Kamis, 22 Mei 2025

BANYAK JALAN MENUJU SORGA (?) - Bagian 2

 


BANYAK JALAN MENUJU SORGA (?)

benarkah keselamatan ada dalam semua agama / kepercayaan? apakah semua agama itu sama? bagaimana kita melihat ini dalam kacamata kristen”



Disclaimer : informasi yang terdapat dalam tulisan ini bersifat “untuk kalangan tersendiri” – yaitu para pembaca Kristen, ditulis dalam kacamata penulis Kristen dengan dasar Alkitab dan dipakai untuk perenungan & diskusi dalam kalangan Kristen. Jika ada dari pihak agama / kepercayaan lain yang menemukan tulisan ini dan membacanya, maka sesungguhnya tidak ada unsur kesengajaan untuk menghina / menyudutkan agama-agama tertentu. Sebaliknya, tulisan ini hendaknya dipakai untuk menjadi perbandingan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca dari kalangan lain

- Penulis -

5.       Apakah kebenaran bersifat mutlak atau relatif?

Jika kita melakukan perbandingan ajaran agama, maka kita akan menemukan begitu banyak perbedaan yang mendasar antara agama yang satu dengan yang lain. Perhatikan tabel ini :

Isi ajaran

Kristen

Islam

Yahudi

Konsep keselamatan

Selamat hanya karena iman kepada yesus Kristus (Sola Fide)

Selamat karena iman kepada Islam dan amal ibadah

Selamat karena taat pada hukum Musa

Yesus

Tuhan yang menjelma menjadi manusia

Utusan  Allah

Nabi palsu / bidat

Larangan makanan

Semua makanan halal

Ada beberapa makanan haram (daging babi, daging  anjing)

Ada beberapa makanan haram (daging babi, daging   anjing)

Berdoa

Hanya melalui Yesus

Bershalawat pada Muhammad

Berdoa langsung pada YHWH

Sunat

Bukan ritus keagamaan

Ritus keagamaan yang wajib

Ritus keagamaan yang wajib

Baptis

Sakramen

Tidak ada

Tidak ada

Tentu masih banyak lagi perbedaan dalam ajaran-ajaran masing-masing agama yang tidak saya tampilkan dalam tabel di atas. Namun jika kita melihat, tidak ada satu agama yang benar-benar sama secara keseluruhan dengan agama lainnya dalam hal ajaran. Bahkan sebaliknya, kita melihat ada begitu banyak perbedaan bahkan sampai pada konsep keselamatan. Bahkan dalam konsep Tuhan pun berbeda

Agama

Konsep Tuhan

Katolik  / Protestan

Monoteisme / Trinitarian

Islam

Monoteisme / Unitarian

Yahudi

Monoteisme / Unitarian

Hindu

Politeisme (330 Juta dewa / dewi)

Budha

Tidak ada Tuhan

Jika ada perbedaan-perbedaan seperti ini, manakah ajaran yang benar? Apakah kebenaran suatu ajaran bersifat mutlak? Ataukah bersifat relatif?

Kebenaran tidak bisa bersifat relatif / tergantung dilihat dari sudut pandang mana. Harus ada satu kebenaran, dan satu kebenaran itu haruslah mutlak. 1 + 1 = 2, ini adalah mutlak. 1 + 1 tidak bisa sama dengan 3 karena “tergantung dilihat dari sudut pandang mana. Jika satu ajaran mengatakan perbuatan baik dapat menyelamatkan dan agama yang lain mengatakan bahwa perbuatan baik tidak dapat menyelamatkan, maka ini bertentangan antara yang satu dan yang lain, dan tidak mungkin diharmoniskan, sehingga kita akan tiba pada satu kesimpulan bahwa : kebenaran itu mutlak. Jika demikian, ajaran agamapun tidak boleh merelatifkan kebenarannya hanya agar dapat harmonis dengan agama lain karena ini akan menimbulkan kekacauan dan tabrakan. Sebagai umat Kristen, kita melihat bahwa kebenaran sejati hanya ada dalam Alkitab karena Alkitab adalah satu-satunya Firman Tuhan yang menjadi pedoman bagimana kita menjalani hidup (Sola Scriptura). Maka saat berbicara mengenai konsep keselamatan, kita hanya berpatokan pada apa kata Alkitab. Apa kata Alkitab mengenai konsep keselamatan?

Yoh. 3 : 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Yoh. 14 : 6  Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Kis. 4 : 12  Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

 Kis. 16 : 30 – 31

30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" 31) Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

 Ef. 2 : 8 – 9

8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9)  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Kebenaran ini bersifat mutlak, tetap, tidak dapat dikompromikan dan diganggu gugat.

6.       Jika hanya ada satu kebenaran mutlak, mengapa ada banyak agama?

Mengapa ada banyak agama di dunia? Mengapa tidak cukup satu agama saja agar ada keseragaman dalam konsep keselamatan?

Seperti telah dijelaskan dalam poin 1b di atas, agama muncul dalam proses pencarian manusia akan keberadaan Allah. Dalam proses pencarian akan Allah inilah, maka Iblis masuk dan mulai merusakkan pengetahuan manusia akan Allah. Bukan hanya pada kasus penetapan hewan / benda-benda langit / fenomena alam sebagai dewa saja iblis bekerja mengacaukan pengenalan manusia akan Allah, bahkan dalam doktrin - doktrin agama sekalipun iblis bekerja untuk menimbulkan salah pengertian sehingga menimbukan lahirnya agama. Contohnya :

1)       Sejak dahulu kala, Allah itu Esa. Ini dipercaya sejak zaman Adam hingga Abraham hingga Musa. Namun disekeliling umat Israel, ada sekelompok orang dalam agama-agama tertentu yang percaya dan mengimani bahwa Tuhan itu bersifat banyak pribadi dan terpisah-pisah. Mereka memisahkan adanya dewa kesuburan, dewa perang, dewa seks, dewa hujan dsb.

