DOA SYAFAAT DALAM
LAGU
Ada
pertemuan, ada perpisahan. Itu merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan. Saat seseorang
lahir ke dunia, dia bertemu dengan kedua orangtuanya untuk pertama kalinya. Seiring
berjalannya waktu, umur semakin bertambah, orangtua semakin menua dan pada akhirnya
wafat. Saat orangtua wafat, ini menjadi perpisahan yang sangat menyedihkan. Begitu
juga saat kita pergi ke gereja untuk beribadah. Saat kita tiba di gereja pada
hari Minggu, kita bertemu dengan saudara-saudara seiman yang bersepakat untuk
beribadah bersama dalam hadirat Tuhan. Setelah ibadah selesai, kita akan
berpisah dengan mereka, kembali ke kehidupan masing-masing. Hal yang sama
berlaku di kantor, dalam pertemuan keluarga, pertemuan dengan sahabat dsb. Artinya,
perpisahan merupakan suatu kondisi yang tak dapat kita hindari selagi kita
masih berada dalam dunia.
Berbicara
soal perpisahan, tahukah teman-teman bahwa ada suatu himne Kristen indah yang
diciptakan khusus untuk suatu perpisahan? Ada suatu himne tua yang diciptakan
oleh seorang pendeta bersama seorang
musisi untuk mengiringi suatu perpisahan dalam suatu pertemuan. Begini
kisahnya.
Ada seorang Pendeta yang bernama Jeremiah Rankin
ingin memiliki sebuah lagu yang dapat dipakai jemaat setiap kali berpisah
seusai ibadah. Pada tahun 1882 menulis sebuah lirik yang berisi kalimat – kalimat perpisahan.
Jeremiah Eanes Rankin (1828-1904)
Usai menulis lirik, Rankin mengirimkan lirik
tersebut kepada dua orang penggubah lagu. Yang pertama dia kirimkan kepada
seorang penggubah lagu terkenal (tidak disebutkan namanya dalam sejarah). Orang
kedua yang mendapat kiriman lirik ini adalah William G. Tomer, seorang Direktur
Musik dari Grace Methodist Episcopal
Church. Singkat cerita, Rankin memilih melodi dan notasi yang ditulis oleh
Tomer. Melodi inilah yang terkenal sampai hari ini dan dinyanyikan oleh Gereja
di seluruh dunia. Dalam bahasa
Inggris, lirik lagunya seperti berikut :
God be
with you till we meet again
By his
counsels guide, uphold you,
With his
sheep securely fold you.
God be
with you till we meet again.
Refrain
Till we
meet, till we meet,
Till we
meet at Jesus' feet,
Till we
meet, till we meet,
God be with you till we meet again.
Dalam bahasa Indonersia, Yamuger menerjemahkan
lagu ini sebagai berikut :
. Tuhan Allah beserta
engkau
sampai bertemu
kembali;
kasih Kristus
mengawali,
Tuhan Allah beserta
engkau!
Refrain
Sampai bertemu, bertemu,
sampai lagi kita bertemu;
sampai bertemu, bertemu,
Tuhan Allah beserta engkau!
Dalam kidung jemaat, Yamuger meletakkan lagu ini pada nomor pujian ke-346. Tentu ini bukan lagu yang asing lagi bagi kita, karena sering dinyanyikan oleh kita seusai ibadah Minggu. Dalam Kidung Jemaat, Yamuger memberi 4 stanza (ayat) bagi lagu ini, sama seperti lirik aslinya. Lirik lagunya sangat sederhana, melodinya pun demikian. Tidak ada not-not setengah, tidak ada pula chord yang memusingkan. Namun, jika kita meneliti dan merenungkan lirik lagu ini dengan baik, kita dapat menemukan makna yang sangat dalam.
1.
Lagu
ini dimulai dengan kalimat “God be with you till we meet again” yang
jika kita artikan lurus menjadi “Tuhan menyertaimu, sampai kita berjumpa lagi”.
