Sabtu, 30 Desember 2023

EBEN-HAEZER SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA (Renungan kunci tahun)

 



EBEN-HAEZER SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA 

(Renungan kunci tahun) 


Memulai renungan ini, ijinkan saya mengatakan  : “EBEN-HAEZER : SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA!” (1 Sam. 7:12). Ya, kita sudah sampai disini. Di usia keberapakah anda tahun ini? 17 tahun? 20 tahun? 30 tahun? 40 tahun? Berapapun itu, sampai di sini Tuhan menolong kita. Apa yang sudah anda dan saya lewati? Suka, duka, sakit, sehat, miskin, kaya, jatuh dalam cobaan, menang atas cobaan, di darat, di laut, di udara, di rumah, di jalan, di kantor, di pembaringan, dalam doa, dalam kerja, tetaplah itu “EBEN-HAEZER : SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA!”.

Jika memandang ke belakang, berapa banyak yang sudah kita lewati? Berapa panjang jalan curam berbatu dan berduri kita hadapi? Berapa jauh jalan berliku dan jalan lurus kita lewati? Saat kita sudah sampai di sini dan melihat ke belakang, kita dapat berkata “EBEN-HAEZER : SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA!”, entah itu dengan tersenyum lebar penuh sukacita ataupun dengan tangis penuh haru karena mengingat pertolongan Tuhan sepanjang jalan itu. Sama seperti Samuel yang sadar bahwa keberadaannya bersama bangsa Israel sampai saat itu, itu semata hanya karena pertolongan Tuhan, dan bukan karena kehebatan mereka.  Demikian juga kita mesti sadar, bahwa jika kita masih ada sampai saat ini, itu semua karena pertolongan Tuhan. Dalam tahun-tahun rahmat-Nya, Tuhan menolong saat kita tersenyum waktu suka, Tuhan menolong saat kita menangis karena duka. Tuhan menolong saat kita terkapar sakit, Tuhan menolong saat kita meloncat waktu sehat. Tuhan menolong saat kita merogoh kantong kosong, Tuhan menolong saat lumbung kita melimpah. Tuhan menolong saat kita terpuruk karena dosa, Tuhan menolong saat kita berdiri tegap waktu menang atas cobaan. Perhatikan apa yang dikatakan Raja Daud dalam Mazmurnya :


Mazmur 124:8 “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”


Jika merenungkan itu semua dan jika kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rom.8:28), maka kita akan berkata dengan mantap : Tuhan adalah gembalaku (Maz.23), Tuhanlah gunung batuku (Maz.18:47), Tuhanlah perlindunganku dan kubu pertahananku (Maz.91:2), Tuhanlah pertolonganku (Maz.121:2), Sang Imanuel (Mat.1:23).

Namun, jika menenungkan kalimat “sampai di sini”, apakah hanya sampai disini saja pertolongan Tuhan? Jika baru sampai di sini, berarti ini bukanlah titik akhir perjalanan kita, karena masih ada perjalanan selanjutnya yang akan kita lalui. Jalan yang lebih banyak ujian, cobaan, lebih banyak suka, lebih banyak duka, lebih banyak keberhasilan, lebih banyak kegagalan, lebih banyak doa, lebih banyak kerja keras, lebih banyak kekalahan, lebih banyak kemenangan. Usia bertambah, menjadi tua, sakit dan meninggal. Namun dalam itu semua, nyatalah firman Tuhan : “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:19). Jika kita melihat tahun – tahun ke belakang, adakah Allah lalai? Adakah penyertaan-Nya tidak sempurna? Adakah kasih-Nya berkurang? Adakah setia-Nya hilang? Jika Allah menolong kita dengan sempurna, maka dalam perjalanan selajutnya, penyertaan-Nya tetap sama dan tidak berubah, karena Allah tidak pernah berubah. Dia Allah yang memelihara Abraham, Ishak dan Yakub. Dia Allah yang memelihara Israel di gurun. Dia Allah yang menguatkan dan memulihkan Ayub. Dia Allah yang sama sampai saat ini, bahkan sampai selama-lamanya tidak berubah, dari kekal sampai kekal. Tahun-tahun kemarin, hari ini, dan hari esok ada dalam penyertaan Allah. Jika kita masih sampai di sini, maka itu tandanya Allah masih mengijinkan kita untuk melanjutkan perjalanan kita, sampai batas waktu yang Dia telah tentukan, dan janji-Nya tetap dan abadi : “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Jika telah tiba saatnya Allah berkata cukup pada perjalanan kita (ataupun kepada orang-orang yang kita kasihi), maka itu bukanlah akhir dari perjalanan kita, karena kita akan melanjutkan perjalanan dalam kekekalan, menanti kebangkitan daging, menjadi serupa dengan Kristus, melihat takhta Allah, bermazmur tak henti di Sorga yang mulia bersama orang-orang kudus lainnya, menatap wajah Yesus dan kemuliaan Allah, dan kebahagiaan yang tak terhingga (Charles H. Spurgeon - Morning and evening : Daily readings). Siapakah yang tahun ini menerima duka? Hendaklah dia merenungkan ini : kematian bukan akhir dari segalanya bagi orang beriman!

Kuatkanlah hati, hai orang-orang beriman! Dengan hati percaya dan penuh syukur katakanlah : “EBEN-HAEZER : SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA!” sebab : DIA YANG SAMPAI SAAT INI TELAH MENOLONGMU, AKAN MEOLONGMU SEPANJANG PERJALANANMU, BAHKAN SAMPAI AKHIR. Janganlah kuatir, Tuhan itu ada. Selamat melanjutkan hari-harimu, selamat menyongsong tahun rahmat Tuhan yang baru. Jika Allah sudah setia kepada kita, maka setialah kepada-Nya sebagai Tuhan, Raja dan Penguasa tunggal hidup kita. Satu lagu lama mengatntarkan kita memasuki tahun rahmat Tuhan yang baru dan penuh berkat :


Jangan kamu takut, Aku adalah

Itu Tuhan janji, biar ingatlah

Itupun b’ri hibur, kalau tak senang

Lagipun b’ri kuat

Bila engkau masuk p’rang

Reff :

Hai tidak pernah

Hai tidak pernah

K’lak Ia tinggalkan dikau

Bahkan tiada pernah

Hai tidak pernah

Hai tidak pernah

K’lak Ia tinggalkan dikau

Bahkan tiada pernah


Sekali lagi marilah  untuk kembali berkata : “EBEN-HAEZER : SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA!”

AMIN

Minggu, 24 Desember 2023

ALLAH TURUN TANGAN (sebuah renungan natal)



Saat zaman purba, manusia pertama sudah tidak taat kepada Allah. Ketidaktaatan Adam dan Hawa diperhitungkan sebagai dosa dan pemberontakan di mata Allah. Dosa membawa keterpisahan antara Allah dan manusia, karena Allah itu suci dan tidak bisa bersatu dengan dosa. Keterpisahan itu menyebabkan manusia mati rohani, tepat seperti apa yang telah Allah katakan kepada manusia.


Kej. 2:17 : tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

 

Dosa membuat manusia terpisah dan terbuang dari hadapan hadirat Allah. Dalam dosa, manusia sedang berada dalam ketidakpastian akan keselamatan dan sedang berjalan dalam kegelapan dan menuju kebinasaan. Dosa merasuk ke dalam segala aspek hidup manusia, dan membuat manusia hanya ingin berbuat kejahatan. Hati manusia cenderung untuk terus melakukan dosa.

 

Kej. 6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,

 

Kej. 6:12 Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.

 

Dalam keberdosaan, manusia mencoba mencari Allah. Kekosongan dalam hati dan jiwa manusia, membuat manusia mencari akan Allah, melalui doa, ibadah, mezbah dsb.

 

Kej. 4:26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.

 

Apakah dengan mencari Allah, manusia sudah memperkenankan hati Allah? Apakah ritual ibadah, mezbah korban bakaran, amal budi baik dsb dapat memperdamaikan manusia dengan Allah? Tentu tidak. Manusia tetap kotor di hadapan Allah, dan diperhitungkan sebagai yang berdosa.


Yes. 64:6. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

 

Jika ibadah dan kesalehan manusia saja diperhitungkan seperti kain kotor, dengan apakah manusia dapat diperdamaikan dengan Allah? Dalam hal ini, manusia tidak berdaya. Manusia sudah mati karena dosa. Dimanakah mayat yang dapat mengusahakan keselamatan dirinya? Dosa merasuk sampai ke dalam aspek hidup manusia, sampai ke titik terkecil dalam hidup manusia. Manusia berada dalam kondisi berbahaya dan mengerikan. Dosa merupakan akar dari segala masalah, kerusakan dan kejahatan di dalam dunia, dan manusia tidak mampu mengatasinya. Dalam ketidak berdayaannya, manusia sedang berjalan menuju neraka, maut yang kekal.

