Saat
zaman purba, manusia pertama sudah tidak taat kepada Allah. Ketidaktaatan Adam
dan Hawa diperhitungkan sebagai dosa dan pemberontakan di mata Allah. Dosa
membawa keterpisahan antara Allah dan manusia, karena Allah itu suci dan tidak
bisa bersatu dengan dosa. Keterpisahan itu menyebabkan manusia mati rohani,
tepat seperti apa yang telah Allah katakan kepada manusia.
Kej. 2:17 : tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Dosa membuat manusia terpisah dan terbuang dari hadapan
hadirat Allah. Dalam dosa, manusia sedang berada dalam ketidakpastian akan
keselamatan dan sedang berjalan dalam kegelapan dan menuju kebinasaan. Dosa
merasuk ke dalam segala aspek hidup manusia, dan membuat manusia hanya ingin
berbuat kejahatan. Hati manusia cenderung untuk terus melakukan dosa.
Kej. 6:5 Ketika dilihat
TUHAN, bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan
semata-mata,
Kej. 6:12 Allah menilik bumi
itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
Dalam keberdosaan, manusia mencoba mencari Allah.
Kekosongan dalam hati dan jiwa manusia, membuat manusia mencari akan Allah,
melalui doa, ibadah, mezbah dsb.
Kej. 4:26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.
Apakah dengan mencari Allah, manusia sudah memperkenankan
hati Allah? Apakah ritual ibadah, mezbah korban bakaran, amal budi baik dsb
dapat memperdamaikan manusia dengan Allah? Tentu tidak. Manusia tetap kotor di
hadapan Allah, dan diperhitungkan sebagai yang berdosa.
Yes. 64:6. Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami
sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti
daun dilenyapkan oleh angin.
Jika ibadah dan kesalehan manusia saja diperhitungkan
seperti kain kotor, dengan apakah manusia dapat diperdamaikan dengan Allah?
Dalam hal ini, manusia tidak berdaya. Manusia sudah mati karena dosa. Dimanakah
mayat yang dapat mengusahakan keselamatan dirinya? Dosa merasuk sampai ke dalam
aspek hidup manusia, sampai ke titik terkecil dalam hidup manusia. Manusia
berada dalam kondisi berbahaya dan mengerikan. Dosa merupakan akar dari segala
masalah, kerusakan dan kejahatan di dalam dunia, dan manusia tidak mampu
mengatasinya. Dalam ketidak berdayaannya, manusia sedang berjalan menuju
neraka, maut yang kekal.
Bersyukurlah,
bahwa Allah tidak membiarkan manusia terus berada dalam kebimbangan dan ketidak pastian
akan keselamatan. Allah tidak membiarkan manusia terus berjalan
dalam kegelapan menuju kebinasaan, namun Allah ada dan Dia turun tangan mengatasi masalah itu. Dari tempat
maha tinggi dan dari dalam kekekalan, Allah telah merencanakan suatu karya
keselamatan bagi manusia,
bahkan mengenai hal itu telah Dia nubuatkan
sesaat setelah manusia pertama
jatuh dalam dosa.
Kej. 3:15 Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya."
Inilah nubuat pertama dalam Kitab Suci mengenai misi
penyelamatan yang akan Allah kerjakan. Nubuat ini keluar langsung dari mulut
Allah tanpa perantaraan para nabi. Setelahnya, nubuat-nubuat selanjutnya di
berikan Allah melalui para nabi, dan diteruskan kepada manusia agar manusia
tahu : Allah tidak tinggal diam akan kondisi manusia.
Manusia sudah berjalan dalam kegelapan, namun Allah menegaskan : Dia akan menyelamatkan
manusia dari kegelapan dosa, dan terang keselamatan akan terbit bagi manusia
Yes. 9:1 Bangsa yang
berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam
di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
Terang itu kan dibawa oleh Allah sendiri, dan terang itulah yang akan membawa manusia keluar dari dalam kegelapan dosa.
Mengapa Allah harus turun tangan? Seperti yang sudah dikatakan di atas, manusia tidak mampu mengusahakan keselamatannya sendiri. Menyelesaikan maslah dosa bukan hanya dengan sekedar meminta ampun pada Tuhan. Lagipula, manusia sudah mati dan tidak berdaya, dan dosa membuat manusia tidak lagi menginginkan Allah. Manusia membutuhkan seorang penyelamat - seorang Juruselamat, dan yang mampu melakukan itu hanyalah Allah. Mengapa hanya Allah yang mampu melakukannya? Karena hanya Dialah satu-satunya pribadi yang tidak berdosa. Namun sesungguhnya, Allah tidak harus mengerjakan hal ini. Allah tidak harus bertanggung jawab untuk menyelamatkan manusia, karena manusia yang berdosa, manusia pula yang harus bertanggung jawab. Namun mengapa Allah mau melakukannya? Semua hanya karena kasih karunia Allah.