2)    Pada era tahun 600an Masehi, Kekristenan tumbuh disekitar Asia, Afrika, separuh Eropa dan Arab. Namun kedatangan sosok yang menamakan dirinya nabi setelah mengaku telah diberi “wahyu” oleh “tuhan” dalam gua, telah menciptakan agama baru disekitar jazirah Arab. Kepercayaan pada Yesus Kristus sebagai Tuhan oleh sekelompok orang Kristen di daerah gurun Arab dikacaukan oleh dia yang menamakan diri nabi, dengan mengatakan bahwa Yesus hanyalah sekedar utusan biasa dan bukan Tuhan dalam arti yang setinggi-tingginya

Kita melihat dari dua poin di atas bahwa kebenaran akan sifat Allah yang esa dan kebenaran akan posisi Yesus sebagai Tuhan dikacaukan oleh agama-agama / ajaran-ajaran / keyakinan-keyakinan tersebut. Jika ada satu sosok yang mencoba mengacaukan kebenaran sejati mengenai Allah dan mengenai Kristus, maka tidak lain dan tidak bukan dia adalah Iblis itu sendiri. Iblis tidak menyerang lewat kaum Ateis, melainkan Iblis menyerang melaui agama-agama buatannya yang mencoba mengaburkan fakta benar mengenai Allah yan sejati dan mengenai Ketuhanan Kristus. Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa agama-agama / ajaran-ajaran / keyakinan-keyakinan diluar penyembahan kepada Allah yang sejati dan pada Yesus sebagai Tuhan merupakan produk-produk hasil pekerjaan iblis dalam menunggangi proses pencarian manusia akan keberadaan dan kebenaran Allah.

7.       Jika hanya Yesus satu-satunya jalan, apakah Sorga hanya diisi oleh Agama Kristen?

Saat kita bersikap Ekslusif dalam dialog mengenai iman dan keselamatan, kita akan diperhadapkan pada pertanyaan seperti ini. Mengapa? Karena dalam Ekslusivime beriman, kita mengakui selamat hanya melalui Yesus saja, dan untuk percaya Yesus harus menjadi / menganut agama Kristen. Jadi, benarkah Sorga hanya diisi oleh orang beragama Kristen?

Secara khusus, kata Kristen sendiri berasal dari bahsa Yunani “Christianos” yang berarti “pengikut Kristus”. Secara umum, Kristen sendiri dikategorikan menjadi salah satu agama yang diakui di dunia, yaitu agama yang berdasarkan pada ajaran Kristus.

Lalu, apakah orang yang beragama Kristen sudah pasti menjadi pengikut Kristus? Arti dari menjadi “pengikut Kristus” sendiri adalah : hidup menjadi sama seperti Kristus, mengasihi Kristus dan taat kepada Kristus.

 1 Yoh. 2 : 6  Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

 Yoh. 14 : 15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

 Jika melihat ayat-ayat di atas, berapa banyak orang beragama Kristen yang menjadi sama seperti Kristus, mengasihi Kristus dan taat kepada Kristus? Menjadi Kristen dalam arti yang sesungguhnya bukan hanya karena seseorang beragama Kristen – baik beragama Kristen sejak lahir / Kristen keturunan maupun masuk agama Kristen dikemudian hari setelah dewasa karena menikah dan karena hal-hal lain – melainkan karena dia hidup menjadi sama seperti Kristus, mengasihi Kristus dan taat kepada Kristus. Inilah arti dari menjadi Kristen sesungguhnya. Jika kita mengerti akan hal ini dan menemukan fakta bahwa begitu banyak orang beragama Kristen yang tidak hidup seperti Kristus, tidak mengasihi Kristus dantidak taat kepada Kristus, maka kita akan mengerti bahwa seorang yang beragama Kristen sekalipun belum tentu menjadi pengikut Kristus. Mereka hanya sekedar beragama Kristen dan ber-KTP Kristen. Mereka ini di sebut sebagai Si Kristen KTP. Dengan demikian kita dapat mengerti bahwa : mereka yang diselamatkan dan yang dapat sampai kepada Bapa bukanlah orang yang beragama Kristen, melainkan  orang Kristen sejati yaitu : mereka yang beriman kepada Yesus sebagai Tuhan & Juruselamat, mereka yang hidup seperti Kristus, mengasihi Kristus dan taat kepada Kristus. Jadi, Sorga tidak diisi oleh orang-orang beragama Kristen, melainkan orang-orang Kristen sejati, yaitu para pengikut Kristus : orang yang hidup seperti Kristus, mengasihi Kristus dan taat kepada Kristus.

 Lalu, apakah seseorang bisa menjadi Kristen sejati tanpa beragama Kristen?