 

Bersyukurlah, bahwa Allah tidak membiarkan manusia terus berada dalam kebimbangan dan ketidak pastian akan keselamatan. Allah tidak membiarkan manusia terus berjalan dalam kegelapan menuju kebinasaan, namun Allah ada dan Dia turun tangan mengatasi masalah itu. Dari tempat maha tinggi dan dari dalam kekekalan, Allah telah merencanakan suatu karya keselamatan bagi manusia, bahkan mengenai hal itu telah Dia nubuatkan sesaat setelah manusia pertama jatuh dalam dosa.

 

Kej. 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

 

Inilah nubuat pertama dalam Kitab Suci mengenai misi penyelamatan yang akan Allah kerjakan. Nubuat ini keluar langsung dari mulut Allah tanpa perantaraan para nabi. Setelahnya, nubuat-nubuat selanjutnya di berikan Allah melalui para nabi, dan diteruskan kepada manusia agar manusia tahu : Allah tidak tinggal diam akan kondisi manusia.

Manusia sudah berjalan dalam kegelapan, namun Allah menegaskan : Dia akan menyelamatkan manusia dari kegelapan dosa, dan terang keselamatan akan terbit bagi manusia


Yes. 9:1 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.

 

Terang itu kan dibawa oleh Allah sendiri, dan terang itulah yang akan membawa manusia keluar dari dalam kegelapan dosa.


Mengapa Allah harus turun tangan? Seperti yang sudah dikatakan di atas, manusia tidak mampu mengusahakan keselamatannya sendiri. Menyelesaikan maslah dosa bukan hanya dengan sekedar meminta ampun pada Tuhan. Lagipula, manusia sudah mati dan tidak berdaya, dan dosa membuat manusia tidak lagi menginginkan Allah. Manusia membutuhkan seorang penyelamat - seorang Juruselamat, dan yang mampu melakukan itu hanyalah Allah. Mengapa hanya Allah yang mampu melakukannya? Karena hanya Dialah satu-satunya pribadi yang tidak berdosa. Namun sesungguhnya, Allah tidak harus mengerjakan hal ini. Allah tidak harus bertanggung jawab untuk menyelamatkan manusia, karena manusia yang berdosa, manusia pula yang harus bertanggung jawab. Namun mengapa Allah mau melakukannya? Semua hanya karena kasih karunia Allah.

 

Bagaimana Allah melakukan karya penyelamatan ini? Dengan cara menebus dosa manusia. Menebus berarti : membayar hutang dosa yang harusnya dibayar oleh manusia. Manusia berhutang kepada Allah, dan Allah sendiri bersedia melunasi hutang itu, karena Dia tahu : manusia tidak mampu membayar hutang dosanya. Manusia akan masuk neraka, binasa selama-lamanya.

 

Jika demikian, bagaimana Allah melunasi hutang dosa tersebut? Allah melunasi hutang dosa dengan cara : Dia menjadi manusia. Allah Bapa mengutus Allah Anak untuk menjadi manusia dan turun ke dalam dunia. Ya, Allah menjadi manusia.

 

Yoh. 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak- Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

 

Mengapa Allah harus menjadi manusia untuk bisa membayar hutang dosa manusia? Jawabannya adalah: karena yang berhutang adalah manusia. Allah tidak bisa menjadi penebus jika Dia tetap dalam rupa Allah dan tidak menjadi manusia. Maka dari itu Dia menjadi manusia, dan dalam manusia Yesus segala hutang dosa manusia dari zaman Adam hingga akhir zaman dipikul dan ditebus dengan lunas dan tuntas di atas kayu salib. Tidak ada yang tersisa, semua lunas, semua selesai.

 

Yoh. 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

 

Mari sejenak kita membayangkan : apa jadinya jika Allah tidak turun tangan? Jika Allah tidak turun tangan, maka saya dan saudara sedang berada dalam suatu kondisi berbahaya : binasa kekal. Neraka bukanlah hal main-main. Neraka adalah keterpisahan selamanya dengan Allah. Neraka adalah murka Allah yang menyala-nyala yang siap menghanguskan segala manusia berdosa. Neraka adalah mati kekal. Neraka adalah siksaan kekal tanpa henti, tanpa istirahat.

 

Wah. 14:11 Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama- lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya."

 

Bersyukurlah bahwa Allah kita bukanlah Allah yang berpangku tangan membiarkan manusia mengusahakan keselamatannya sendiri. Dia adalah Allah yang mau turun tangan menyelesaikan masalah dosa yang tidak terselesaikan, sehingga manusia dapat diselamatkan.

 

Jika demikian Allah telah bekerja habis-habisan demi kita, bagaimana respon kita akan itu? Kitab suci mencatat : manusia diselamatkan semata-mata hanya oleh karena iman kepada Yesus Kristus.

Kis. 16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."

 

Mengapa harus percaya kepada Tuhan Yesus? Pertama, karena Dialah yang telah menebus dosa kita. Kedua, karena Yesus telah ditentukan untuk menjadi jalan pendamaian antara Allah dngan manusia (Rom.3:25). Ketiga, karena Dia telah mejadi wakil kita di hadapan Allah sebagai Manusia yang telah taat kepada Allah secara sempurna, dan ketaatanNya itulah yang menyelamatkan kita. Jika seseorang tidak percaya kepada Yesus, maka tidak ada yang mewakilinya di hadapan Allah, dan dia harus menanggung akibat dari segala ketidaktaatannya. Saat seseorang percaya kepada Yesus, maka segala ketaatan Yesus diperhitungkan dalam dirinya, dan dia dibenarkan oleh Allah. Itulah sebabnya, hanya iman kepada Yesus sajalah yang dapat menyelamatkan manusia.

 

Rom. 4:5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.


Natal bukanlah sebuah perayaan biasa. Natal adalah suatu masa perenungan : siapakah aku ini, sehingga Allah mau turun ke dalam dunia yang rendah demi menyelamatkanku? Jika mengingat segala dosa dan pemberontakanku yang menyakiti hati-Nya, mengapa Allah masih mau memberikan jalan keselamatan itu bagiku? Jika mengingat segala dosa dan pemberontakanku yang begitu banyak bahkan sejak dari dalam kandungan, apa jadinya hidupku ini jika Allah tidak turun tangan? Jika Kristus tidak datang, dengan apakah aku menuju kepada Bapa di Sorga?


 Syukur kepada Allah, Dia mau turun tangan. Syukur kepada Allah. Selamat hari Natal.

Amin.

Rabu, 20 Desember 2023

DAMAI YANG SEJATI (MAZMUR 62:2)

 



DAMAI YANG SEJATI

Mazmur 62:2

Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.

 Damai. Kata yang sudah sering didengar oleh kita diberbagai kesempatan. Saking sering didengar, kata “damai” seperti kehilangan makna. Padahal, perasaan damai adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh semua orang, bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, perasaan damai itu sendiri tidak dimiliki oleh semua orang. Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan rasa damai dalam hidupnya. Segala cara dilakukan oleh beberapa orang untuk bisa merasakan damai dalam hari hidupnya, mulai dengan mengumpulkan uang yang banyak dengan harapan uang dapat mendatangkan rasa damai baginya; ada juga yang pergi berlibur ke tempat-tempat yang indah untuk mencari rasa damai di hati dan pikiran; ada juga orang yang mencari rasa damai dengan mengonsumsi obat penenang sampai obat-obatan terlarang dengan harapan, pikiran dan hari mereka bisa tenang.

 

Bagi kita yang mungkin hari ini merasa biasa-biasa saja serta tidak merasakan kesulitan yang berarti dalam menjalani hari, mungkin kata “damai” atau perasaan damai terkesan sebagai sesuatu yang sepele. Padahal, kehilangan rasa damai bisa berakibat fatal bagi seseorang atau sekelompok orang. Kehilangan rasa damai bisa membuat orang menjadi stres, menjadi jahat, kacau, tidak berpikir jernih, depresi bahkan sampai bunuh diri. Tanpa ada rasa damai di dalam hati, masalah kecil bisa menjadi masalah yang sangat besar. Tanpa ada rasa damai di dalam hati, segala problem menjadi tidak ada jalan keluar. Maka janganlah kita terkejut jika ada kita mendengar berita : ada orang yang bunuh diri karena putus cinta; ada orang yang membunuh anaknya karena tidak mampu membeli makan; ada orang yang kaya raya dan banyak uang namun tidak bisa tidur. Bagi kita mungkin masalah-masalah di atas hanyalah masalah sepele yang bisa kita atasi, namun bagi mereka yang kehilangan rasa damai, masalah itu sangatlah berat dan tidak terpikul oleh mereka, sehingga akhirnya memutuskan untuk bertindak fatal.

Beberapa waktu belakangan ini, saya sering membaca berita tentang maraknya kasus bunuh diri dikalangan remaja hingga pemuda, khususnya mahasiswa. Ada yang mengakhiri hidup karena gagal wisuda, ada yang mengakhiri hidup karena tidak mampu membayar uang kuliah, ada yang mengakhiri hidup padahal beberapa jam lagi akan diwisuda, ada yang mengakhiri hidup karena dilarang bermain HP oleh ibunya. Beberapa tahun lalu, ada seorang laki-laki paruh baya yang bekerja sebagai PNS yang nekat bunuh diri karena putus cinta. Saat membaca berita-berita ini, saya berpikir : “selemah itukah mental kalian? Mengapa harus bunuh diri, padahal masalah kalian hanyalah masalah sepele; bukankah ada masalah lain yang lebih berat daripada hanya sekedar putus cinta, gagal wisuda dsb?” Dalam perenungan akan kejadian-kejadian tersebut, saya akhirnya menemukan jawabannya saat membaca Mazmur Daud ini : betapa pentingnya parasaan damai dalam hidup ini. Masalah-masalah yang saya anggap sepele akan  menjadi masalah besar dan berat apabila tidak ada rasa damai dalam hidup. Inilah sebabnya, Raja Daud mengkhususkan satu Mazmur mengenai perasaan damai.

Daud mengerti betapa pentingnya rasa damai dalam hidup. Dalam hidupnya, Daud telah mengalami begitu banyak masalah : menjadi buronan Raja Saul, rumah tangga berantakan, anak yang saling bunuh, anak yang memberontak dan berencana melakukan kudeta, serangan-serangan dari musuh disekelilingnya, sampai masalah dosanya terhadap Tuhan dalam kasus pembunuhan Uria dan perzinahannya dengan Betsyeba (bagi saya, masalah Daud yang paling berat adalah masalah dosanya terhadap Tuhan). Namun, seberat-beratnya masalah itu, Daud tidak depresi dan bunuh diri layaknya orang-orang. Dalam hatinya tetap ada damai yang menenangkan hatinya, menjernihkan pikirannya, dan mengatur langkahnya. Darimana damai itu berasal? Hartanya? Kerajaannya? Kekuasaan dan kemasyurannya? Tidak. Inilah kesaksian Daud mengenai damai itu :

Mazmur 62:2 : Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku

Daud mendapatkan rasa tenang / damai karena dia dekat dengan Allah. Kehadiran Allah sebagai Tuhan, Penguasa hidup, Raja, Gembala dan Sahabat dalam hidupnya membuat Daud menjadi tetap tenang dan damai di tengah segala kesulitan hidup yang ada. Daud mampu bertahan menghadapi itu semua semata-mata hanya karena dia dekat dengan Tuhan.

Dekat dengan Tuhan adalah kunci bagi kita untuk menjalani hidup yang penuh pergumulan dan tantangan. Dekat dengan Tuhan akan mendatangkan damai yang sejati dan abadi, yang membuat kita tetap kuat dan bertahan. Jika dekat dengan Tuhan mendatangkan ketenangan dan kedamaian, maka kebalikannya : hidup jauh dari Tuhan /  tanpa Tuhan tidak akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Saat seseorang dekat dengan Tuhan dan masalah datang menghadang, maka Tuhan akan memberi kekuatan dan jalan keluar atas masalah tersebut. Itulah sebabnya orang percaya selalu mampu bertahan atas segala masalah

1 Kor. 10: 13 : Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Ayat ini menjadi bukti dan suatu janji yang menyatakan bahwa : orang percaya tidak akan pernah bunuh diri. Mengapa? Karena Tuhan mengijinkan masalah terjadi namun tidak melebihi kekuatan kita yang artinya : kita akan mampu memikulnya. Jika kita hanya mampu memikul 10 kilogram, maka Tuhan tidak akan pernah memberi 11 kilogram. Saat kita merasa terlalu berat, ingatlah : bukan kita yang tahu kapasitas kita dalam memikul beban, tapi Tuhan yang tahu (dan ingat : kekuatan untuk memikul beban itu juga diberikan oleh Tuhan!). Selanjutnya dikatakan : Tuhan akan memberi jalan keluar. Seterjepit apapun hidup ini, selalu ada jalan keluar. Mengetahui akan hal-hal inilah yang membuat kita mampu untuk tenang dan tetap merasa damai; dan kita hanya akan mendapatkan hal-hal ini jika kita dekat dengan Tuhan. Jika demikian, apakah orang yang bunuh diri tidak dekat dengan Tuhan? YA! Karena saat mereka mengalami masalah, tidak ada yang menguatkan mereka, tidak ada yang memberi jalan keluar sehingga mereka merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar sehingga akhirnya mengakhiri hidup. (saat kita berkata seperti ini, banyak orang yang merasa kita menghakimi mereka yang bunuh diri dengan menilai bahwa mereka tidak dekat dengan Tuhan. Namun nayatanya memang demikian! Kita tidak bisa memungkiri hal ini…)

Berbicara mengenai “Damai Sejati”, apakah ada damai yang tidak sejati? Ada. Damai yang tidak sejati atau damai yang semu diciptakan atau didapatkan orang dari hal-hal yang dirasakan data membawa ketenangan dan kedamaian. Contohnya : uang, alkohol, obat penenang, narkoba, tempat-tempat hiburan dsb. Namun, apakah itu semua mampu memberi damai? Tidak! Itu semua  hanya memberi damai palsu; damai yang semu, bukan damai yang sejati yang tinggal tetap, sehingga saat damai itu hilang, mereka akan depresi. Kita tentu pernah mendengar, begitu banyak musisi yang kaya raya pada akhirnya bunuh diri karena depresi. Banyak musisi / artis yang mencari ketenangan dari obat-obatan dan alkohol namun justru kedua hal inilah yang membawa mereka kepada maut. Sungguh ketenangan dan damai yang sejati hanyalah dari Tuhan saja.

Jika demikian pentingnya dekat dengan Tuhan, bagaimana caranya agar kita dekat dengan Tuhan? Alkitab mencatat demikian : Hidup bergaul dengan Allah (Kej.5:22; Kej. 6:9). Bagaimana caranya bergaul dengan Allah?

1.      Mendengar Allah berkata-kata kepada kita

Abraham selalu mendengar Tuhan berbicara kepadanya. Dalam setiap perjalanan kehidupannya, Tuhan selalu berbicara dengan dia. Dalam perbincangan itu, berisi : janji Tuhan yang menguatkan Abraham (bdk. Kej.17:1-8); isi hati dan rencana Tuhan (bdk. Kej. 18:17-21). Jika waktu itu Tuhan berbicara langsung dengan Abraham, maka saat ini Tuhan berbicara kepada kita melalui FirmanNya (Alkitab, khotbah-khotbah dari hamba-hamba Tuhan dan dari segala tempat dimana kita bisa mendengar Firman Tuhan) dan melalui FirmanNya, Allah selalu menguatkan kita dan memberi damai dan ketenangan dalam hati kita.

2.      Berbicara kepada Allah

Abraham dalam kerendahan hatinya selalu akrab dengan Tuhan, berbicara seperti kepada seorang sahabat. Apapun yang ada dipikiran Abraham, apa yang dia rasakan, apa yang ada dihatinya selalu dia ungkapkan di hadapan Tuhan, dan Tuhan selalu mendengar. Inilah yang kita sebut debagai doa. Tuhan Yesus sendiri saat menjadi manusia, selalu berdoa sebelum memulai pelayananNya. Bahkan sebelum Dia menghadapi penderitaan, Dia berdoa kepada Allah sehigga Dia diberi kekuatan untuk menghadapi itu semua. Kitapun demikian, kita dapat mencurahkan segala isi hati kita kepada Allah sebagai Tuhan kita, Bapa kita, Sahabat kita. Dengan begitu, kita merasa lega dan mendapatkan damai serta ketenangan saat kita mencurahkan semua isi hati dan pergumulah kita kepadaNya lewat doa.

Yudas dan Petrus adalah dua orang yang menjadi contoh bagaimana kehadiran Tuhan dalam hidup mejadi suatu hal utama yang menentukan bagaimana kita mampu bertahan dalam menghadapai persoalan. Mereka berdua sama-sama melakukan kesalahan besar menjelang kematian Yesus; namun kita melihat : Petrus mampu bangkit dari masalah tersebut dan dipulihkan Tuhan, sedangkan Yudas tidak pernah bangkit dari keterpurukan, depresi dan bunuh diri (padahal dari segi masalah dosa, mereka berdua sama). Apa yang membedakan mereka berdua? Yang membedakan ialah : Petrus percaya kepada Tuhan Yesus sedangkan Yudas tidak. Petrus datang kepada Tuhan dan dipulihkan, sedangkan Yudas tidak datang kepada Tuhan, mencoba menghadapi masalah itu sendriri sehingga merasa tidak kuat, tidak ada jalan keluar, depresi dan akhirnya bunuh diri.

Orang-orang yang tidak merasa tenang dan damai dalam hati akan merasa depresi saat tidak  mendapat kelegaan dari masalah. Kemanapun mereka mencari, mereka tidak akan mendapatkan kelegaan dan kedamaian, karena mereka tidak mencurahkannya kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata :

Mat.11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Saat datang kepada Tuhan dan dekat denganNya lewat pembacaan / pendengaran akan Firman Tuhan dan dalam doa, maka Tuhan telah menjamin : kita akan diberi kelegaan dari segala sesuatu beban berat yang membuat kita menjadi letih lesu. Karena itulah : marilah kita dekat dengan Tuhan karena tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita. Apapun masalah kita, hanya Tuhan yang mampu memberi jalan keluar; hanya Dia yang mampu memberi kita ketenangan dan kedamaian sejati agar kita  tahan menghadapi segala sesuatu.

Satu buah lagu lama akan mengantarkan kita menutup renungan ini :

Kala kucari damai
Hanya kudapat dalam Yesus
Kala kucari ketenangan
Hanya kutemui dalam Yesus

Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku

Bersama Dia hatiku damai
Walau dalam lembah kekelaman
Bersama Dia hatiku tenang
Walau hidup penuh tantangan

Tak satu pun dapat menghiburku
Tak seorang pun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku

AMIN

Selasa, 31 Oktober 2023

GMIT DAN TUJUH JEMAAT DI ASIA KECIL (Wahyu pasal 2 & 3)

 



Tulisan ini saya buat tepat pada saat perayaan 504 tahun Reformasi Gereja dan 74 tahun Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Dalam pertumbuhan sebagai salah satu umat Kristen Protestan yang berada dalam naungan GMIT, saya selalu menganggap GMIT sebagai “ibu”. GMIT adalah sebagai “ibu” yang mengajarkan umat yang bernaung di dalamnya mengenai Injil Kristus. Saya bertumbuh dan mengenal akan kebenaran Kitab Suci  dalam naungan GMIT, baik melalui sekolah Minggu, Katekasasi, ibadah pemuda, ibadah rumah tangga, juga ibadah Minggu. Ya, saya percaya bahwa Allah menempatkan saya dan semua umat Protestan yang bernaung dalam GMIT untuk mengenal akan Dia dan segala kebenaran FirmanNya.

Dalam perjalanannya hingga berumur 74 tahun, GMIT telah mengalami banyak kejadian yang menempanya sebagai Gereja yang eksis dalam sejarah kekristenan dunia. Apa yang dialami GMIT sama dengan apa yang dialami oleh tujuh jemaat di Asia kecil yang menerima surat dari Rasul Yohanes. Apa saja kejadian-kejadian itu?

1. Dirong-rong oleh “takhta iblis” dan ajaran sesat (Wah.2:13-15, 2:20). Dalam perjalanannya, bukan hanya sekali saja GMIT diserang oleh ajaran sesat berupa Saksi-saki Yehuwa, Sabelianisme, kontroversi LGBT serta paham Liberalisme yang merong-rong mimbar Gereja – membiarkan orang yang percaya kepada “Kristus yang lain” naik ke atas mimbar - serta ajaran-ajaran sesat lainnya yang bertentangan denga Kitab Suci. Ajaran-ajaran sesat ini bukan hanya berasal dari luar, namun juga datang dari dalam Gereja baik dari kalangan jemaat bahkan dari atas mimbar Gereja baik berupa ajaran-ajaran maupun keputusan-keputusan kontroversial yang diambil, padahal mimbar Gereja harusnya menjadi sumber yang paling kuat dalam memberitakan kebenaran. Inilah yang dikatakan dalam surat Yohanes sebagai jemaah Iblis (Wah.3:9). GMIT sebagai ibu disakiti, dicemari dan dinodai bukan hanya dari luar, tetapi juga oleh anak-anak yang dibesarkannya dalam kebenaran Firman Tuhan.  Sebagai umat Allah yang mengetahui kebenaran, sebagai anak yang mencintai ibunya, bagaimana seharusnya kita merespons akan hal ini?

  • Jangan menjadi sesat! Jangan mengikuti ajaran sesat yang menjadi penyakit yang mengerogoti Gereja. Sebaliknya, tetaplah berpegang kepada segala perkataan Kristus (Kolose 3:16; Wahyu 2:24-25). Jangan mundur dari ajaran mula-mula yang telah ditetapkan Kristus. Bagaimana kita bisa tetap berpegang kepada segala perkataan Kristus? Tentu dengan terus rajin belajar dan terus menyelidiki Firman Tuhan dalam kehidupan kita, merenungkan siang dan malam dan melakukannya dalam kehidupan. Perlu juga menguji setiap ajaran yang datang kepada kita, apakah itu sesuai dengan Alkitab atau tidak (1 Yoh.4:1), karena tidak semua ajaran, tidak semua pengajar dan tidak semua keputusan yang diambil dalam Gereja itu berasal dari Allah dan sesuai apa kata Kitab Suci. Pakailah Firman Tuhan untuk menyelidiki, menyaring setiap ajaran, perkataan, setiap keputusan yang diputuskan dalam Gereja. Mengenai hal ini, kembali lagi : terus rajin belajar dan terus menyelidiki Firman Tuhan dalam kehidupan kita agar kita mampu menguji setiap ajaran yang datang kepada kita. Umat GMIT janganlah menjadi sesat.
  • Janganlah sabar akan kesesatan dan para jemaah Setan (Wah.2:2). Tetaplah berjerih payah untuk melawan akan segala kesesatan iblis, jangan membiarkan kesesatan merasuki Gereja dari luar maupun dari dalam, dari kalangan umat maupun dari atas mimbar sekalipun, karena Allah mencela umat yang apatis dan diam saja terhadap penyesatan yang terjadi dalam Gereja seperti Dia mencela jemaat Pergamus (Wah.2:14-15) dan jemaat Tiatira (Wah.2:20). Ketidak-sabaran akan kesesatan seperti inilah yang membuat Martin Luther oleh kuasa Roh Kudus berani melawan Gereja Katolik yang melakukan praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, sehingga dia menulis 95 dalil melawan praktik-praktik yang dilakukan Gereja Katolik dan akhirnya mengembalikan Gereja kepada ajaran mula-mula yang sesuai Alkitab. Allah memuji jemaat di Efesus karena hal serupa, dimana mereka tidak sabar terhadap ajaran sesat dari para rasul palsu. Karena itu demikianlah kita sebagai umat Kristen Protestan yang bernaung dalam GMIT juga harus melakukan apa yang dilakukan oleh umat di Efesus dan juga Luther. Umat GMIT janganlah sabar terhadap segala bentuk kesesatan dalam Gereja.

2. Hilangnya kasih yang semula (Wah.2:4) Fenomena murtadnya umat GMIT di beberapa daerah pedalaman menjadi sorotan yang akrab bagi kita akhir-akhir ini. Apa yang menyebabkan mereka murtad? Paksaan kah? Siksaan kah? Tidak. Kemurtadan itu terjadi karena perut yang lapar, keinginan untuk sekolah yang terhambat dan kesejahteraan yang rendah. Disaat umat GMIT yang berkecukupan (bahkan berkelebihan) tidak hadir bagi mereka disaat mereka membutuhkan itu semua, hadirlah para pendakwah yang menghadiahkan makanan, kesejahteraan dan kesempatan sekolah bagi anak-anak mereka. Disaat umat GMIT berlomba-lomba membangun gedung Gereja yang megah di perkotaan, banyak saudara sesama umat GMIT di pedalaman yang lapar, tidak sejahtera bahkan  buta huruf. Perbandingan terbalik antara kemewahan bangunan Gereja perkotaan dan kemiskinan umat di pedalaman menggambarkan betapa apatisnya umat maupun para pejabat organisasi GMIT yang ada di perkotaan terhadap umat yang ada di pedalaman. Ketidakpedulian ini mungkinkah disebabkan oleh hilangnya kasih yang semula? Jika benar demikian, maka Allah mencela kita akan hal itu. Dalam menanggapi fenomena murtadnya umat GMIT di beberapa daerah pedalaman, sebagai seorang Kristen yang mengetahui akan tugas penginjilan saya tidak sedikitpun menyalahkan para pendakwah yang memurtadkan umat Kristen pedalaman. Para pendakwah itu hanya menjalankan tugas mereka sebagai umat beragama yaitu : menyebarkan agama dan berdakwah (walau diakui, dakwah mereka juga dibungkus dengan cara-cara ccurang seperti iming-iming imbalan dll). Dalam Negara ini, tidak ada larangan bagi siapapun untuk berdakwah ataupun menginjili (walaupun dalam praktiknya, umat Kristen selalu dilarang untuk menginjili di beberapa tempat di negara ini). Sebagaimana kita menginjili, demikian pula mereka berdakwah. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Jika demikian, mengapa kita marah saat mereka berdakwah dan berhasil meng-islam-kan umat Kristen di pedalaman? Bukankah ini semua terjadi karena sikap apatis kita diperkotaan? Bukankah organisasi besar GMIT yang justru abai terhadap mereka di pedalaman, padahal seharusnya Gereja hadir untuk melayani mereka yang tidak mampu? Bukankah Diakonia merupakan tugas Gereja?  Bukankah kita yang terlalu sibuk membangun gedung Gereja yang megah di kota, tanpa peduli bahwa mereka di pedalaman membutuhkan beras, bahan bangunan bahkan kesempatan untuk sekolah? Bukankah kita yang telah kehilangan kasih yang semula? Ingatlah bahwa sebagai umat Kristen Protestan, kita berada dalam satu naungan yaitu GMIT yang menjadi ibu yang mempersatukan kita menjadi milik Kristus, yang menjadi setara satu sama lain dimanapun kita bergereja baik di perkotaan maupun di pedalaman. Sebagai saudara “seibu”, hendaklah kita saling mengasihi, saling memperhatikan, saling mendukung dan menopang dengan kasih semula yang telah diajarkan umat Tuhan pada awal Gereja berdiri (Kis.2:41-47). Marilah kita kembali kepada kasih yang semula, dengan segala kapasitas yang kita miliki untuk mengusahakan kesejahteraan bukan hanya bagi Gereja dimana kita bernaung, tetapi juga bagi saudara-saudara kita seiman – sedenominasi di pedalaman. Umat GMIT jangan sampai kehilangan kasih yang semula, yang telah diajarkan Kristus melalui pada rasul dan Gereja mula-mula.