Bagaimana Allah melakukan karya penyelamatan ini? Dengan
cara menebus dosa manusia. Menebus berarti : membayar hutang dosa yang harusnya
dibayar oleh manusia. Manusia berhutang kepada Allah, dan Allah sendiri
bersedia melunasi hutang itu, karena Dia tahu : manusia tidak mampu membayar
hutang dosanya. Manusia akan masuk neraka, binasa selama-lamanya.
Jika demikian, bagaimana Allah melunasi hutang dosa
tersebut? Allah melunasi hutang dosa dengan cara : Dia menjadi manusia. Allah
Bapa mengutus Allah Anak untuk menjadi manusia
dan turun ke dalam dunia. Ya, Allah menjadi manusia.
Yoh. 3:16 Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.
Mengapa Allah harus menjadi manusia untuk bisa membayar hutang dosa manusia? Jawabannya adalah: karena yang berhutang adalah manusia. Allah tidak bisa menjadi penebus jika Dia tetap dalam rupa Allah dan tidak menjadi manusia. Maka dari itu Dia menjadi manusia, dan dalam manusia Yesus segala hutang dosa manusia dari zaman Adam hingga akhir zaman dipikul dan ditebus dengan lunas dan tuntas di atas kayu salib. Tidak ada yang tersisa, semua lunas, semua selesai.
Yoh. 19:30 Sesudah Yesus
meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan
kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Mari sejenak kita membayangkan : apa jadinya jika Allah
tidak turun tangan? Jika Allah tidak
turun tangan, maka saya dan saudara sedang berada dalam suatu kondisi berbahaya
: binasa kekal. Neraka bukanlah hal main-main. Neraka adalah keterpisahan selamanya dengan Allah. Neraka adalah
murka Allah yang menyala-nyala yang siap menghanguskan segala manusia berdosa.
Neraka adalah mati kekal. Neraka adalah siksaan kekal tanpa henti, tanpa istirahat.
Wah. 14:11 Maka asap api yang
menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama- lamanya, dan siang malam mereka
tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang
serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya."
Bersyukurlah bahwa Allah kita bukanlah Allah yang berpangku
tangan membiarkan manusia mengusahakan keselamatannya sendiri. Dia adalah Allah
yang mau turun tangan menyelesaikan masalah dosa yang tidak terselesaikan,
sehingga manusia dapat diselamatkan.
Jika demikian
Allah telah bekerja
habis-habisan demi kita, bagaimana respon
kita akan itu? Kitab suci mencatat : manusia
diselamatkan semata-mata hanya oleh karena iman kepada Yesus Kristus.
Kis. 16:31 Jawab mereka:
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu."
Mengapa harus percaya kepada Tuhan Yesus? Pertama, karena Dialah yang telah menebus dosa kita. Kedua, karena Yesus telah ditentukan untuk menjadi jalan pendamaian antara Allah dngan manusia (Rom.3:25). Ketiga, karena Dia telah mejadi wakil kita di hadapan Allah sebagai Manusia yang telah taat kepada Allah secara sempurna, dan ketaatanNya itulah yang menyelamatkan kita. Jika seseorang tidak percaya kepada Yesus, maka tidak ada yang mewakilinya di hadapan Allah, dan dia harus menanggung akibat dari segala ketidaktaatannya. Saat seseorang percaya kepada Yesus, maka segala ketaatan Yesus diperhitungkan dalam dirinya, dan dia dibenarkan oleh Allah. Itulah sebabnya, hanya iman kepada Yesus sajalah yang dapat menyelamatkan manusia.
Rom. 4:5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Natal bukanlah sebuah perayaan biasa. Natal adalah suatu masa perenungan : siapakah aku ini, sehingga Allah mau turun ke dalam dunia yang rendah demi menyelamatkanku? Jika mengingat segala dosa dan pemberontakanku yang menyakiti hati-Nya, mengapa Allah masih mau memberikan jalan keselamatan itu bagiku? Jika mengingat segala dosa dan pemberontakanku yang begitu banyak bahkan sejak dari dalam kandungan, apa jadinya hidupku ini jika Allah tidak turun tangan? Jika Kristus tidak datang, dengan apakah aku menuju kepada Bapa di Sorga?
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar