadi pembuahan. Perintah untuk beranakcucu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Allah sudah menetapkan heteroseksual  sebagai satu-satunya orientasi seksual yang baik menurut pemandangan dan rencana-Nya. Jika ada orientasi yang diluar itu, maka itu merupakan penyimpangan yang tidak sesuai kehendak Tuhan dan tidak baik menurut skala ciptaan Tuhan (biseksual memang bisa menghasilkan keturunan saat terjadi hubungan seks antar beda kelamin, tapi sifat gay / lesbian yang melekat dalam biseksual merupakan penyimpangan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga tetap diperhitungkan sebagai dosa).

Jadi, jika Tuhan menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan (hanya dua kelamin), menetapkannya menjadi makhluk heteroseksual (hanya satu orientasi seksual) dan melihat itu sebagai sesuatu yang baik, mungkinkah Tuhan memberikan orientasi gay, lesbian dan biseksual pada manusia?

Mengenai transgender, seringkali mereka mengatakan bahwa mereka adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang salah (jiwa laki-laki terperangkap dalam tubuh perempuan atau sebaliknya, jiwa perempuan terperangkap dalam tubuh laki-laki) sehingga mereka menjadi transgender (dengan berdandan sesuai kelamin yang mereka inginkan atau sampai operasi kelamin). Jika kita melihat kata Alkitab bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik...”, maka mengatakan bahwa “mereka adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang salah”  merupakan suatu statement yang menyatakan bahwa Tuhan salah cipta dan Tuhan mencipta dengan tidak baik. Siapakah manusia sehingga merubah dasar yang Tuhan ciptakan - yang sudah Dia anggap baik? Siapakah manusia sehingga mengatakan bahwa Tuhan salah mencipta? Siapakah manusia sehingga memprotes hasil pekerjaan Tuhan? Jika kita melihat dan mempelajari segala kemegahan alam semesta dengan segala keajaibannya, ketelitian dan ketepatan musim dan waktu yang berjalan, betapa kompleksnya tubuh makhluk hidup beserta sel-sel, organ tubuh dan peranannya masing-masing serta begitu banyak keajaiban-keajaiban lain dalam ciptaan-Nya, mungkinkah Tuhan salah hanya dalam urusan kelamin manusia? Mustahil! Karena pada dasarnya, salah satu hakikat Tuhan adalah Dia itu sempurna; jika Dia sempurna, mungkinkah ada kesalahan di dalam Dia? Mustahil!

Lalu, apa yang menyebabkan manusia menjadi LGBT? Sangat panjang untuk membahas ini, namun secara singkat saya mecoba mencari beberapa referensi dan didapatilah informasi seperti ini :

Klikdokter.com :

·      ·   Genetik

Hormon yang tidak seimbang di dalam tubuh disebut-sebut sebagai pemicunya. Karena pada dasarnya, naluri orientasi seksual berkembang sebelum pubertas atau sebelum seseorang mengalami pengalaman seksual.

·         Lingkungan
Beberapa di antara mereka yang homoseksual atau biseksual mengaku bahwa pergaulan memengaruhi mereka untuk memiliki orientasi seksual yang demikian. Selain itu, orangtua yang sering kali bertengkar, cerai atau kekerasan dalam rumah tangga juga diduga turut berperan dalam hal ini.

·         Pengalaman traumatis

Pengalaman buruk di masa lalu yang terus melekat di dalam hati dan menimbulkan trauma juga dituding menjadi penyebabnya. Misal, pelecehan seksual atau kekerasan yang dialami seseorang.

(sumber : https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/inilah-penyebab-seseorang-menjadi-lgbt )

 

alodokter.com :

·     ·    Variasi bentuk otak

Menurut riset, ada sedikit perbedaan secara biologis maupun anatomis antara individu homoseksual dengan heteroseksual. Perbedaan tersebut terdapat pada struktur dan bentuk otak. Riset yang melibatkan prosedur MRI otak tersebut menyebutkan bahwa bagian anterior cingulate cortex dan temporal otak sebelah kiri pada kebanyakan homoseksual sedikit lebih tebal daripada individu heteroseksual. Data tersebut menunjukkan bahwa variasi bentuk otak diduga berpengaruh dalam menentukan gender seseorang menjadi homoseksual. Namun, temuan ini belum bisa menjadi jawaban pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual.