3. Menerima fitnahan dari jemaah Iblis (Wah.2:9) Bukan baru sekali gereja Tuhan menerima fitnahan. Bahkan jemaat mula-mula pun di anggap sebagai sekte sesat saat mengabarkan Injil Kristus. Demikian juga jemaat Smirna, mereka menerima fitnahan dari orang Yahudi yang disebut Tuhan sebagai jemaat Iblis. Apa yang dialami jemaat Smirna juga dialami oleh Gereja Protestan, demikian juga GMIT sebagai Gereja yang turut hadir dalam sejarah perjalanan kekristenan. Saat Jan Huss berusaha mereformasi Gereja, orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen menuduh dia sebagai bidat yang harus dihukum mati dan pada akhirnya dia dihukum mati. Hal ini juga terjadi pada Luther satu abad kemudian (namun Luther tidak dihukum mati seperti Huss). Bagaimana kedua reformator ini bisa bertahan dalam menghadapi fitnahan yang ditujukan kepada mereka? Semua karena Tuhan memberikan keberanian kepada mereka untuk melawan kesesatan. Mereka tidak takut akan apa yang harus mereka derita, bahkan setia sampai mati. GMIT dalam perjalanannya bersama Gereja Protestan yang lainnya juga turut menerima fitnahan-fitnahan dari mereka yang menyebut dirinya sebagai “agama yang paling benar” atau “ajaran yang paling benar”. Islam memfitnah Gereja sebagai sesat karena percaya Yesus adalah Tuhan. Begitu juga Saksi-saksi Yehuwa yang tidak percaya akan Tritunggal. Advent hari ketujuh memfitnah Gereja Protestan sebagai gereja sesat karena merubah ibadah sabat menjadi Minggu, dan masih banyak lagi fitnahan yang diberikan. Secara fisik, umat GMIT mungkin tidak menderita, namun secara iman, psikologi, pikiran dan perasaan, fitnahan ini tentu menyakitkan dan menimbulkan penderitaan. Apa kata Allah mengenai hal ini? Dia mengetahui segala kesusahan umatNya (Wah.2:9), dan Dia menyuruh kita untuk jangan takut dan tetap setia sampai mati (Wah.2:10). Fitnahan-fitnahan itu janganlah hendaknya membuat kita menjadi lemah dan menyerah, namun dengan memohon  kuasa dari Roh Kudus kita harus mampu menghadapi itu. Segala jerih payah kita dalam menghadapi fitnahan-fitnahan tidaklah sia-sia di mata Allah. Umat GMIT harus mampu bertahan dan setia sampai mati dalam menghadapi setiap ujian iman.

4. Menjadi umat yang mati dan tidak sempurna dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan (Wah.3:2) Allah mencela jemaat di Sardis karena mereka menyangka bahwa mereka hidup di mata Allah, namun sebenarnya mati, dan tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna di mata Tuhan (Wah.3:1-2). Demikian juga umat dalam GMIT saat ini, mungkin kita merasa bahwa kita sudah menjadi umat Tuhan yang hidup taat dengan melakukan peribadatan, ritual-ritual keagamaan dsb., namun tidak sadar bahwa kita melakukan itu hanya sebagai kewajiban umat beragama, bukan untuk kemuliaan Tuhan. Jika demikian maka di mata Allah, kita adalah umat yang mati. Peribadatan kita adalah peribadatan yang mati yang tidak berkenan di hadapan Allah. Mungkin kita juga merasa bahwa pelayanan kita berjalan dengan baik, tetap eksis bahkan mengklaim bahwa sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun kita tidak sadar, bahwa terkadang pelayanan kita mati di hadapan Allah. Kita melayani untuk tampil, kita melayani untuk mencuri kemuliaan Allah, kita melayani untuk mencari keuntungan sendiri, kita melayani untuk mencari nama. Juga dalam hal pengajaran, berapa banyak mimbar yang berada dalam naungan GMIT yang masih menyuarakan Injil yang sejati? Berapa banyak mimbar yang masih terus menegur akan dosa, mengabarkan kasih karunia Allah dan pengorbanan Kristus, serta mengajarkan pengajaranpengajaran akan doktrin yang benar, daripada hanya mengajarkan soal moral belaka? Mimbar haruslah tempat yang paling lantang untuk mengabarkan Injil dan pengajaran-pengajaran yang benar. Mimbar yang sejati mengerjakan pekerjaan yang sempurna jika terus menyuarakan Injil Kristus dan pengajaran-pengajaran yang benar mengenai doktrin kekristenan. Namun, berapa banyak mimbar dalam naungan GMIT yang mengerjakan hal ini? Dalam semua hal itu, jangan kaget jika Allah akan menetapkan GMIT sebagai umat yang mati dan melakukan pekerjaan yang tidak sempurna - Akan tetapi, seperti jemaat Sardis yang masih menjaga kemurniannya sebagai umat dan dalam pelayanannya (Wah.3:4), tentu kita menemukan hal ini juga ada dalam umat dan dari atas mimbar GMIT, dan diharapkan itu akan terus berkembang - Sebagaimana jemaat Sardis ditegur Tuhan, demikian juga kita sebagai umat yang bernaung dalam GMIT ditegur Tuhan untuk :

  • Bertobat dan berjaga-jaga karena kedatangan Tuhan itu misterius (Wah.3:3). Hendaklah kita didapati sebagai hamba, sebagai umat yang setia pada saat kedatanganNya yang kedua kali nanti.
  • Bangkit serta memperkuat kembali apa yang telah kita terima dari Allah (Wah.3:2) sejak semula, yaitu segala pengertian yang benar akan bagaimana hidup di hadapan Allah dan bagaimana pelayanan Tuhan itu harus berjalan dengan motivasi yang benar agar kita tidak dianggap sebagai umat yang mati dan agar pekerjaan yang kita angkat di hadapan Tuhan dipandang sebagai yang sempurna dan berkenan di hadapan Allah.

Umat GMIT haruslah menjadi umat yang hidup dihadapan Allah yang terus berusaha dan berjerih payah mengerjakan pekerjaan Allah secara sempurna.

