Senin, 17 November 2025

DOA SYAFAAT DALAM LAGU

 


DOA SYAFAAT DALAM LAGU

Ada pertemuan, ada perpisahan. Itu merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan. Saat seseorang lahir ke dunia, dia bertemu dengan kedua orangtuanya untuk pertama kalinya. Seiring berjalannya waktu, umur semakin bertambah, orangtua semakin menua dan pada akhirnya wafat. Saat orangtua wafat, ini menjadi perpisahan yang sangat menyedihkan. Begitu juga saat kita pergi ke gereja untuk beribadah. Saat kita tiba di gereja pada hari Minggu, kita bertemu dengan saudara-saudara seiman yang bersepakat untuk beribadah bersama dalam hadirat Tuhan. Setelah ibadah selesai, kita akan berpisah dengan mereka, kembali ke kehidupan masing-masing. Hal yang sama berlaku di kantor, dalam pertemuan keluarga, pertemuan dengan sahabat dsb. Artinya, perpisahan merupakan suatu kondisi yang tak dapat kita hindari selagi kita masih berada dalam dunia.

Berbicara soal perpisahan, tahukah teman-teman bahwa ada suatu himne Kristen indah yang diciptakan khusus untuk suatu perpisahan? Ada suatu himne tua yang diciptakan oleh seorang pendeta  bersama seorang musisi untuk mengiringi suatu perpisahan dalam suatu pertemuan. Begini kisahnya.

Ada seorang Pendeta yang bernama Jeremiah Rankin ingin memiliki sebuah lagu yang dapat dipakai jemaat setiap kali berpisah seusai ibadah. Pada tahun 1882 menulis sebuah lirik yang berisi  kalimat – kalimat perpisahan. 

Jeremiah Eanes Rankin (1828-1904)

Usai menulis lirik, Rankin mengirimkan lirik tersebut kepada dua orang penggubah lagu. Yang pertama dia kirimkan kepada seorang penggubah lagu terkenal (tidak disebutkan namanya dalam sejarah). Orang kedua yang mendapat kiriman lirik ini adalah William G. Tomer, seorang Direktur Musik dari Grace Methodist Episcopal Church. Singkat cerita, Rankin memilih melodi dan notasi yang ditulis oleh Tomer. Melodi inilah yang terkenal sampai hari ini dan dinyanyikan oleh Gereja di seluruh dunia. Dalam bahasa
Inggris, lirik lagunya seperti berikut :

God be with you till we meet again

By his counsels guide, uphold you,

With his sheep securely fold you.

God be with you till we meet again.

Refrain

Till we meet, till we meet,

Till we meet at Jesus' feet,

Till we meet, till we meet,

God be with you till we meet again.


Dalam bahasa Indonersia, Yamuger menerjemahkan lagu ini sebagai berikut :


. Tuhan Allah beserta engkau

sampai bertemu kembali;

kasih Kristus mengawali,

Tuhan Allah beserta engkau!

Refrain

Sampai bertemu, bertemu,

sampai lagi kita bertemu;

sampai bertemu, bertemu,

Tuhan Allah beserta engkau!

 

Dalam kidung jemaat, Yamuger meletakkan lagu ini pada nomor pujian ke-346. Tentu ini bukan lagu yang asing lagi bagi kita, karena sering dinyanyikan oleh kita seusai ibadah Minggu. Dalam Kidung Jemaat, Yamuger memberi 4 stanza (ayat) bagi lagu ini, sama seperti lirik aslinya. Lirik lagunya sangat sederhana, melodinya pun demikian. Tidak ada not-not setengah, tidak ada pula chord yang memusingkan. Namun, jika kita meneliti dan merenungkan lirik lagu ini dengan baik, kita dapat menemukan makna yang sangat dalam.

1.    Lagu ini dimulai dengan  kalimat “God be with you till we meet again” yang jika kita artikan lurus menjadi “Tuhan menyertaimu, sampai kita berjumpa lagi”. Kalimat yang sangat sederhana, namun memiliki makna yang besar dan menggambarkan kehidupan orang Kristen. Apakah itu? Saat kita mengatakan kalimat “Tuhan menyertaimu” memiliki makna : kita mendoakan saudara kita seiman. Kita mengharapkan Tuhan, Sang Imanuel yang agung menyertai saudara seiman kita. Sangat menarik jika meneliti dengan baik lagu ini, kita menemukan bahwa dalam keseluruhan lagu ini (dari stanza 1-4), tidak ada satupun kata “aku” dan “saya”. Tidak ada satupun kalimat “besertaku” atau “menyertaiku”. Keseluruhan lagu ini dicurahakan untuk orang lain, berkat untuk keselamatan orang lain. Ini merupakan suatu gaya berdoa yang diajarkan Kristus kepada kita, yaitu berdoa bagi orang lain atau yang biasa kita sebut sebagai doa syafaat. Sepanjang berdoa, sepanjang ibadah, sepanjang saat teduh, mungkin kita terlalu banyak mendoakan diri sendiri. Dalam menjalani pergumulan hidup, kita terlalu banyak mendoakan diri sendiri sampai lupa untuk mendoakan orang lain. Kita belajar dari Tuhan Yesus, dalam akhir hidup-Nya sebagai manusia, sebelum Dia berdoa untuk diri-Nya, terlebih dahulu Dia mendoakan murid-muridnya, bahkan mendoakan kita orang percaya. Doa syafaat Yesus ini dapat kita lihat dalam keseluruhan doa Yesus untuk murid-murid-Nya dalam Yohanes pasal 17.

 

Yoh. 17:9 : Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu

 

Yoh. 17:11 : Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

 

Yoh. 17:15 : Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.

 

Yoh. 17:17 : Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

 

Tuhan Yesus juga berdoa syafaat bagi semua orang percaya dalam segala zaman :

 

Yoh. 17:20 : Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

 

Dalam pergumulan di Getsemani yang sangat berat, Tuhan Yesus tidak hanya memikirkan diri-Nya sendiri, tetapi juga memikirkan dan berdoa untuk orang lain. Suatu teladan doa syafaat yang sangat indah.

 

Rasul Paulus juga pernah menasihatkan untuk mendoakan orang lain dalam doa-doa kita :

 

1 Tim. 2:1 : Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,

 

Doa syafaat adalah teladan hidup dari Kristus sendiri dan gaya hidup orang Kristen. Orang Kristen jangan hanya berdoa untuk berkat, keberhasilan, kesehatan dan keselamatan bagi diri sendiri, tetapi juga harus berdoa bagi orang lain. Saat kita menyanyikan “Tuhan Allah beserta engkau” dengan penuh penghayatan terhadap tiap liriknya, saat itu kita sedang mendoakan saudara seiman kita agar mereka aman dalam lindungan Tuhan. Bandingkan pada ayat ke-3 lagu ini (versi Indonesia) :

 

Tuhan Allah beserta engkau dalam susah dan keluhmu;
rangkulanNya menghiburmu, Tuhan Allah beserta engkau!

 

Lihatlah, betapa sang penulis mendoakan sesamanya, agar Tuhan menyertai dan memberkati dalam susah dan keluh, agar Tuhan memberi penghiburan bagi sesama yang sedih dan berbeban berat. Ini adalah suatu sikap mengasihi yang sangat luar biasa dari kehidupan orang Kristen.

Satu hal yang membuat saya kagum pada pencipta lagu ini, betapa dia mengerti akan teladan hidup Kristus; betapa dia mengerti akan bagaimana seharusnya kehidupan orang Kristen itu berjalan. Pendeta Rankin tentu tidak mampu menciptakan lagu yang Alkitabiah apabila dia tidak mengerti isi Alkitab. Inilah kekuatan dan keunggulan himne Kristen yang sesungguhnya : Musik menyatu dengan Alkitab.

 

2.   Lagu ini menceritakan suatu keinginan hati dari penulis (dan menjadi keinginan hati dari kita umat Kristen) untuk betemu kembali dengan saudara-saudara seiman. Ini terlihat dari kalimat “till we meet again”. Saat kita menyanyikan lagu ini, kita mengharapkan agar Tuhan menyertai saudara-saudara kita seiman agar mereka selamat, sehingga kita dapat bertemu lagi dengan mereka. Bertemu dimana? Jika kita memperhatikan refrain (versi bahasa Inggris), ada kalimat “Till we meet at Jesus' feet” yang jika diartikan berarti “sampai kita bertemu di kaki Yesus”. Kaki Yesus adalah suatu gambaran kehadiran Tuhan, dimana kita bersama saudara-saudara seiman duduk di bawah kaki Yesus untuk mendengar Dia berfirman.  Ini adalah suatu kerinduan untuk bertemu lagi dalam suatu peribadatan. Kita ingin mereka selamat, maka kita memohon Tuhan untuk menyertai mereka, sehingga mereka tetap selamat dan dapat bertemu lagi dengan kita dalam ibadah berikutnya. Bukankah ini suatu sikap yang indah? Pada bagian awal refrain, nada yang dipakai berangsur-angsur naik ke not yang tinggi.

Pemakaian nada tinggi dalam refrain lagu Tuhan Allah beserta engkau


Penggunaan not tinggi secara berangsur-angsur pada refrain bukanlah asal pakai, melainkan untuk menunjukkan suatu klimaks dari lagu, dan menggambarkan suatu penekanan yang sangat penting dari suatu lirik lagu.  Ini memiliki arti bahwa : bertemu dengan saudara-saudara seiman di kaki Tuhan adalah keinginan /  hasrat terbesar kita (penggunaan notasi seperti ini merupakan hal yang jenius, karena mampu menggambarkan apa maksud dari lirik lagu tersebut dengan baik. Ini merupakan hasil dari tuntunan Roh Kudus). Kita tidak memiliki hasrat lain selain daripada : beribadah bersama, memuji Tuhan dan merenungkan Firman Tuhan secara bersama-sama. Sungguh keinginan yang indah di mata Tuhan.