Untuk menjadi Kristen sejati tanpa beragama Kristen adalah hampir mustahil. Ingat, HAMPIR. Mengapa? Karena berita Injil mengenai Kristus, doktin-doktrin Kekristenan, pedoman-pedoman untuk menjadi Kristen sejati dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menjadi seorang Kristen sejati hanya bisa ditemukan dalam agama Kristen : melalui pembacaan dan perenungan Alkitab,  pendengaran akan Injil dalam ibadah dan persekutuan umat Kristen, puji-pujian dalam ibadah Kristen dst. Untuk bisa melalui ini semua, seseorang harus dibaptis dan menjadi bagian dari Agama Kristen barulah dia dapat melanjutkan hal-hal yang berhubungan dengan Kekristenan dan Injil seperti yang telah disebutkan di atas. Seseorang tidak bisa “mau percaya dan beriman kepada Kristus” namun tidak meninggalkan agamanya yang lama.

Contoh : seseorang yang beragama Hindu tidak bisa menjadi Kristen dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat sedangkan dia masih mempersembahkan sesajen / persembahan kepada para dewa dan masih melakukan ritual-ritual ibadahnya yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Seseorang Islam tidak bisa tidak bisa menjadi Kristen dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat sedangkan dia masih menjadikan ibadah puasa dan amal ibadah lainnya sebagai ritual untuk mendatangkan keselamatan. Dia tidak bisa hidup taat pada Alkitab dan taat pada Al-Quran, sedangkan kedua kitab ini saling bertentangan.

Jika seseorang benar-benar ingin menjadi pengikut Kristus, maka dia harus bersedia meninggalkan segala sesuatu – termasuk kepercayaannya yang lama – dan masuk dalam Kekristenan. Jika tidak demikian, maka sesungguhnya hatinya masih mendua dan tidak sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus. Ingat bahwa seseorang tidak bisa mempunyai dua tuan.

 Mat. 6 : 24  Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Tetapi, di atas dikatakan “hampir mustahil”. Berarti apakah ada cara lain  untuk menjadi Kristen sejati tanpa harus beragama Kristen?

Hal ini bisa terjadi dalam kondisi tertentu saja dan tidak bisa kita jadikan patokan untuk diikuti. Contoh kasus dalam kondisi ini: Ada orang yang seumur hidupnya adalah bukanlah orang Kristen dan dia tidak percaya pada Kristus. Namun dikemudian hari setelah tua dan sakit-sakitan hampir mati, dalam waktu yang telah ditentukan Tuhan menjelang ajalnya dia mendengar Injil dan menerima serta percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dengan sungguh. Tanpa dibaptis, tanpa pernah menjadi warga gereja, tanpa pernah ditahbis sidi, tanpa pernah melakukan perjamuan kudus, tanpa pernah mengubah kolom agama di KTP menjadi “Kristen”, dia meninggal dengan suatu pegangan yang teguh dan menyelamatkan : menerima dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dengan sungguh. Orang seperti ini tentu diselamatkan dan masuk dalam Sorga karena imannya (hal seperti ini pernah terjadi dalam Alkitab, yaitu pada kisah pertobatan penjahat yang disalibkan di sebelah Yesus yang pada akhirnya diselamatkan karena imannya). Hal seperti ini dapat terjadi jika Tuhan berkenan, karena keselamatan yang Tuhan kerjakan melampaui akal kita.

 Memang tiada yang mustahil bagi Allah. Jika anda yang membaca hal ini belum percaya pada Kristus atau belum percaya dengan sungguh pada Kristus – baik anda yang bergama Kristen atau bukan beragama Kristen -  ingat bahwa hal di atas tidak bisa anda jadikan patokan untuk diikuti karena:

1).   Hal di atas tidak selalu terjadi, dan itu semua bergantung kepada Tuhan. Apakah anda yakin bahwa hal itu bisa terjadi pada anda?

2).  Belum tentu Tuhan memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang dan Tuhan pun tidak pernah menjanjikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat pada saat “injury time”. Jika saat ini anda belum mengambil keputusan untuk beriman kepada Kristus, darimana anda tahu bahwa Tuhan juga akan  memberikan kesempatan yang sama pada anda?

3).  Tuhan memerintahkan kita untuk meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Dia. Jika anda masih mendua hati dalam mengikut Dia (baik dalam hal kepercayaan maupun dalam hal cara hidup yang lama) maka sesungguhnya anda masih belum menjadi Kristen yang sejati.

Sebagai orang Kristen sejati, kita akan menemukan begitu banyak agama / ajaran / kepercayaan yang bertentangan dengan firman Tuhan dan juga iman kita. Selama kita masih ada di dunia dan hidup dalam lingkungan masyarakat yang majemuk, kita tidak akan bisa menghindari akan hal ini. Tindakan untuk membenarkan ajaran yang tidak sesuai Alkitab seperti yang telah dilakukan oleh kaum Inklusivisme merupakan hal yang sesat. Lalu bagaimana kita hidup di antara mereka yang tidak percaya Kristus?

1)         Tetaplah teguh pada iman yang sejati, yaitu iman kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kita.

2)         Jadilah fanatik dan radikal. Apa itu menjadi fanatik dan radikal? Menurut KBBI, fanatik berarti : teramat kuat (tentang kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu ajaran). Sedangkan radikal berarti : secara mendasar (sampai kepada hal prinsip). Jadilah kuat terhadap ajaran Tuhan melalui Fiman-Nya dalam Alkitab, dan biarlah segala sesuatu dalam hidup kita berdasar pada Firman Allah.