·         Faktor genetik

Faktor genetik juga dipercaya bisa menjadi salah satu penyebab seorang individu menjadi homoseksual. Ada teori yang menyebutkan bahwa seorang wanita homoseksual mungkin mengalami kelebihan hormon androgen saat ia masih dalam kandungan. Ada pula yang menyebutkan bahwa sifat genetik tertentu berperan dalam menentukan sifat, perilaku, dan preferensi seksual seseorang, termasuk membuat seseorang menjadi homoseksual. Sayangnya, teori tersebut belum bisa dijadikan alasan pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual. Hingga saat ini, para peneliti juga masih mengkaji peran faktor genetik dalam menentukan orientasi seksual seseorang.

·         Trauma masa kecil

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa trauma psikologis pada masa anak-anak dapat berpengaruh terhadap orientasi seksual seseorang, termasuk homoseksual. Riset tersebut menyebutkan bahwa orang yang memiliki orientasi seks penyuka sesama jenis pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecilnya. Meski begitu, cukup banyak juga orang yang tetap menjadi heteroseksual walaupun pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil. (Sumber : https://www.alodokter.com/faktor-penentu-seseorang-menjadi-homoseksual )

Secara singkat, dari dua sumber tersebut didapatkan informasi bahwa penyebab orang menjadi LGBT adalah faktor genetik, pengalaman traumatis dan lingkungan (walau itu semua masih membutuhkan penelitian lebih lanjut – perhatikan kata-kata yang saya tebalkan dan garisbawahi pada info-info tersebut).

Faktor-faktor di atas (mungkin) bisa menjadi penyebab seseorang menjadi LGBT, tapi apakah itu artinya kita memakluminya? Kita harus tahu bahwa iblis adalah oknum yang selalu ingin merusakkan apa yang baik yang Tuhan sudah tetapkan. Dia mampu menunggangi segala faktor, lini dan kondisi yang ada dalam hidup manusia untuk merusakkan hubungan Tuhan dan manusia, serta merusakkan manusia itu sendiri.

Contoh :

·   Manusia tentu memiliki nafsu seks, dan itu wajar karena Tuhan yang menciptakan itu bagi manusia. Namun iblis menunggangi nafsu seks manusia, sehingga manusia melakukan seks tidak pada koridor yang Tuhan sudah tentukan, yaitu dalam pernikahan kudus. Pada akhirnya manusia melakukan seks bebas, seks di luar nikah, pemerkosaan dsb.

·  Ada orang yang memiliki sifat gampang marah karena sejak kecil sering dimarahi dsb. Kelemahannya ini dapat ditunggangi iblis untuk membuat dia menjadi orang yang kasar, suka menyakiti orang lain dengan sifat amarahnya dsb.

·   Ada orang yang kehilangan orang yang dikasihi (orangtua, saudara, pasangan dsb) karena meninggal. Rasa sedih yang dia alami karena kehilangan orang yang dikasihi dapat ditunggangi iblis untuk membuat dia menjadi marah terhadap Tuhan.

Begitu pula dengan segala faktor yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT, iblis dapat menungganginya untuk membuat manusia menjadi LGBT, sehingga merusakkan hubungan manusia dengan Tuhan serta merusakkan manusia itu sendiri. Ini semua terjadi karena memang begitulah sifat iblis.

Yoh. 8:44 : Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula...

1 Pet. 5:8 : Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Dengan demikian, Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan orientasi seksual manusia, dan Tuhan juga tidak pernah salah dalam mencipta. Yang ada hanyalah kondisi yang ditunggangi iblis dan dosa, serta kenyamanan manusia dalam dosa tersebut. Saya memberi contoh : tidak ada orang yang dilahirkan sebagai pencuri. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi kehidupan seperti : kemiskinan, rasa serakah dalam diri, ketidakmampuan untuk memiliki sesuatu dsb. Yang kemudian ditunggangi iblis membuat orang pada akhirnya menjadi pencuri. Pertanyaannya : apakah mau nyaman dalam kehidupan sebagai pencuri, ataukah mau lepas?  Demikian juga dengan kaum LGBT. Sesungguhnya: tidak ada orang yang diciptakan sebagai LGBT. Yang ada hanyalah orang yang karena kondisi hidup yang di manfaatkan iblis sehingga jatuh dalam kehidupan LGBT, hidup dalam dosa LGBT dan menyerah di dalam kondisi itu, serta membenarkan dirinya dalam hidup sebagai LGBT, bahkan melakukan “playing victim”, merasa diri mejadi korban dengan menuduh Tuhan sebagai penyebab utama mereka menjadi gay / lesbian / biseksual, atau menuduh Tuhan salah cipta sehingga mereka merasa perlu untuk menjadi transgender. Pada kenyataannya,kelemahan-kelemahan manusia, kondisi yang dialami manusia telah dimanfaatkan iblis untuk menjatuhkan manusia. Setelah jatuh, timbullah keinginan dalam kejatuhan, keinginanitu dibuahi dan melahirkan dosa. Dan jika dosa itu matang, maka akan menghasilkan maut.