Mari kita renungkan : Apa agenda kita beribadah bersama? Apakah untuk mencari pasangan di Gereja? Apakah hanya untuk sekedar bertemu teman-teman segereja? Apakah hanya untuk sekedar menemani suami / istri / pacar / teman / orangtua / anak / saudara beribadah? Ataukah kita memiliki kerinduan besar : bertemu Kristus bersama orang-orang yang kita kasihi? Apakah kita masih merindukan keberadaan Kristus dalam gereja? Ataukah kita merindukan yang lain? Dari lagu ini, kita belajar dan merenungkan bahwa : tidak ada kerinduan yang lebih berharga dan lebih indah daripada kerinduan untuk ada bersama dengan umat Tuhan yang lain dalam peribadatan, di bawah kaki Kristus.

3.      Mengapa kita perlu untuk mendoakan saudara-saudara seiman kita agar kita dapat bertemu lagi dalam ibadah selanjutnya? Kita sadar, hidup kita adalah misteri. Alkitab mengatakan bahwa hidup kita ini hanya sementara, seperti uap yang muncul sebentar saja lalu hilang (Yak.4:14). Kita tidak tahu kapan kita meninggal, kita juga tidak tahu kapan saudara-saudara seiman kita meninggal. Minggu ini kita masih beribadah bersama, tanpa kita tahu mungkin dalam pertengahan minggu saudara kita meninggal dan telah tiada sehingga kita tidak dapat bertemu lagi dalam ibadah berikutnya. Kenyataan seperti inilah yang membuat kita memohon agar Tuhan menyertai saudara-saudara seiman kita dalam perjalanan hidup minggu ini, sehingga kita dapat bertemu lagi dalam ibadah selanjutnya. Kita saling mendoakan agar Tuhan menyertai sehingga kita semua selamat. Ini adalah suatu sikap kasih dan tindakan peduli yang kita berikan kepada mereka (dan juga mereka kepada kita).

Doa kita tentu tidak dapat merubah rencana Tuhan. Mungkin kita telah meminta Tuhan menyertai saudara-saudara kita, namun Tuhan berkata lain. Mungkin dalam pertengahan minggu mereka dipanggil Tuhan dan artinya secara jasmani kita tidak dapat bertemu lagi dengan mereka dalam ibadah. Namun ingatlah bahwa doa kita telah sampai kepada Bapa, dan  mereka yang telah meninggal dalam Tuhan telah ada dalam pelukan kasih Allah yang adalah penyertaan paling sempurna dan kekal. Doa kita tidak sia-sia, namun Tuhan mendengarkannya dan menjawabnya : penyertaan abadi adalah tinggal bersama Allah di Sorga baka.

Beberapa waktu yang lalu, seorang pemuda yang saya kenal meninggal dunia (Juan). Dalam perenungan akan lirik lagu ini dan meninggalnya saudara kami ini, saya bertanya dalam hati saya:  “entah kapan terakhir kali saya ada dalam satu ibadah bersama Juan. Apakah saat itu saya menyanyikan lagu ini bagi dia dan bagi orang lain atau tidak? Apakah selama ini saya sudah cukup berdoa bagi adik-adik pemuda saya, bagi rekan-rekan sepelayanan dan bagi umat Tuhan yang lain?” ini membuat saya merenungkan: betapa pentingnya berdoa bagi orang lain. Betapa pentingnya berdoa bagi keselamatan orang lain, apa lagi bagi saudara seiman.

 

4.    Dengan merenungkan lagu ini, kita dapat belajar juga bahwa : dalam menyanyikan suatu pujian / himne Kristen, kita tidak bisa melakukannya dengan asal-asalan. Kita tidak dapat memilih untuk hanya merenungkan lagu yang sesuai selera kita / sesuai kondisi pergumulan kita. Setiap lagu rohani yang Alkitabiah memiliki perenungan yang membuat kita semakin mengasihi Allah dan sesama.