Kalimat yang sangat sederhana, namun memiliki makna yang besar dan
menggambarkan kehidupan orang Kristen. Apakah itu? Saat kita mengatakan kalimat
“Tuhan menyertaimu” memiliki makna : kita
mendoakan saudara kita seiman. Kita mengharapkan
Tuhan, Sang Imanuel yang agung menyertai saudara seiman kita. Sangat
menarik jika meneliti dengan baik lagu ini, kita menemukan bahwa dalam keseluruhan
lagu ini (dari stanza 1-4), tidak ada satupun kata “aku” dan “saya”. Tidak
ada satupun kalimat “besertaku” atau “menyertaiku”. Keseluruhan
lagu ini dicurahakan untuk orang lain, berkat untuk keselamatan orang lain.
Ini merupakan suatu gaya berdoa yang diajarkan Kristus kepada kita, yaitu
berdoa bagi orang lain atau yang biasa kita sebut sebagai doa syafaat. Sepanjang
berdoa, sepanjang ibadah, sepanjang saat teduh, mungkin kita terlalu banyak mendoakan diri sendiri. Dalam menjalani pergumulan hidup, kita terlalu banyak mendoakan diri sendiri
sampai lupa untuk mendoakan orang lain. Kita belajar dari Tuhan Yesus, dalam akhir
hidup-Nya sebagai manusia, sebelum Dia berdoa untuk diri-Nya, terlebih dahulu
Dia mendoakan murid-muridnya, bahkan mendoakan kita orang percaya. Doa syafaat
Yesus ini dapat kita lihat dalam keseluruhan doa Yesus untuk murid-murid-Nya dalam
Yohanes pasal 17.
Yoh. 17:9 : Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
Yoh. 17:11 : Dan Aku tidak ada
lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang
kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah
mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.
Yoh. 17:15 : Aku tidak meminta,
supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Yoh. 17:17 : Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Tuhan
Yesus juga berdoa syafaat bagi semua orang percaya dalam segala zaman
:
Yoh. 17:20 : Dan bukan untuk
mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Dalam
pergumulan di Getsemani yang sangat berat, Tuhan
Yesus tidak hanya memikirkan diri-Nya sendiri, tetapi juga memikirkan dan
berdoa untuk orang lain. Suatu teladan doa syafaat yang sangat indah.
Rasul
Paulus juga pernah menasihatkan untuk mendoakan orang lain dalam doa-doa kita :
1 Tim. 2:1 : Pertama-tama aku
menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa
syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
Doa syafaat adalah teladan hidup dari Kristus sendiri dan gaya hidup orang Kristen. Orang Kristen jangan hanya berdoa untuk berkat, keberhasilan, kesehatan dan keselamatan bagi diri sendiri, tetapi juga harus berdoa bagi orang lain. Saat kita menyanyikan “Tuhan Allah beserta engkau” dengan penuh penghayatan terhadap tiap liriknya, saat itu kita sedang mendoakan saudara seiman kita agar mereka aman dalam lindungan Tuhan. Bandingkan pada ayat ke-3 lagu ini (versi Indonesia) :
Tuhan
Allah beserta engkau dalam susah dan keluhmu;
rangkulanNya menghiburmu, Tuhan Allah beserta
engkau!
Lihatlah, betapa sang penulis mendoakan sesamanya, agar Tuhan
menyertai dan memberkati dalam susah dan keluh, agar Tuhan memberi penghiburan
bagi sesama yang sedih dan berbeban berat. Ini adalah suatu sikap mengasihi
yang sangat luar biasa dari kehidupan orang Kristen.
Satu
hal yang membuat saya kagum pada pencipta lagu ini, betapa dia mengerti akan
teladan hidup Kristus; betapa dia mengerti akan bagaimana seharusnya kehidupan orang Kristen itu berjalan. Pendeta
Rankin tentu tidak mampu menciptakan lagu yang Alkitabiah apabila dia tidak
mengerti isi Alkitab. Inilah kekuatan dan keunggulan himne Kristen yang sesungguhnya
: Musik menyatu dengan Alkitab.