Yak. 1:15 : Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

 

2.    Apa kata Alkitab soal LGBT?

Pada poin - poin di atas sudah kita bahas bahwa LGBT adalah suatu penyimpangan dari apa yang sudah Tuhan tetapkan. Lalu, adakah kejelasan lain dalam Alkitab?

·         Dalam kasus Sodom dan Gomora, Allah menghukum 2 kota tersebut karena dosa LGBT.

Kej. 13:13 : Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.

Kej. 18:20 : Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.

Kej. 19:4 : Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.

Kej. 19:5 : Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."

Terjemahan lain dari kalimat “...supaya kami pakai mereka” :

Alkitab versi FAYH : ... supaya kami dapat memperkosa mereka

Alkitab  versi AYT : ... supaya kami berhubungan seksual dengan mereka

Alkitab  versi VMD : ... Kami mau mengadakan hubungan suami istri dengan mereka

Alkitab  versi NET : ... we can have sex with them

Kompilasi catatan ayat Alkitab Sabda : Teks:  (versi Inggris NIV  —  bersanggama). Orang laki-laki Sodom ingin memperkosa orang asing yang datang itu. Dari peristiwa inilah muncul istilah sodomi; istilah ini terutama menunjuk kepada homoseksualitas dan nafsu homoseks. Sodomi dikutuk dengan keras dalam Alkitab.

Matthew Henry : Kejahatan yang mereka ingin lakukan saat itu adalah kejahatan yang paling tidak wajar dan buruk sekali, dosa yang masih membawa nama mereka, yang disebut sebagai Sodomi. Itu dilakukan tanpa pikir panjang dengan hawa nafsu yang memalukan.

Seluruh penduduk kota, dari kecil sampai dewasa keluar untuk memperkosa / menyodomi dua malaikat Tuhan  yang datang dalam wujud laki-laki. Ini membuktikan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh penduduk laki-laki Sodom dan Gomora adalah adalah kejahatan gay atau biseksual, bahkan dalam Kej. 18:20 dikatakan bahwa kejahatan mereka sudah menjadi keluh kesah orang-orang disekitar kota-kota itu (Melihat dari sifat kasar mereka terhadap Lot dan kedua tamunya, ada kemungkinan mereka juga memperkosa dan menyodomi orang-orang lelaki dari kota-kota lain. Dosa inilah yang membuat Tuhan akhirnya menghancurkan Sodom dan Gomora).

Kej. 19:24 : Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;

Kej.19:25 : dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.

Jika Tuhan sampai menghukum mati semua orang itu, masihkan kita menganggap LGBT hanyalah kelainan semata? Jika Tuhan sampai menghukum mati semua orang itu, maka tentu Tuhan membenci perilaku sebagai LGBT, karena itu adalah dosa.

·         Dalam peraturan-peraturan yang diberikan Tuhan kepada Musa dan bangsa Israel, Tuhan menyinggung LGBT sebagai dosa yang harus dihindari orang Israel

Im. 18:22 : Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian (TB)

Alkitab versi FAYH : Janganlah kamu bersetubuh dengan orang yang sama jenis kelaminnya (homoseks), karena hal itu dosa yang sangat keji.

Alkitab  versi AYT : Setiap laki-laki jangan mengadakan hubungan seksual dengan laki-laki, seperti dengan seorang perempuan. Itu adalah perbuatan yang sangat keji.

Alkitab  versi VMD : Hai laki-laki, jangan mengadakan hubungan suami istri dengan seorang laki-laki seperti terhadap perempuan. Hal itu adalah dosa yang sangat keji.

Alkitab  versi NET : You must not have sexual intercourse with a male as one has sexual intercourse with a woman; it is a detestable act.

 

Im. 18:24 : Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis.

Im. 18:29 : Karena setiap orang yang melakukan sesuatupun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.

Dalam peraturan ini, Tuhan menetapkan perilaku gay sebagai suatu kekejian dan kenajisan (ini tentu juga berlaku pada lesbian dan biseksual), bahkan mereka yang melakukan itu harus dihukum mati.

Ul. 22:5 : Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.