3)         Menjadi fanatik dan radikal bukan berarti menjadi mendukung fanatisme dan radikalisme sehingga menjadi intoleran terhadap agama lain sehingga kita memusuhi orang beragama lain, mengolok-olok ajaran agama lain, mengganggu dan melarang ibadah mereka dst. Pengikut Kristus yang sejati adalah orang yang memiliki sifat Kristus, yaitu sifat kasih. Walau bukan saudara seiman, namun kita bisa mengasihi mereka sebagai sesama manusia dan sebagai saudara sebangsa. Bukankah Kristus sendiri pernah berkata “Kasihilah musuhmu”? Jika terhadap musuh saja kita harus mengasihi, apalagi kepada yang bukan musuh namun berbeda keyakinan? Namun ingat bahwa menjadi orang yang toleran bukan berarti kita menjadi toleran terhadap doktrin dan dasar-dasar iman. Hargailah perbedaan iman tanpa mengurangi kebenaran iman kita, hargailah peribadahan orang lain tanpa menurunkan derajat ibadah kita di hadapan Allah yang Maha tinggi.

4)         Jangan menurunkan standar iman dan standar kebenaran menurut Alkitab di hadapan mereka yang tidak percaya Kristus hanya untuk melahirkan perdamaian. Perdamaian seperti ini hanyalah bersifat semu dan tidak kokoh. Rasa saling menghormati dan menghargai itulah yang patut kita lakukan terhadap mereka.

5)         Siap sedialah untuk mempertanggung jawabkan iman kita  (berapologetika) saat mereka yang tidak percaya kepada Kristus mempertanyakan bahkan menghina iman kita. Lakukanlah itu dengan lembut dan jangan menyerang balik ajaran, karena itulah perbedaan kita dengan mereka yang suka mengolok Kekristenan.

 1 Pet. 3 : 15 – 16

15) Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16) dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

Berapologetika bukan hanya tugas Pendeta / pengajar Kristen, tetapi tugas semua orang Kristen. Itulah sebabnya hendaknya kita harus kuat dalam pengertian kebenaran Firman Tuhan, bukan bertujuan untuk menang-menangan dan unjuk kehebatan dan kepintaran, melainkan agar kita mampu menunjukkan kebenaran yang sejati sehingga nama Tuhan dimuliakan.

6)         Tetaplah beritakan Injil dengan segala kaspasitas kita, karena selalu ada waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk memberitakan Injil. Beritakanlah Injil dengan kasih, sebagaimana isi injil itu sendiri telah menceritakan tentang kasih Allah yang besar. Memberitakan Injil jangan sampai kita memaksa mereka untuk percaya; jangan pula menargetkan bahwa mereka harus percaya karena percaya atau tidak itu adalah keputusan Tuhan. Memberitakan Injil adalah kita menjadi alat agar Injil dapat diwartakan dan didengar, sehingga dari pendengaran itu mereka yang tidak percaya menjadi percaya (sesuai keputusan Tuhan). Jika ada sepuluh orang yang mendengar kita memberitakan Injil dan hanya dua yang percaya, maka kita menjadi alat Tuhan agar Injil dapat diwartakan kepada mereka berdua, didengar, sehingga dari pendengaran itu mereka yang menjadi percaya. Sedangkan bagi delapan orang yang tidak percaya, Injil itu akan menghakimi mereka pada akhir zaman nanti. Jika Injil tidak diberitakan, bagaimana orang-orang dapat mendengar Injil tersebut?

Rom. 10 : 13 – 15

13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. 14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

7)      Tetaplah menjadi orang Kristen yang memancarkan Kristus di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, karena dari hidup kitalah segala sifat dan ajaran Kristen sejati itu terbaca dan terlihat oleh semua orang. Jika kita tidak memancarkan Kristus dalam hidup kita, maka sia-sialah kita memberitakan Injil. Sebaliknya kita hanya akan menjadi batu sandungan begi mereka yang mendengarkan Injil yang kita beritakan.

2 Kor. 3 : 2 – 3

2) Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. 3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.

Tulisan saya kali ini sudah cukup panjang. Jika sampai baris ini anda masih membaca, maka anda telah menemukan banyak hal. Jika sudah sejauh ini anda membaca dan anda telah mengerti dan menerima bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan, maka “terpujilah Allah!”. Jika sebaliknya anda tidak mengerti (atau tidak mau mengerti dan ngotot pada pendapat anda) dan tetap menolak bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan serta menganggap bahwa semua agama / ajaran sama benar dan ada banyak jalan / cara menuju ke Sorga serta menganggap tulisan ini bersifat radikalisme, fanatis dan kejam; maka “semoga Allah menolong anda!”. Berhati-hatilah, karena – sekalipun anda beragama Kristen - anda berada dalam posisi yang melawan apa kata Alkitab dan apa kata Yesus Kristus, dan jika demikian maka anda berpotensi meninggalkan jalan keselamatan yaitu Yesus Kristus karena anda akan berupaya untuk mencari jalan lain di luar Yesus Kristus. Berdoalah agar Roh Kudus menolong anda mengerti akan hal ini.

Jika ada banyak jalan dan cara menuju Sorga, maka Allah tidak perlu mengambil jalan yang sulit untuk menyelamatkan manusia dengan turun menjadi manusia dan menderita hingga mati di atas salib. Cukuplah Dia menunjukkan jalan-jalan / cara-cara tersebut kepada manusia untuk mereka ikuti agar selamat. Faktanya, memang tidak ada jalan lain sehingga Dia harus turun mengerjakan keselamatan bagi manusia dan menjadi jalan keselamatan itu lewat penderitaan Kristus. Jangan menganggap Tuhan tidak adil karena hanya memberikan satu jalan saja. Sebaliknya : bersyukurlah bahwa dalam keberdosaan dan segala pemberontakan kita, Tuhan masih mau memberikan jalan keselamatan bagi kita! Yang harus muncul dalam pikiran dan perenungan kita bukanlah “ya Tuhan, mengapa  hanya satu jalan?” melainkan “ya Tuhan mengapa masih ada jalan bagiku yang berdosa ini?”.