2. Lagu ini menceritakan suatu keinginan
hati dari penulis (dan menjadi keinginan hati dari kita umat Kristen) untuk
betemu kembali dengan saudara-saudara seiman. Ini terlihat dari kalimat “till we
meet again”. Saat kita
menyanyikan lagu ini, kita mengharapkan agar Tuhan menyertai saudara-saudara
kita seiman agar mereka selamat, sehingga kita dapat bertemu lagi dengan
mereka. Bertemu dimana? Jika kita memperhatikan refrain (versi bahasa Inggris),
ada kalimat “Till we meet at Jesus' feet” yang jika diartikan berarti “sampai
kita bertemu di kaki Yesus”. Kaki Yesus adalah suatu gambaran kehadiran Tuhan,
dimana kita bersama saudara-saudara seiman duduk di bawah kaki Yesus untuk
mendengar Dia berfirman. Ini adalah
suatu kerinduan untuk bertemu lagi dalam suatu peribadatan. Kita ingin mereka selamat, maka kita memohon Tuhan untuk menyertai
mereka, sehingga mereka tetap selamat dan dapat bertemu lagi dengan kita dalam
ibadah berikutnya. Bukankah ini suatu sikap yang indah? Pada bagian awal
refrain, nada yang dipakai berangsur-angsur naik ke not yang tinggi.
Pemakaian nada tinggi dalam refrain lagu Tuhan
Allah beserta engkau
Penggunaan
not tinggi secara berangsur-angsur pada refrain bukanlah asal pakai, melainkan
untuk menunjukkan suatu klimaks dari lagu, dan menggambarkan suatu penekanan
yang sangat penting dari suatu lirik lagu. Ini memiliki arti bahwa : bertemu dengan saudara-saudara seiman di
kaki Tuhan adalah keinginan / hasrat
terbesar kita (penggunaan notasi seperti ini merupakan hal yang jenius,
karena mampu menggambarkan apa maksud dari lirik lagu tersebut dengan baik. Ini
merupakan hasil dari tuntunan Roh Kudus). Kita tidak memiliki hasrat lain
selain daripada : beribadah bersama, memuji Tuhan dan merenungkan Firman Tuhan
secara bersama-sama. Sungguh keinginan yang indah di mata Tuhan.
Mari
kita renungkan : Apa agenda kita
beribadah bersama? Apakah untuk mencari pasangan di Gereja? Apakah hanya untuk
sekedar bertemu teman-teman segereja? Apakah hanya untuk sekedar menemani suami
/ istri / pacar / teman / orangtua / anak / saudara beribadah? Ataukah kita
memiliki kerinduan besar : bertemu Kristus bersama orang-orang yang kita
kasihi? Apakah kita masih merindukan keberadaan Kristus
dalam gereja? Ataukah kita merindukan yang lain? Dari lagu ini, kita
belajar dan merenungkan bahwa : tidak
ada kerinduan yang lebih berharga dan lebih indah daripada kerinduan untuk ada
bersama dengan umat Tuhan yang lain dalam peribadatan, di bawah kaki Kristus.
3. Mengapa kita perlu untuk mendoakan saudara-saudara
seiman kita agar kita dapat bertemu lagi dalam ibadah selanjutnya? Kita sadar,
hidup kita adalah misteri. Alkitab mengatakan bahwa hidup kita ini hanya sementara, seperti uap yang muncul sebentar saja
lalu hilang (Yak.4:14). Kita tidak tahu kapan kita meninggal, kita juga
tidak tahu kapan saudara-saudara seiman kita meninggal. Minggu ini kita
masih beribadah bersama, tanpa kita tahu mungkin dalam pertengahan minggu
saudara kita meninggal dan telah tiada sehingga kita tidak dapat bertemu lagi
dalam ibadah berikutnya. Kenyataan seperti inilah yang membuat kita memohon agar
Tuhan menyertai saudara-saudara seiman kita dalam perjalanan hidup minggu ini,
sehingga kita dapat bertemu lagi dalam ibadah selanjutnya. Kita saling
mendoakan agar Tuhan menyertai sehingga kita semua selamat. Ini adalah suatu
sikap kasih dan tindakan peduli yang kita berikan kepada mereka (dan juga
mereka kepada kita).