5. Dikhianati oleh umat yang suam-suam kuku (Wah.3:15-16) Banyak jemaat yang suam-suam kuku dalam mengikut Tuhan, dalam peribadatan, pengajaran dan puji-pujian yang sejati terhadap Allah, yang berapi-api pada awal perjalanan sebagai umat Kristen namun menjadi redup bahkan padam pada akhirnya. Banyak pula yang mengambil pelayanan dalam Gereja dan bersemangat di awal pelayanan sebagai Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar, Guru sekolah Minggu, Ketua pemuda, pemusik, prokantor dsb, namun menjadi menjadi redup bahkan padam, dan membuat mereka mundur dari pelayanan mereka. Mereka berjalan bersama Gereja, namun meninggalkan Gereja ini di tengah jalan dengan segala alasan untuk membenarkan keputusan mereka. Mereka berkhianat. Kondisi ini sama dengan apa yang dialami jemaat di Laodikia. Apa kata Tuhan tentang orang-orang yang suamsuam kuku?  Allah akan memuntahkan mereka (Wah.3:16). Apa arti dimuntahkan? Segala sesuatu yang telah dimuntahkan akan menjadi sesuatu yang tidak lagi berguna, tidak memiliki harga dan pada akhirnya dibuang. Orangorang yang berubah setia, suam-suam kuku dalam mengikuti dan melayani Tuhan akan dipandang tidak berguna dan dibuang oleh Tuhan.  Allah menginginkan umat yang terus berapi-api dalam mengikuti Dia, dan tidak kendor dalam melayani Dia. Saya pernah menjadi saksi seorang penatua jemaat yang menangis sejadi-jadinya karena tidak bisa melayani, diakibatkan sakit yang mendera tubuhnya dimasa tua. Tangisan yang keluar dari hatinya bukan karena kuatir akan tubuhnya yang renta, tetapi satu tangisan karena pelayanannya terhambat. Melihat hal ini, saya merasakan sungguh api pelayanan yang sangat membara hingga titik darah penghabisan ada dalam diri orang tua ini. Hal seperti inilah yang diinginkan Allah dalam diri umatNya. Hal seperti inilah yang dibutuhkan GMIT dalam menjalani eksistensi sebagai Gereja Tuhan. Belajar dari hal ini, marilah kita : janganlah hendaknya kerajinan kita menjadi  kendor, tetapi hendaklah kita terus terbakar dan menyala-nyala di hadapan Tuhan (Rom. 12:11), baik dalam mengikut Dia maupun melayani Dia. Umat GMIT janganlah suam-suam kuku.

Sebagaimana Allah telah menguatkan Gereja selama berabad-abad, demikian pula Allah akan menguatkan dan meneguhkan GMIT. Sebagaimana Dia menginginkan ketujuh jemaat di Asia kecil untuk setia sampai akhir kepada-Nya, demikian juga Dia menuntut itu ada dalam diri GMIT. Melihat fenomena-fenomena buruk yang menimpa GMIT tempat kita bernaung, jangan membuat kita untuk menjadi lemah, pesimistis dan apatis terhadap kondisi GMIT. Allah melihat segala kesetiaan dan memperhitungkan segala jerih payah umat yang masih berpegang kepada Injil yang benar dalam mengembalikan dan menjaga GMIT menjadi Gereja yang murni. Mungkin kita lemah, namun lihatlah bahwa Jemaat Filadelfia mendapat pujian dari Allah karena walaupun kekuatan mereka tidak seberapa namun mereka berjerih payah untuk tetap setia dan tidak menyangkal nama Tuhan (Wah.3:8). Hal demikian juga Allah inginkan ada dalam umat GMIT. Bagaimana kita dapat mengembalikan GMIT menjadi Gereja yang berkenan di mata Allah dan menjaga kemurnian Gereja? 

  • Tetap menjadikan Kristus sebagai Kepala dan Pemilik Gereja. Hanya Kristus yang terutama (Solus Christus). 
  • Tetap berpegang kepada apa yang telah diajarkan Kristus dari semula, yang semua itu tertulis jelas dalam Alkitab. 
  • Tetap tekun belajar, merenungkan, serta menjadi pelaku Firman Tuhan yang setia. Dengan demikian, kita dapat menjadi umat yang berkualitas serta mampu menghadapi segala bentuk penyesatan yang menyerang GMIT. 
  • Tetap menjaga kemurnian ajaran Kristen, tetap berpegang kepada ajaran dan doktrin yang benar yang berdasarkan hanya pada Alkitab (Sola Scriptura). 
  • Tetap mempertahankan Injil dan pengajaran doktrin yang benar terus mengalir dari mimbar GMIT, dan juga dari dalam mulut kita sebagai umat (tugas Marturia). 
  • Jangan sabar terhadap kesesatan yang datang dari luar mapun dalam Gereja bahkan dari atas mimbar. Alkitab harus menjadi satu-satunya dasar ajaran Gereja berdiri. Darimanapun kesesatan itu muncul, harus kita lawan.
  • Tetap berada pada kasih sejati yang semula telah diajarkan Kristus. Gereja tidak dapat berdiri dengan asas egoisme, namun harus berdiri di atas dasar kasih dan kepedulian. Sebagaimana kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia Allah (Sola Gratia), demikianlah kasih Allah hendaknya tetap ada dalam diri kita. Tetap menjalankan tugas Diakonia Gereja bagi umat yang tidak mampu, sebagai tanda kasih Allah ada dalam kita, bukan hanya dalam jemaat segereja tetapi juga kepada jemaat-jemaat seiman-sedenominasi di daerah pedalaman. 
  • Tetap setia dalam iman kepada Kristus apapun resikonya, karena yang setia sampai akhir akan menjadi pemenang. Orang benar akan hidup oleh iman, kita diselamatkan hanya karena iman (Sola Fide).
  • Jangan suam-suam kuku dalam mengikut Tuhan dan dalam pelayanan, tetaplah roh dan kerajinan kita menyala-nyala di hadapan Tuhan. 
  • Tetap beribadah dalam roh dan kebenaran, bukan hanya melakukan rutinitas keagamaan biasa,  agar ibadah kita menjadi ibadah yang hidup dan berkenan di hadapan Allah.
  • Tetap melayani dengan motivasi yang benar : demi kemuliaan nama Tuhan (Soli Deo Gloria), bukan mencari keuntungan bagi diri sendiri, minta tuntunan Roh Kudus dalam tiap pelayanan agar pelayanan itu sempurna di mata Allah.

Kiranya Allah memberkati GMIT.

 

AMIN

Jumat, 13 Oktober 2023

LGBT (DARI SUDUT PANDANG ALKITAB)

 


LGBT

(DARI SUDUT PANDANG ALKITAB)

(Tulisan sederhana ini saya buat berdasarkan posisi saya sebagai orang beragama, khususnya dalam keimanan Kristen. Jika ada dari pembaca sekalian yang memang membangkang untuk tidak mau berdiri di atas dasar keagamaan dan keimanan serta lebih memilih perasaan manusia daripada kebenaran Firman Tuhan, silahkan untuk berhenti membaca)

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) merupakan suatu hal yang saat ini menjadi pro dan kontra di dunia. Ada negara yang melegalkan LGBT, sedangkan ada negara yang melarang LGBT. Ada sekelompok orang yang dengan alasan Hak Asasi, membela orientasi LGBT, sedangkan ada sekelompok orang yang dengan dasar keagamaan menolak keras LGBT. Hingga saat ini, begitu banyak perdebatan mengenai eksistensi dari LGBT akibat dari perbedaan pendangan. Lalu, sebagai orang Kristen yang memegang Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran, bagaimana pandangan kita soal LGBT?

1.    Sejak semula, Allah menciptakan segala sesuatu itu baik adanya

Kej. 1:21 : Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Banyak dari kaum LGBT yang selalu beralasan bahwa Tuhanlah yang menciptakan mereka menjadi LGBT.

“saya tidak minta dilahirkan seperti ini (menjadi LGBT). Kalau seandainya dulu sebelum lahir saya dikasih pilihan untuk menjadi heterosexual, pasti saya akan pilih menjadi heterosexual”

(kutipan dari wawancara seorang gay di kota Kupang) 

Ungkapan di atas seolah menyatakan bahwa Tuhan sudah menciptakan dia menjadi seorang gay, tanpa memberi dia kesempatan untuk memilih. Pertanyaannya, apakah memang Allah menciptakan seseorang untuk menjadi gay?

Kita harus sadar, bahwa sejak semula, Allah hanya menciptakan makhluk heteroseksual (ketertarikan pada individu yang memiliki jenis kelamin atau identitas gender berbeda), dan ini berlaku pada manusia dan hewan.

Itulah sebabnya Tuhan menciptakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan / jantan dan betina. Lalu dalam Kejadian 1:28 Tuhan berfirman :

Kej. 1:28 : Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Beranakcucu seperti yang diperintahkan Tuhan hanyalah bisa terjadi jika ada hubungan seks antara laki-laki dan perempuan, karena dibutuhkan sel sperma dan sel telur untuk bisa terjadi pembuahan. Perintah untuk beranakcucu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Allah sudah menetapkan heteroseksual  sebagai satu-satunya orientasi seksual yang baik menurut pemandangan dan rencana-Nya. Jika ada orientasi yang diluar itu, maka itu merupakan penyimpangan yang tidak sesuai kehendak Tuhan dan tidak baik menurut skala ciptaan Tuhan (biseksual memang bisa menghasilkan keturunan saat terjadi hubungan seks antar beda kelamin, tapi sifat gay / lesbian yang melekat dalam biseksual merupakan penyimpangan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga tetap diperhitungkan sebagai dosa).