Menutup tulisan ini, marilah kita bersama-sama menyanyikan lagu ini:

Yesus baik, baik buat saya...

Yesus baik, baik buat kita semua...

‘Ku tak dapat balas kasih-Mu Yesus...

Yesus baik, baik buat saya...

 

Tuhan memberkati.

Amin

 

BANYAK JALAN MENUJU SORGA (?) - Bagian 1

 BANYAK JALAN MENUJU SORGA (?)

benarkah keselamatan ada dalam semua agama / kepercayaan? apakah semua agama itu sama? bagaimana kita melihat ini dalam kacamata kristen”



Disclaimer : informasi yang terdapat dalam tulisan ini bersifat “untuk kalangan tersendiri” – yaitu para pembaca Kristen, ditulis dalam kacamata penulis Kristen dengan dasar Alkitab dan dipakai untuk perenungan & diskusi dalam kalangan Kristen. Jika ada dari pihak agama / kepercayaan lain yang menemukan tulisan ini dan membacanya, maka sesungguhnya tidak ada unsur kesengajaan untuk menghina / menyudutkan agama-agama tertentu. Sebaliknya, tulisan ini hendaknya dipakai untuk menjadi perbandingan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca dari kalangan lain

- Penulis -

Manusia adalah makhluk roh. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan tumbuhan. Fakta bahwa manusia adalah makhluk roh membuat tiap pribadi manusia terhubung secara religius dengan sosok Tuhan yang juga adalah makhluk roh (walaupun dalam faktanya, di dunia ada golongan Atheis yang tidak percaya adanya Tuhan dan merasa tidak mempunyai hubungan / urusan apa-apa dengan  Tuhan dan makhluk spiritual lainnya). Dalam membangun hubungan dengan Tuhan, agama / kepercayaan menjadi sarana bagi manusia untuk bertemu Tuhan, menyembah Tuhan, mempelajari dan mengerti akan Tuhan, mencari tahu apa saja perintah dan larangan Tuhan, serta menjadi tempat dimana manusia menemukan jalan keselamatan.

Menurut World Population Review, terdapat sekitar 4000 – 4300 agama di seluruh dunia
(
https://www.inilah.com/agama-terbesar-di-dunia) . Di Indonesia sendiri, terdapat 6 agama yang diakui, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Jika melangkah sedikit ke arah Timur Tengah, kita akan menemukan agama Yahudi dan Zoroaster. Dari sekian jumlah tersebut, masing-masing agama memiliki kepercayaan masing-masing mengenai Tuhan, perintah dan larangan serta konsep jalan keselamatan yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan seperti ini menimbulkan relatifitas mengenai kebenaran yang seharusnya itu bersifat mutlak.

Relatifitas mengenai kebenaran disini maksudnya adalah : bagi agama A, keyakinan agama B belum tentu mutlak benar begitu juga sebaliknya. Bagi orang-orang yang tidak fanatik pada agama, kebenaran bersifat relatif : agamanya belum tentu mutlak benar, begitu juga agama lain. Ini terjadi karena adanya begitu banyak agama dengan kepercayaannya masing-masing. Jika tidak ada relatifitas mengenai kebenaran dalam agama, maka akan menimbulkan pertikaian antara satu agama dengan agama yang lain, karena masing-masing agama tentu mempertahankan kebenarannya. Contoh : umat Islam dan umat Hindu dapat bertikai karena masalah sapi. Bagi umat Hindu sapi adalah hewan suci, sedangkan bagi umat Islam, sapi adalah salah satu jenis hewan kurban yang harus disembelih saat perayaan Idul Adha. Perbedaan pendapat seperti ini seringkali menjadi pertikaian, sehingga dibutuhkanlah satu pemahaman yang disatukan dari begitu banyak kepercayaan agar semuanya menjadi satu. Hal inilah yang menyebabkan lahirlah pemahaman Pluralisme. Secara sederhana, Pluralisme adalah paham yang beranggapan bahwa semua agama bisa menyelamatkan asalkan penganutnya taat pada kepercayaan agama yang dianut. Secara praktis, paham ini dapat menjadi solusi bagi pertikaian-pertikaian yang terjadi akibat perbedaan keyakinan. Masing-masing penganut agama tidak perlu mempermasalahkan agama lain, cukup konsentrasi pada kepercayaan masing-masing dan menghargai kepercayaan orang lain karena pada hakikatnya semua agama itu menyelamatkan.

Memang paham ini terlihat seperti “air yang menyejukkan di tengah padang gurun”. Paham ini terlihat menjadi solusi diantara pertikaian. Namun jika kita melihat dari kacamata Alkitab dan ajaran Kristen, apakah paham Pluralisme ini dapat diterima? Apakah paham Pluralisme sesuai dengan isi Alkitab? Benarkah keselamatan ada dalam semua agama / kepercayaan? Apakah semua agama itu sama-sama menuju pada satu Allah yang sejati? Untuk membahas ini, kita akan membaginya dalam beberapa poin pertanyaan :

1.       Apa kata Alkitab mengenai agama lain?

a.    Bagaimana pandangan Tuhan terhadap agama lain?

b.    Apakah dewa – dewi selain Allah itu eksis / ada?

c.    Apa tindakan Tuhan terhadap agama lain?