Doa kita tentu tidak dapat
merubah rencana Tuhan. Mungkin kita telah meminta Tuhan menyertai
saudara-saudara kita, namun Tuhan berkata lain. Mungkin dalam pertengahan
minggu mereka dipanggil Tuhan dan artinya secara jasmani kita tidak dapat
bertemu lagi dengan mereka dalam ibadah. Namun ingatlah bahwa doa kita telah sampai kepada Bapa, dan mereka
yang telah meninggal dalam Tuhan telah ada dalam pelukan kasih Allah yang
adalah penyertaan paling sempurna dan kekal. Doa kita tidak sia-sia, namun Tuhan mendengarkannya dan menjawabnya :
penyertaan abadi adalah tinggal bersama Allah di Sorga baka.
Beberapa waktu yang lalu, seorang
pemuda yang saya kenal meninggal dunia (Juan). Dalam perenungan akan lirik lagu
ini dan meninggalnya saudara kami ini, saya bertanya dalam hati saya: “entah kapan terakhir kali saya ada dalam satu
ibadah bersama Juan. Apakah saat itu saya menyanyikan lagu ini bagi dia dan
bagi orang lain atau tidak? Apakah selama ini saya sudah cukup berdoa bagi
adik-adik pemuda saya, bagi rekan-rekan sepelayanan dan bagi umat Tuhan yang
lain?” ini membuat saya merenungkan: betapa
pentingnya berdoa bagi orang lain. Betapa pentingnya berdoa bagi keselamatan
orang lain, apa lagi bagi saudara seiman.
4.
Dengan merenungkan lagu ini, kita
dapat belajar juga bahwa : dalam menyanyikan suatu pujian / himne Kristen, kita
tidak bisa melakukannya dengan asal-asalan. Kita tidak dapat memilih untuk
hanya merenungkan lagu yang sesuai selera kita / sesuai kondisi pergumulan
kita. Setiap lagu rohani yang Alkitabiah memiliki perenungan yang membuat kita
semakin mengasihi Allah dan sesama.
Mengapa poin ke-4 ini penting? Kita
telah belajar dan merenungkan bahwa lagu Tuhan Allah beserta engkau ini
memiliki makna yang sangat dalam dan indah. Namun seringkali, jemaat meremehkan
lagu ini. Lagu ini hanya penanda bahwa ibadah telah usai dan harus cepat-cepat
pulang. Sebagai keyboardist gereja,
saya sering memperhatikan ini : saat lagu ini dinyanyikan, jemaat sudah sibuk
berjabat tangan sambil melangkah keluar ruangan. Lagu dinyanyikan dengan tempo
cepat (padahal aslinya lagu ini memiliki tempo lambat), tanda bahwa jemaat
terburu-buru agar lagu ini cepat selesai. Tidak ada
ruang untuk menghayati lagi lagu ini. Tidak ada lagi doa syafaat dalam lagu yang
memohon penyertaan Tuhan bagi saudara-saudara seiman. Semua sibuk
ingin cepat pulang. Ini adalah kelemahan kita sebagai jemaat dalam gereja : bernyanyi
namun tidak mendapat makna lagu; tidak menghayati lagu pujian kepada Allah
(bahkan dalam pemandangan saya, ada jemaat yang dari awal ibadah hingga selesai
dia tidak ikut bernyanyi satu kalipun!). Ini adalah suatu kerugian yang sangat besar bagi jemaat!