Jadi, jika Tuhan menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan (hanya dua kelamin), menetapkannya menjadi makhluk heteroseksual (hanya satu orientasi seksual) dan melihat itu sebagai sesuatu yang baik, mungkinkah Tuhan memberikan orientasi gay, lesbian dan biseksual pada manusia?

Mengenai transgender, seringkali mereka mengatakan bahwa mereka adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang salah (jiwa laki-laki terperangkap dalam tubuh perempuan atau sebaliknya, jiwa perempuan terperangkap dalam tubuh laki-laki) sehingga mereka menjadi transgender (dengan berdandan sesuai kelamin yang mereka inginkan atau sampai operasi kelamin). Jika kita melihat kata Alkitab bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik...”, maka mengatakan bahwa “mereka adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang salah”  merupakan suatu statement yang menyatakan bahwa Tuhan salah cipta dan Tuhan mencipta dengan tidak baik. Siapakah manusia sehingga merubah dasar yang Tuhan ciptakan - yang sudah Dia anggap baik? Siapakah manusia sehingga mengatakan bahwa Tuhan salah mencipta? Siapakah manusia sehingga memprotes hasil pekerjaan Tuhan? Jika kita melihat dan mempelajari segala kemegahan alam semesta dengan segala keajaibannya, ketelitian dan ketepatan musim dan waktu yang berjalan, betapa kompleksnya tubuh makhluk hidup beserta sel-sel, organ tubuh dan peranannya masing-masing serta begitu banyak keajaiban-keajaiban lain dalam ciptaan-Nya, mungkinkah Tuhan salah hanya dalam urusan kelamin manusia? Mustahil! Karena pada dasarnya, salah satu hakikat Tuhan adalah Dia itu sempurna; jika Dia sempurna, mungkinkah ada kesalahan di dalam Dia? Mustahil!

Lalu, apa yang menyebabkan manusia menjadi LGBT? Sangat panjang untuk membahas ini, namun secara singkat saya mecoba mencari beberapa referensi dan didapatilah informasi seperti ini :

Klikdokter.com :

·      ·   Genetik

Hormon yang tidak seimbang di dalam tubuh disebut-sebut sebagai pemicunya. Karena pada dasarnya, naluri orientasi seksual berkembang sebelum pubertas atau sebelum seseorang mengalami pengalaman seksual.

·         Lingkungan
Beberapa di antara mereka yang homoseksual atau biseksual mengaku bahwa pergaulan memengaruhi mereka untuk memiliki orientasi seksual yang demikian. Selain itu, orangtua yang sering kali bertengkar, cerai atau kekerasan dalam rumah tangga juga diduga turut berperan dalam hal ini.

·         Pengalaman traumatis

Pengalaman buruk di masa lalu yang terus melekat di dalam hati dan menimbulkan trauma juga dituding menjadi penyebabnya. Misal, pelecehan seksual atau kekerasan yang dialami seseorang.

(sumber : https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/inilah-penyebab-seseorang-menjadi-lgbt )

 

alodokter.com :

·     ·    Variasi bentuk otak

Menurut riset, ada sedikit perbedaan secara biologis maupun anatomis antara individu homoseksual dengan heteroseksual. Perbedaan tersebut terdapat pada struktur dan bentuk otak. Riset yang melibatkan prosedur MRI otak tersebut menyebutkan bahwa bagian anterior cingulate cortex dan temporal otak sebelah kiri pada kebanyakan homoseksual sedikit lebih tebal daripada individu heteroseksual. Data tersebut menunjukkan bahwa variasi bentuk otak diduga berpengaruh dalam menentukan gender seseorang menjadi homoseksual. Namun, temuan ini belum bisa menjadi jawaban pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual.

·         Faktor genetik

Faktor genetik juga dipercaya bisa menjadi salah satu penyebab seorang individu menjadi homoseksual. Ada teori yang menyebutkan bahwa seorang wanita homoseksual mungkin mengalami kelebihan hormon androgen saat ia masih dalam kandungan. Ada pula yang menyebutkan bahwa sifat genetik tertentu berperan dalam menentukan sifat, perilaku, dan preferensi seksual seseorang, termasuk membuat seseorang menjadi homoseksual. Sayangnya, teori tersebut belum bisa dijadikan alasan pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual. Hingga saat ini, para peneliti juga masih mengkaji peran faktor genetik dalam menentukan orientasi seksual seseorang.

·         Trauma masa kecil

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa trauma psikologis pada masa anak-anak dapat berpengaruh terhadap orientasi seksual seseorang, termasuk homoseksual. Riset tersebut menyebutkan bahwa orang yang memiliki orientasi seks penyuka sesama jenis pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecilnya. Meski begitu, cukup banyak juga orang yang tetap menjadi heteroseksual walaupun pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil. (Sumber : https://www.alodokter.com/faktor-penentu-seseorang-menjadi-homoseksual )

Secara singkat, dari dua sumber tersebut didapatkan informasi bahwa penyebab orang menjadi LGBT adalah faktor genetik, pengalaman traumatis dan lingkungan (walau itu semua masih membutuhkan penelitian lebih lanjut – perhatikan kata-kata yang saya tebalkan dan garisbawahi pada info-info tersebut).

Faktor-faktor di atas (mungkin) bisa menjadi penyebab seseorang menjadi LGBT, tapi apakah itu artinya kita memakluminya? Kita harus tahu bahwa iblis adalah oknum yang selalu ingin merusakkan apa yang baik yang Tuhan sudah tetapkan. Dia mampu menunggangi segala faktor, lini dan kondisi yang ada dalam hidup manusia untuk merusakkan hubungan Tuhan dan manusia, serta merusakkan manusia itu sendiri.

Contoh :

·   Manusia tentu memiliki nafsu seks, dan itu wajar karena Tuhan yang menciptakan itu bagi manusia. Namun iblis menunggangi nafsu seks manusia, sehingga manusia melakukan seks tidak pada koridor yang Tuhan sudah tentukan, yaitu dalam pernikahan kudus. Pada akhirnya manusia melakukan seks bebas, seks di luar nikah, pemerkosaan dsb.

·  Ada orang yang memiliki sifat gampang marah karena sejak kecil sering dimarahi dsb. Kelemahannya ini dapat ditunggangi iblis untuk membuat dia menjadi orang yang kasar, suka menyakiti orang lain dengan sifat amarahnya dsb.

·   Ada orang yang kehilangan orang yang dikasihi (orangtua, saudara, pasangan dsb) karena meninggal. Rasa sedih yang dia alami karena kehilangan orang yang dikasihi dapat ditunggangi iblis untuk membuat dia menjadi marah terhadap Tuhan.

Begitu pula dengan segala faktor yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT, iblis dapat menungganginya untuk membuat manusia menjadi LGBT, sehingga merusakkan hubungan manusia dengan Tuhan serta merusakkan manusia itu sendiri. Ini semua terjadi karena memang begitulah sifat iblis.

Yoh. 8:44 : Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula...

1 Pet. 5:8 : Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Dengan demikian, Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan orientasi seksual manusia, dan Tuhan juga tidak pernah salah dalam mencipta. Yang ada hanyalah kondisi yang ditunggangi iblis dan dosa, serta kenyamanan manusia dalam dosa tersebut. Saya memberi contoh : tidak ada orang yang dilahirkan sebagai pencuri. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi kehidupan seperti : kemiskinan, rasa serakah dalam diri, ketidakmampuan untuk memiliki sesuatu dsb. Yang kemudian ditunggangi iblis membuat orang pada akhirnya menjadi pencuri. Pertanyaannya : apakah mau nyaman dalam kehidupan sebagai pencuri, ataukah mau lepas?  Demikian juga dengan kaum LGBT. Sesungguhnya: tidak ada orang yang diciptakan sebagai LGBT. Yang ada hanyalah orang yang karena kondisi hidup yang di manfaatkan iblis sehingga jatuh dalam kehidupan LGBT, hidup dalam dosa LGBT dan menyerah di dalam kondisi itu, serta membenarkan dirinya dalam hidup sebagai LGBT, bahkan melakukan “playing victim”, merasa diri mejadi korban dengan menuduh Tuhan sebagai penyebab utama mereka menjadi gay / lesbian / biseksual, atau menuduh Tuhan salah cipta sehingga mereka merasa perlu untuk menjadi transgender. Pada kenyataannya,kelemahan-kelemahan manusia, kondisi yang dialami manusia telah dimanfaatkan iblis untuk menjatuhkan manusia. Setelah jatuh, timbullah keinginan dalam kejatuhan, keinginanitu dibuahi dan melahirkan dosa. Dan jika dosa itu matang, maka akan menghasilkan maut.