2.      Bagaimana posisi karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus jika keselamatan ada dalam semua agama?

3.       Apa dampak dari pernyataan “banyak jalan menuju Sorga” dengan kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:6 ?

4.       Bagaimana pandangan suatu agama terhadap agama yang lain?

5.       Apakah kebenaran bersifat mutlak atau relatif?

6.       Jika hanya ada satu kebenaran mutlak, mengapa ada banyak agama?

7.       Jika hanya Yesus satu-satunya jalan, apakah Sorga hanya diisi oleh Agama Kristen?

 

1.    Apa kata Alkitab mengenai agama lain?

Mengapa harus “kata Alkitab” ? Karena sebagai orang Kristen, Alkitab adalah satu-satunya Firman Allah (Sola Scriptura) yang menjadi satu-satunya pedoman bagi kita dalam menjalani hidup dan menilai sesuatu apakah itu sesuai kehendak Tuhan atau tidak. Kita tidak dapat menilai sesuatu benar atau salah jika tidak melalui pandangan Alkitab.

Jika kita melihat kisah-kisah dalam Alkitab, agama-agama lain sudah eksis sejak masa Perjanjian Lama (PL) dan hidup berdampingan dengan umat Allah (bangsa Israel). Kita dapat menemukan agama penyembah Dewa Baal, Dewi Asyera, Dewa Kamos, Dewa Molokh, Dewi Asytoret, Dewa Dagon dst. Mereka ini eksis sejak zaman PL. Abraham beserta orang tua dan saudara-saudaranya sendiri adalah penyembah dewa-dewa sebelum dia dipanggil Allah.

 Yos. 24 : 2  Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.

 Yos. 24 : 15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

 a.       Bagaimana pandangan Tuhan mengenai agama lain?

Mengenai agama lain, Tuhan selalu berpandangan bahwa keyakinan / iman mereka adalah sesat dan dosa. Hal ini dapat kita lihat dalam 2 hukum pembuka dari 10 hukum Tuhan yang diberikan kepada Bangsa Israel melalui Musa

 Kel. 20 : 3 – 5

3) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. 4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,

 Jika Allah memandang benar semua agama / kercayaan, jika semua jenis penyembahan dan ajaran agama itu benar, mengapa Allah melarang adanya penyembahan kepada allah-allah lain? (Kita harus mengerti bahwa “menyembah allah lain” merupakan kepercayaan lain yang ada di luar kepercayaan kepada Allah Israel. Ini tidak ada bedanya dengan agama / kepercayaan lain di luar Kekristenan). Jika semua ajaran agama benar, mengapa Allah melarang penyembahan terhadap patung? Allah melarang penyembahan terhadap patung karena penyembahan yang benar adalah kepada Pribadi Allah yang tidak terlihat namun ada dan dipercayai umat Allah dalam iman tanpa adanya perantara / sarana berupa patung. Mengapa Allah melarang penyembahan pada patung? Karena Dia adalah Allah yang agung yang mengatasi segala sesuatu bahkan melampaui akal budi, sehingga Dia tidak bisa digambarkan dalam rupa apapun. Menggambarkan Allah dalam rupa matahari / bulan / bintang / sapi / patung-patung lainnya merupakan tidakan merendahkan Allah yang Maha Tinggi, dan itu merupakan kekejian di mata Tuhan. Jika ini merupakan kekejian dan dosa di mata Tuhan, bagaimana mungkin saat ini kita dapat menganggap kepercayaan lain juga benar padahal ibadah dan penyembahan yang mereka kira menjadi sarana keselamatan bagi mereka adalah kekejian di mata Tuhan?

 Selanjutnya mengenai kepercayaan lain, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk tidak bergaul dengan mereka agar bangsa Israel tidak terpengaruh dan ikut dalam agama mereka.

 Yos. 23 : 6 – 8

6) Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, 7) dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka. 8) Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.

 Yosua sendiri pernah memberi pilihan pada Bangsa Israel menjelang masa pensiunnya, mau memilih Allah Abraham, Ishak dan Yakub atau allah lain yang disembah bangsa Kanaan yang berbeda iman dengan mereka

 Yos. 24 :  14 – 15

14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. 15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Tuhan melarang Bangsa Israel untuk bergaul dengan mereka agar tidak tersesat dalam kepercayaan mereka yang merupakan kekejian di mata Allah. Jika semua agama sama, mengapa Tuhan melarang mereka untuk bergaul dengan bangsa Kanaan yang beragama lain?

Yosua juga memberi pilihan kepada bangsa Israel untuk memilih siapa yang mereka mau sembah. Jika semua agama / kepercayaan sama-sama benar, mengapa Yosua harus memberi pilihan kepada bangsa Israel?

 Jika demikian fakta Firman Tuhan, masihkah kita menganggap agama lain juga benar? Masihkah kita percaya bahwa ajaran lain selain Alkitab itu benar? Pikirkan dan renungkan lagi.

b.      Apakah dewa – dewi selain Allah itu eksis / ada?