Dalam peraturan ini, Tuhan menganggap sebagai suatu kekejian apabila seorang perempuan memakai baju laki-laki; dan sebaliknya apabila seorang laki-laki memakai baju perempuan. Jika demikian Tuhan menganggap itu sebagai kekejian, bagaimana dengan laki-laki yang menganggap dirinya perempuan; dan sebaliknya perempuan menganggap dirinya laki-laki, sampai berdandan merubah penampilan bahkan sampai operasi kelamin. Tentu itu dianggap sebagai kekejian dan dosa di mata Tuhan

·         Lebih lanjut Rasul Paulus berkata dalam suratnya :

1 Kor. 6:9-10 : Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (TB)

Terjemahan lain dari kata “pemburit” :

Alkitab versi FAYH : orang homoseks

Alkitab  versi AYT : para homoseksual

Alkitab  versi VMD : pelacur sesama laki-laki atau yang melakukan homoseks

Alkitab  versi NET : The sexually immoral, idolaters, adulterers, passive homosexual partners, practicing homosexuals

Paulus mengatakan bahwa kaum homoseks tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, yang artinya : mereka akan masuk dalam neraka kekal. Ini sudah cukup untuk menetapkan LGBT sebagai dosa dan kekejian di mata Tuhan.

 

3.    Apakah Tuhan membenci kaum LGBT? Apa yang harus dilakukan kaum LGBT?

Dari penjelasan-penjelasan di atas, jelaslah bahwa LGBT adalah suatu orientasi yang ditentang Tuhan, bukan hasil pemberian dan ciptaan Tuhan, apalagi menuduh dengan tuduhan “Tuhan salah mencipta”. LGBT bukan hanya sekedar penyimpangan orientasi seks belaka yang bisa disepelekan. LGBT adalah dosa dan kekejian di mata Tuhan, yang bahkan dimusnahkan oleh Tuhan dan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Sorga.

Jika demikian, apa yang seharusnya dilakukan seorang LGBT jika dia ingin bertobat?

Dengan kekuatannya sendiri, mustahil dia dapat pulih dari keadaan itu. Bukan hanya dosa LGBT, tetapi dosa apapun mustahil dikalahkan manusia dengan kekuatan sendiri. Hanya kuasa Roh Kudus yang mampu memulihkan manusia dari dosa.

Kondisi-kondisi hidup mungkin dapat membuat seseorang terjerumus dalam LGBT dan banyak dosa lainnya, tetapi harus ada keinginan dari dalam diri orang berdosa untuk terlepas dari belenggu dosa; tidak boleh menikmati hidup dalam dosa, dan minta Roh Kudus untuk menolong agar dapat terlepas dari belenggu dosa. Janganlah merasa nyaman untuk hidup dalam dosa. Baca dan renungkan Firman Tuhan, hidup dekat dengan Tuhan minta tuntunan Roh Kudus, karena tanpa Firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus, manusia tidak akan pernah tahu bahwa LGBT adalah dosa.

 

Kita tahu Tuhan mengasihi manusia. Sesungguhnya yang Tuhan benci adalah dosa manusia. Itulah sebabnya Dia mau agar kita manusia berdosa bertobat, dan Dia menjamin bahwa seburuk apapun dosa kita,kita akan disucikan dan dipulihkan asal kita mau beriman kepada Tuhan Yesus, datang mengaku dosa, mohon ampun dan bertobat.

Yes. 1:18 : Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

1 Yoh. 1:9 : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Sesungguhnya, tidak ada dosa yang tidak bisa disembuhkan oleh Tuhan; tidak ada manusia yang rusak yang tidak dapat diperbaiki oleh Tuhan, asalkan mau memberi diri dan berserah untuk dipulihkan. Pertanyaannya : apakah ada keinginan dari kaum LGBT  untuk terlepas dari dosa itu, ataukah memang mereka menikmati kondisi tersebut?

Apakah Gereja, komunitas Kristen dan orang-orang Kristen secara pribadi sudah dengan serius menyuarakan ini? Ini adalah tanggung jawab Gereja, komunitas Kristen dan semua orang-orang Kristen. Kita tidak boleh membenci mereka, mengusir mereka dari Gereja dan mengucilkan mereka (kecuali dia adalah Pendeta, maka harus menerima siasat Gereja karena tentu akan berbahaya bagi umat jika melihat kaspasitasnya sebagai Pendeta). Tetapi kita harus membenci perilaku mereka dan menegur mereka dengan Firman Tuhan serta mendoakan mereka. Jangan biarkan teman, saudara, rekan segereja dan seiman kita nyaman dalam dosa LGBT. Sekali lagi saya mengulang poin ini : Sesungguhnya, tidak ada dosa yang tidak bisa disembuhkan oleh Tuhan; tidak ada manusia yang rusak yang tidak dapat diperbaiki oleh Tuhan, asalkan mau memberi diri dan berserah untuk dipulihkan.

AMIN