Mengapa poin ke-4 ini penting? Kita telah belajar dan merenungkan bahwa lagu Tuhan Allah beserta engkau ini memiliki makna yang sangat dalam dan indah. Namun seringkali, jemaat meremehkan lagu ini. Lagu ini hanya penanda bahwa ibadah telah usai dan harus cepat-cepat pulang. Sebagai keyboardist gereja, saya sering memperhatikan ini : saat lagu ini dinyanyikan, jemaat sudah sibuk berjabat tangan sambil melangkah keluar ruangan. Lagu dinyanyikan dengan tempo cepat (padahal aslinya lagu ini memiliki tempo lambat), tanda bahwa jemaat terburu-buru agar lagu ini cepat selesai. Tidak ada ruang untuk menghayati lagi lagu ini. Tidak ada lagi doa syafaat dalam lagu yang memohon penyertaan Tuhan bagi saudara-saudara seiman. Semua sibuk ingin cepat pulang. Ini adalah kelemahan kita sebagai jemaat dalam gereja : bernyanyi namun tidak mendapat makna lagu; tidak menghayati lagu pujian kepada Allah (bahkan dalam pemandangan saya, ada jemaat yang dari awal ibadah hingga selesai dia tidak ikut bernyanyi satu kalipun!). Ini adalah suatu kerugian yang sangat besar bagi jemaat!

Mari kita belajar dan melatih diri serta meminta hikmat dari Roh Kudus untuk menajamkan pikiran kita terhadap perenungan akan lagu yang kita nyanyikan dalam gereja. Lagu apapun itu. Dengan demikian, kita akan mampu memaknai dan merenungi kasih Tuhan dalam setiap lagu. Kita akan mampu memaknai dan merenungi apa yang harus kita lakukan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Kita akan mampu memaknai dan merenungi segala maksud Tuhan dalam tiap pujian kepada-Nya, dan kita akan mampu mempersembahkan pujian indah yang menyenangkan hati Tuhan.

 

Sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2025. Kita akan memulai tahun yang baru, tahun kerja yang baru, tahun pelayanan yang baru dan perjalanan yang baru. Tentu doa dan harapan yang baik akan kita naikkan kepada Tuhan bagi diri kita. Namun kali ini, kita belajar dari himne Kristen ini bahwa : hendaknya kita juga peduli kepada orang lain. Hendaknya kita tekun mendukung sesama kita dalam segala doa syafaat kita agar Tuhan selalu menyertai. Inilah bukti kasih kita kepada mereka. Saat kita mendoakan diri kita yang sedang sakit, marilah kita juga meminta perlindungan Tuhan bagi sesama yang sakit. Saat kita mendoakan diri kita yang sedang bergumul dalam pekerjaan, marilah kita juga meminta pertolongan Tuhan bagi sesama kita yang sedang ada dalam kesulitan pekerjaan / kesulitan mencari kerja. Saat kita mendoakan diri kita yang sedang ada dalam pelayanan, marilah kita juga meminta Tuhan untuk mendukung pelayanan rekan-rekan kita. Saat kita meminta penyertaan Tuhan untuk diri kita, marilah kita juga meminta penyertaan Tuhan untuk sesama kita. Inilah doa syafaat kita sebagai teladan dari Kristus, sebagai bagian dari cara hidup orang Kristen.

 

Sebagai penutup perenungan ini, saya membayangkan suatu hal saat menulis bagian ini: ada seorang beriman yang meninggal dalam Tuhan; saat jiwanya membumbung tinggi ke Sorga, dia menatap ke bumi kepada sesama umat Tuhan yang dikenalinya, lalu mulai menyanyikan “Tuhan Allah beserta engkau, sampai bertemu kembali…” dengan satu harapan : semoga saudara-saudaraku seiman yang masih ada di bumi, selalu disertai oleh Tuhan sehingga suatu saat nanti dapat bertemu kembali di bawah kaki Kristus, bukan dalam peribadatan di bumi, melainkan dalam Kerajaan Sorga. Ah betapa indahnya!


Tuhan Allah beserta engkau, suatu lagu sederhana yang kadang kita remehkan, namun sesungguhnya memiliki makna yang sangat dalam bagi kita. Mari kita belajar, untuk mendoakan orang lain, untuk rindu akan hadirat Allah yang kudus, untuk memaknai setiap rencana Tuhan dalam hidup kita dan hidup orang lain, dan belajar untuk mempersembahkan pujian yang terbaik bagi Allah.

 

Tuhan Allah besertamu, saudaraku!


Saya merekomendasikan teman-teman mendengarkan lagu ini dalam beberapa versi yang indah :


Versi Jim Reeves : https://www.youtube.com/watch?v=gdjJlz8sQfM&list=RDgdjJlz8sQfM&start_radio=1 (ini favorit saya)


Versi Victor Hutabarat : https://www.youtube.com/watch?v=rAng8YL_uDE&list=RDrAng8YL_uDE&start_radio=1 (ini juga favorit saya)


Versi koor himne yang menenangkan : https://www.youtube.com/watch?v=GZHrtHdbdOE&list=RDGZHrtHdbdOE&start_radio=1





1 komentar:

  1. Terima kasih, Tuhan memberkati utk terus menulis perenungan Firman Tuhan seperti ini..

    BalasHapus