Sejak zaman PL, banyak agama telah eksis dan melakukan penyembahan terhadap berbagai dewa – dewi.  Dewa Baal, Dewi Asyera, Dewa Kamos, Dewan Milkom, Dewa Molokh, Dewi Asytoret dan Dewa Dagon merupakan dewa-dewi yang seringkita jumpai dalam kisah Alkitab. Dalam PB, kita menemukan Dewa Zeus, Dewa Hermes dan Dewi Artemis. Dewa-dewi ini disembah oleh bangsa-bangsa di luar Israel yang menyembah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Pertanyaannya, apakah mereka ini benar-benar ada / eksis?

Mengenai keberadaan dewa-dewi ini, kita dapat melihat datanya dalam 1 Kor. 8 : 4 – 6 :

1 Kor. 8 : 4 – 6

4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa." 5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah," baik di sorga, maupun di bumi  —  dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian  — 6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

 Dari penjelasan Rasul Paulus ini, jelas bahwa dewa-dewi / para ilah lain yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir sesungguhnya tidak ada / tidak eksis. Jadi, agama / ajaran lain yang menyembah allah selain Allah Israel, sesungguhnya sedang menyembah sesuatu yang sebenarnya tidak ada / tidak eksis. Keberadaan dewa-dewi ini hanyalah perbuatan tangan iblis yang mengambil kesempatan dalam usaha manusia dalam mencari keberadaan Allah yang sejati. Saat manusia melihat terang matahari dan merasakan seolah ada kekuatan dalam terang dan panas matahari itu, iblis bekerja dan membuat manusia beranggapan bahwa matahari adalah suatu entitas dan pribadi yang memiliki kuasa sehingga terciptalah suatu kepercayaan pada Dewa Matahari  (Mesir : Dewa Ra, Yunani : Dewa Helios, Dewa Apollo). Saat melihat cahaya petir dan kekuatan sambaran petir, manusia merasakan seolah ada kekuatan dalam cahaya dan sambaran petir itu, sehingga iblis bekerja dan membuat manusia beranggapan bahwa petir adalah suatu entitas dan pribadi yang memiliki kuasa sehingga terciptalah suatu kepercayaan pada Dewa Petir  (Yunani : Dewa Zeus, Nordik : Dewa Thor, Hindu : Dewa Indra). Inilah yang menyebabkan Tuhan memandang penyembahan pada dewa-dewi sebagai kekejian, yaitu karena ibadah pada para dewa merupakan pekerjaan Iblis dan menggambarkan Tuhan dalam rupa ciptaan-Nya (matahari, petir, hewan-hewan tertentu dsb) merupakan suatu upaya merendahkan hakikat Tuhan.

 Rom. 1 : 21 – 25

21) Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. 22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. 23) Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. 24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. 25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

 Jika para dewa-dewi itu tidak eksis dan para penyembah dewa-dewi itu menyembah sesuatu yang sebenarnya tidak ada, maka masih dapatkah kita menganggap semua ajaran agama itu sama benar?

 c.    Apakah tindakan Tuhan terhadap agama lain?

Karena penyembahan berhala merupakan kekejian di mata Tuhan dan terhitung sebagai dosa, maka tindakan Tuhan akan praktik penyembahan berhala / agama lain ini adalah dengan menghukum mereka.

 Ul. 20 : 16 - 18

16) Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, 17) melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, 18) supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu.

 Hal ini terlihat seperti perintah Tuhan untuk melakukan pemusnahan massal / genosida yang kejam. Akan tetapi apa yang dilakukan Tuhan kepada orang-orang yang mendiami Kanaan ini adalah bentuk dari hukuman Tuhan kepada mereka karena penyembahan berhala dan ibadah mereka yang merupakan kekejian di mata Tuhan dan untuk mencegah keberadaan mereka yang dapat mempengaruhi bangsa Israel untuk ikut serta dalam penyembahan berhala. Israel menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menjalankan hukuman Tuhan bagi para penyembah berhala, sehingga seringkali peperangan merebut tanah Kanaan yang dilakukan Yosua dan bangsa Israel disebut sebagai “Holy War”. Begitu mengerikannya hukuman Tuhan kepada bangsa Kanaan menunjukkan kepada kita bahwa betapa murkanya Tuhan kepada penyembahan-penyembahan yang dilakukan kepada allah lain selain Dia. Jika Allah begitu murka kepada mereka yang memiliki kepercayaan lain selain kepada Dia, Sang Allah sejati, masihkan ada kemungkinan bahwa semua kepercayaan itu sama?  Masihkah kita meyakini bahwa semua agama / ajaran menuju kepada tujuan yang sama yaitu kepada Tuhan Allah yang sejati?

2.    Bagaimana posisi karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus jika keselamatan ada dalam semua agama?

Jika kita benar-benar memahami karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam pengorbanan Yesus Kristus dan jika kita benar-benar merenungkan betapa menderitanya Kristus saat mengerjakan karya keselamatan bagi kita serta jika kita benar-benar mengerti betapa sadisnya hukuman neraka yang harus ditanggung Kristus demi menggantikan kita, maka hendaklah kita merenungkan bahwa : jika keselamatan ada dalam semua agama dengan masing-masing konsep keselamatanya, bukankah penyaliban Kristus hanyalah suatu kebodohan? Jika manusia masih bisa selamat dengan jalan / cara lain tanpa Kristus harus menderita hingga mati, bukankah penyaliban Kristus hanyalah pekerjaan yang sia-sia?