Yak. 1:15 : Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

 

2.    Apa kata Alkitab soal LGBT?

Pada poin - poin di atas sudah kita bahas bahwa LGBT adalah suatu penyimpangan dari apa yang sudah Tuhan tetapkan. Lalu, adakah kejelasan lain dalam Alkitab?

·         Dalam kasus Sodom dan Gomora, Allah menghukum 2 kota tersebut karena dosa LGBT.

Kej. 13:13 : Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.

Kej. 18:20 : Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.

Kej. 19:4 : Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.

Kej. 19:5 : Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."

Terjemahan lain dari kalimat “...supaya kami pakai mereka” :

Alkitab versi FAYH : ... supaya kami dapat memperkosa mereka

Alkitab  versi AYT : ... supaya kami berhubungan seksual dengan mereka

Alkitab  versi VMD : ... Kami mau mengadakan hubungan suami istri dengan mereka

Alkitab  versi NET : ... we can have sex with them

Kompilasi catatan ayat Alkitab Sabda : Teks:  (versi Inggris NIV  —  bersanggama). Orang laki-laki Sodom ingin memperkosa orang asing yang datang itu. Dari peristiwa inilah muncul istilah sodomi; istilah ini terutama menunjuk kepada homoseksualitas dan nafsu homoseks. Sodomi dikutuk dengan keras dalam Alkitab.

Matthew Henry : Kejahatan yang mereka ingin lakukan saat itu adalah kejahatan yang paling tidak wajar dan buruk sekali, dosa yang masih membawa nama mereka, yang disebut sebagai Sodomi. Itu dilakukan tanpa pikir panjang dengan hawa nafsu yang memalukan.

Seluruh penduduk kota, dari kecil sampai dewasa keluar untuk memperkosa / menyodomi dua malaikat Tuhan  yang datang dalam wujud laki-laki. Ini membuktikan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh penduduk laki-laki Sodom dan Gomora adalah adalah kejahatan gay atau biseksual, bahkan dalam Kej. 18:20 dikatakan bahwa kejahatan mereka sudah menjadi keluh kesah orang-orang disekitar kota-kota itu (Melihat dari sifat kasar mereka terhadap Lot dan kedua tamunya, ada kemungkinan mereka juga memperkosa dan menyodomi orang-orang lelaki dari kota-kota lain. Dosa inilah yang membuat Tuhan akhirnya menghancurkan Sodom dan Gomora).

Kej. 19:24 : Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;

Kej.19:25 : dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.

Jika Tuhan sampai menghukum mati semua orang itu, masihkan kita menganggap LGBT hanyalah kelainan semata? Jika Tuhan sampai menghukum mati semua orang itu, maka tentu Tuhan membenci perilaku sebagai LGBT, karena itu adalah dosa.

·         Dalam peraturan-peraturan yang diberikan Tuhan kepada Musa dan bangsa Israel, Tuhan menyinggung LGBT sebagai dosa yang harus dihindari orang Israel

Im. 18:22 : Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian (TB)

Alkitab versi FAYH : Janganlah kamu bersetubuh dengan orang yang sama jenis kelaminnya (homoseks), karena hal itu dosa yang sangat keji.

Alkitab  versi AYT : Setiap laki-laki jangan mengadakan hubungan seksual dengan laki-laki, seperti dengan seorang perempuan. Itu adalah perbuatan yang sangat keji.

Alkitab  versi VMD : Hai laki-laki, jangan mengadakan hubungan suami istri dengan seorang laki-laki seperti terhadap perempuan. Hal itu adalah dosa yang sangat keji.

Alkitab  versi NET : You must not have sexual intercourse with a male as one has sexual intercourse with a woman; it is a detestable act.

 

Im. 18:24 : Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis.

Im. 18:29 : Karena setiap orang yang melakukan sesuatupun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.

Dalam peraturan ini, Tuhan menetapkan perilaku gay sebagai suatu kekejian dan kenajisan (ini tentu juga berlaku pada lesbian dan biseksual), bahkan mereka yang melakukan itu harus dihukum mati.

Ul. 22:5 : Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.

Dalam peraturan ini, Tuhan menganggap sebagai suatu kekejian apabila seorang perempuan memakai baju laki-laki; dan sebaliknya apabila seorang laki-laki memakai baju perempuan. Jika demikian Tuhan menganggap itu sebagai kekejian, bagaimana dengan laki-laki yang menganggap dirinya perempuan; dan sebaliknya perempuan menganggap dirinya laki-laki, sampai berdandan merubah penampilan bahkan sampai operasi kelamin. Tentu itu dianggap sebagai kekejian dan dosa di mata Tuhan

·         Lebih lanjut Rasul Paulus berkata dalam suratnya :

1 Kor. 6:9-10 : Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (TB)

Terjemahan lain dari kata “pemburit” :

Alkitab versi FAYH : orang homoseks

Alkitab  versi AYT : para homoseksual

Alkitab  versi VMD : pelacur sesama laki-laki atau yang melakukan homoseks

Alkitab  versi NET : The sexually immoral, idolaters, adulterers, passive homosexual partners, practicing homosexuals

Paulus mengatakan bahwa kaum homoseks tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, yang artinya : mereka akan masuk dalam neraka kekal. Ini sudah cukup untuk menetapkan LGBT sebagai dosa dan kekejian di mata Tuhan.

 

3.    Apakah Tuhan membenci kaum LGBT? Apa yang harus dilakukan kaum LGBT?

Dari penjelasan-penjelasan di atas, jelaslah bahwa LGBT adalah suatu orientasi yang ditentang Tuhan, bukan hasil pemberian dan ciptaan Tuhan, apalagi menuduh dengan tuduhan “Tuhan salah mencipta”. LGBT bukan hanya sekedar penyimpangan orientasi seks belaka yang bisa disepelekan. LGBT adalah dosa dan kekejian di mata Tuhan, yang bahkan dimusnahkan oleh Tuhan dan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Sorga.

Jika demikian, apa yang seharusnya dilakukan seorang LGBT jika dia ingin bertobat?

Dengan kekuatannya sendiri, mustahil dia dapat pulih dari keadaan itu. Bukan hanya dosa LGBT, tetapi dosa apapun mustahil dikalahkan manusia dengan kekuatan sendiri. Hanya kuasa Roh Kudus yang mampu memulihkan manusia dari dosa.

Kondisi-kondisi hidup mungkin dapat membuat seseorang terjerumus dalam LGBT dan banyak dosa lainnya, tetapi harus ada keinginan dari dalam diri orang berdosa untuk terlepas dari belenggu dosa; tidak boleh menikmati hidup dalam dosa, dan minta Roh Kudus untuk menolong agar dapat terlepas dari belenggu dosa. Janganlah merasa nyaman untuk hidup dalam dosa. Baca dan renungkan Firman Tuhan, hidup dekat dengan Tuhan minta tuntunan Roh Kudus, karena tanpa Firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus, manusia tidak akan pernah tahu bahwa LGBT adalah dosa.

 

Kita tahu Tuhan mengasihi manusia. Sesungguhnya yang Tuhan benci adalah dosa manusia. Itulah sebabnya Dia mau agar kita manusia berdosa bertobat, dan Dia menjamin bahwa seburuk apapun dosa kita,kita akan disucikan dan dipulihkan asal kita mau beriman kepada Tuhan Yesus, datang mengaku dosa, mohon ampun dan bertobat.

Yes. 1:18 : Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

1 Yoh. 1:9 : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Sesungguhnya, tidak ada dosa yang tidak bisa disembuhkan oleh Tuhan; tidak ada manusia yang rusak yang tidak dapat diperbaiki oleh Tuhan, asalkan mau memberi diri dan berserah untuk dipulihkan. Pertanyaannya : apakah ada keinginan dari kaum LGBT  untuk terlepas dari dosa itu, ataukah memang mereka menikmati kondisi tersebut?

Apakah Gereja, komunitas Kristen dan orang-orang Kristen secara pribadi sudah dengan serius menyuarakan ini? Ini adalah tanggung jawab Gereja, komunitas Kristen dan semua orang-orang Kristen. Kita tidak boleh membenci mereka, mengusir mereka dari Gereja dan mengucilkan mereka (kecuali dia adalah Pendeta, maka harus menerima siasat Gereja karena tentu akan berbahaya bagi umat jika melihat kaspasitasnya sebagai Pendeta). Tetapi kita harus membenci perilaku mereka dan menegur mereka dengan Firman Tuhan serta mendoakan mereka. Jangan biarkan teman, saudara, rekan segereja dan seiman kita nyaman dalam dosa LGBT. Sekali lagi saya mengulang poin ini : Sesungguhnya, tidak ada dosa yang tidak bisa disembuhkan oleh Tuhan; tidak ada manusia yang rusak yang tidak dapat diperbaiki oleh Tuhan, asalkan mau memberi diri dan berserah untuk dipulihkan.

AMIN