Mari
kita belajar dan melatih diri serta meminta hikmat dari Roh Kudus untuk
menajamkan pikiran kita terhadap perenungan akan lagu yang kita nyanyikan dalam
gereja. Lagu apapun itu. Dengan demikian, kita akan
mampu memaknai dan merenungi kasih Tuhan dalam setiap lagu. Kita akan mampu
memaknai dan merenungi apa yang harus kita lakukan untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
Kita akan mampu memaknai dan merenungi segala maksud Tuhan dalam tiap pujian
kepada-Nya, dan kita akan mampu mempersembahkan pujian indah yang menyenangkan
hati Tuhan.
Sebentar lagi
kita akan meninggalkan tahun 2025. Kita akan memulai tahun yang baru, tahun
kerja yang baru, tahun pelayanan yang baru dan perjalanan yang baru. Tentu doa
dan harapan yang baik akan kita naikkan kepada Tuhan bagi diri kita. Namun kali
ini, kita belajar dari himne Kristen ini bahwa : hendaknya kita juga peduli
kepada orang lain. Hendaknya kita tekun mendukung sesama kita dalam segala doa
syafaat kita agar Tuhan selalu menyertai. Inilah bukti kasih kita kepada
mereka. Saat kita mendoakan diri kita yang sedang sakit, marilah kita juga
meminta perlindungan Tuhan bagi sesama yang sakit. Saat kita mendoakan diri
kita yang sedang bergumul dalam pekerjaan, marilah kita juga meminta
pertolongan Tuhan bagi sesama kita yang sedang ada dalam kesulitan pekerjaan /
kesulitan mencari kerja. Saat kita mendoakan diri kita yang sedang ada dalam
pelayanan, marilah kita juga meminta Tuhan untuk mendukung pelayanan
rekan-rekan kita. Saat kita meminta penyertaan Tuhan untuk diri kita, marilah kita
juga meminta penyertaan Tuhan untuk sesama kita. Inilah doa syafaat kita sebagai teladan dari Kristus, sebagai bagian
dari cara hidup orang Kristen.
Sebagai penutup
perenungan ini, saya membayangkan suatu hal saat menulis bagian ini: ada seorang beriman yang
meninggal dalam Tuhan; saat jiwanya membumbung tinggi ke Sorga, dia menatap ke
bumi kepada sesama umat Tuhan yang dikenalinya, lalu mulai menyanyikan “Tuhan
Allah beserta engkau, sampai bertemu kembali…” dengan satu harapan : semoga
saudara-saudaraku seiman yang masih ada di bumi, selalu disertai oleh Tuhan
sehingga suatu saat nanti dapat bertemu kembali di bawah kaki Kristus, bukan
dalam peribadatan di bumi, melainkan dalam Kerajaan Sorga. Ah betapa indahnya!
Tuhan Allah
beserta engkau, suatu lagu sederhana yang kadang kita remehkan, namun sesungguhnya
memiliki makna yang sangat dalam bagi kita. Mari kita belajar, untuk mendoakan
orang lain, untuk rindu akan hadirat Allah yang kudus, untuk memaknai setiap
rencana Tuhan dalam hidup kita dan hidup orang lain, dan belajar untuk
mempersembahkan pujian yang terbaik bagi Allah.
Tuhan Allah
besertamu, saudaraku!
Saya merekomendasikan teman-teman mendengarkan lagu ini dalam beberapa versi yang indah :
Versi Jim Reeves : https://www.youtube.com/watch?v=gdjJlz8sQfM&list=RDgdjJlz8sQfM&start_radio=1 (ini favorit saya)
Versi Victor Hutabarat : https://www.youtube.com/watch?v=rAng8YL_uDE&list=RDrAng8YL_uDE&start_radio=1 (ini juga favorit saya)
Versi koor himne yang menenangkan : https://www.youtube.com/watch?v=GZHrtHdbdOE&list=RDGZHrtHdbdOE&start_radio=1