Jika semua agama itu benar dengan konsepnya keselamatannya masing-masing, tentu Allah Bapa tidak perlu mengutus Kristus untuk mati di kayu salib dan Kristus pun tidak perlu susah payah menderita hingga mati disalibkan karena : ada banyak cara untuk selamat, tinggal dipilih mau memakai cara yang mana, toh semuanya akan membawa pada keselamatan. Namun fakta mengatakan bahwa : Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menderita dan mati sebagai pengganti manusia berdosa, dan satu-satunya cara untuk dapat selamat adalah dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus karena Dia tahu, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia. Satu-satunya jalan adalah dengan mengutus Putra tunggal-Nya.

Yoh. 3 : 16 - 18

16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17) Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18) Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Fakta bahwa Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menderita dan mati menunjukkan bahwa tidak ada jalan / cara lain untuk menyelamatkan manusia. Jika memang ada cara lain (seperti konsep masing-masing agama di luar Kekristenan), maka Allah Bapa dan Yesus Kristus melakukan hal yang sia-sia.

3.    Apa dampak dari pernyataan “banyak jalan menuju Sorga” dengan kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:6?

Yoh. 14 : 6  Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Kalimat ini dengan jelas dan tegas dikatakan oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus tidak berkata “Akulah salah satu jalan..”. Kalimat “Akulah jalan...tidak ada seorangpun...kalau tidak melalui Aku” menunjukkan ketegasan dari Tuhan Yesus bahwa jalan keselamatan hanya satu, yaitu melalui Dia. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa manusia kepada Bapa selain Dia sendiri. Kalimat yang tegas ini juga telah menutup kemungkinan adanya jalan lain menuju Bapa di Sorga.

Jika sesungguhnya ada banyak jalan menuju keselamatan, maka ada dua kemungkinan terhadap kalimat Yesus ini :

1)       Salah kutip oleh para penyalin manuskrip Alkitab, atau bahkan oleh Rasul Yohanes sendiri.

2)       Yesus adalah pembual. Jika Yesus dengan berani mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan selamat, sedangkan ada banyak jalan selamat, maka Dia adalah pembual.

Bagi saya, dua kemungkinan di atas adalah hal yang wajar jika itu ada dalam pikiran orang non Kristen dan orang liberal. Tetapi jika dua kemungkinan di atas ada dalam pikiran orang Kristen dan dia meyakininya, maka patutlah dipertanyakan Kekristenannya.

1)       Orang Kristen percaya bahwa penulisan hingga penyalinan manuskrip Alkitab diilhami dan dikontrol oleh Roh Kudus. Maka mustahil ada salah kutip terhadap kata-kata Yesus.

2 Tim. 3:16  Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

2)       Siapakah orang Kristen yang berani menganggap Yesus pembual? Jika ada, maka dia adalah anak Iblis.

Dengan demikian, mustahil ada jalan lain menuju Sorga selain melalui Yesus. Karena jika sebagai orang Kristen kita percaya ada jalan selain Yesus, maka dampaknya adalah : kita meyakini bahwa Yesus adalah pembual.

4.    Bagaimana pandangan suatu agama terhadap agama yang lain?

Kita terkadang terlalu fokus akan pandangan kita terhadap keselamatan agama lain, tanpa melihat bagaimana agama lain memandang kita dan agama selain mereka. Bagaimana pandangan agama lain terhadap agama / kepercayaan di luar mereka?

Saya akan mengambil contoh pandangan Islam terhadap agama lain :

Surat Ali Imran ayat 85 : Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

Tafsir Tahlili mengenai Surat Ali Imran ayat 85 :  Allah menetapkan bahwa barang siapa mencari agama selain agama Islam, atau tidak mau tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah, maka imannya tidak akan diterima oleh Allah. Sebagai contoh dikemukakan, orang-orang musyrik dan orang-orang yang mengaku beragama tauhid padahal mereka mempersekutukan Allah. Seperti Ahli Kitab penganut agama Nasrani yang tidak berhasil membawa pemeluk-pemeluknya tunduk di bawah kekuasaan Allah. Agama yang semacam ini hanyalah merupakan tradisi belaka, yang tidak dapat mendatangkan kemaslahatan kepada pemeluknya, bahkan menyeret mereka ke lembah kehancuran, dan menjadi sumber permusuhan di antara manusia di dunia, serta menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat. Orang yang mencari agama selain Islam untuk menjadi agamanya, di akhirat nanti termasuk orang yang merugi, sebab ia telah menyia-nyiakan akidah tauhid yang sesuai dengan fitrah manusia.

Dari Surat Ali Imran ayat 85 dan Tafsir Tahlili mengenai Surat Ali Imran ayat 85 jelas mengatakan bahwa manusia yang mencari agama selain Islam, maka imannya tidak diterima oleh Tuhan.

Jika kita membuka pikiran kita terhadap pandangan ajaran dari agama lain terhadap kita maka kita mengetahui bahwa : sikap eksklusivime bukan hanya ada dalam ajaran Kristen, tetapi juga ada dalam agama lain seperti Islam dll. Apakah ini salah? Tidak. Sebaliknya, sikap eksklusivime haruslah ada demi mempertahankan kemurnian ajaran masing-masing agama serta mencegah terjadinya pencampuran ajaran-ajaran sehingga menimbulkan kekacauan dan kebingungan.

Jika kita menyadari bahwa sikap eksklusivime ada dalam tiap agama, maka kita tidak perlu merasa bersalah dan merasa benar sendiri saat kita sedang belajar untuk mempertahankan kebenaran iman kita. (bersambung)